Ya, tantangan menulis Hari Film Nasional yang diadakan oleh KOMIK Kompasiana telah memasuki tantangan terakhir. Saya rasa di antara tantangan-tantangan sebelumnya, ini yang paling sulit.Â
Kamu akan membuat film apa jika diberi kesempatan menjadi sutradara atau produser film nasional?
Saya sendiri tak ada niatan untuk terjun ke dalam dunia produksi film. Ada beberapa hal yang membuat saya enggan untuk terjun ke dalamnya. Saya lebih memilih sebagai orang yang menikmati dan mengkritik hasil dari film itu sendiri.
Namun, jika diberi kesempatan untuk membuat film, saya ingin mengangkat topik yang jarang diangkat dalam film Indonesia. Ya, mengenai pesantren modern.Â
Dalam film-film Indonesia sebelumnya, pesantren seringkali hanya digambarkan sebagai tempat tradisional yang indah dan bertujuan untuk memperdalam ilmu agama. Santri-santrinya juga digambarkan sebagai orang-orang yang baik, beradab, dan berprestasi tinggi.Â
Namun, belum ada film Indonesia yang benar-benar mengeksplorasi pesantren dengan memperlihatkan sisi yang lebih kompleks dan memperlihatkan kisah-kisah yang jarang diceritakan sebelumnya.
Saya ingin mengangkat topik ini karena saya percaya bahwa pesantren modern memiliki banyak aspek yang menarik untuk dieksplorasi. Di sisi satu, pesantren adalah tempat yang dapat memberikan pendidikan dan pelatihan agama yang baik bagi para santri, namun di sisi lain, pesantren juga harus mampu menghadapi berbagai tantangan dan perubahan zaman.Â
Bagaimana pesantren dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan mengatasi tantangan-tantangan tersebut, menjadi salah satu aspek menarik yang dapat diangkat dalam film. Karena hal tersebutlah saya ingin membuat film berjudul Kabur.
"Kabur", sebuah film tentang pencarian arti dari pesantren
Kabur, sebuah film yang berlatar pesantren modern, mengangkat kisah kehidupan pesantren yang lebih kompleks. Film ini bercerita tentang Zainal, seorang santri yang awalnya dikenal sebagai santri yang rajin, jago bahasa Arab, dan disiplin.Â