Twenty Five Twenty One mampu menunjukkan sisi romantis para karakternya melalui cara-cara yang sederhana, seperti: mendukung satu sama lain, mengobrol, membelikan minum dan makan bersama di kedai pinggir jalan, dan hal-hal sederhana lainnya.
Yang menarik adalah bagaimana romansa kedua karakternya sengaja ditarik ulur, ada kalanya Yi-Jin jauh dari Hee-Do, dan begitu pula sebaliknya. Namun, hubungan romansa tidak menjadi distraksi bagi mereka dalam meraih impian masing-masing. Sebaliknya, semangat dan dukungan yang mereka berikan satu sama lain justru memotivasi mereka untuk meraih impian tersebut.Â
Saya rasa couple goals terbaik ada pada drama ini. Walau berakhir tak bersama, hubungan mereka di masa lampau tetap memberikan dampak yang besar dalam hidup mereka. Ya, walaupun tidak bersama, setidaknya mereka berdua berhasil meraih apa yang mereka impikan.
3. Sinematografi yang cantik
Sesuai dengan tema-nya yang mengusung coming of age, Twenty Five Twenty One berhasil memberikan nuansa warna yang kontras, yang mencerminkan keceriaan dalam masa muda.Â
Color grading yang cerah digunakan untuk memperkuat konsep drama ini sebagai kisah remaja yang sedang menjalani proses menuju dewasa, tanpa konflik berat yang sering ditemukan dalam drama Korea lainnya.Â
Selain itu, penggunaan tata kamera yang terampil menghidupkan adegan-adegan dalam drama ini. Penonton diajak merasakan intensitas dalam pertandingan anggar yang dijalani oleh Hee-Do melalui pengambilan gambar secara close up pada ekspresi para karakter, kemudian menyoroti lapangan pertandingan dengan framing yang natural.
Tidak hanya itu, Twenty Five Twenty One juga menampilkan banyak lokasi indah di Korea Selatan, termasuk pantai dan gedung-gedung, yang dipresentasikan dengan nuansa tahun 90-an akhir untuk menciptakan realisme yang memanjakan mata penonton.
4. Sountrack yang memorable
You are my starlight
You are my sunshine