Tak main-main, pembullyan yang dilakukannya ini dilakukan dengan penyedot debu. Ia juga telah mengambil 50.000 won, berkisar 45 dolar amerika dari korban dan mengancam akan menyebarkan fakta bahwa ibunya berasal dari Vietnam jika ia menolak untuk membayar.
Menurut survei National Youth Policy Institute pada tahun 2012, sekitar 23,4 persen pemuda Korea berpikir untuk bunuh diri. Alasannya beragam, namun yang paling dominan adalah kekhawatiran tentang prestasi akademik. Disusul masalah keluarga dan kekerasan di sekolah, masing-masing 23,7 persen dan 7,6 persen.
Melihat angka bunuh diri dan perundungan di Korea Selatan yang cukup tinggi, membuat banyak orang bertanya-tanya, mengapa Korea begitu tinggi tingkat perundungannya?
Alasan mengapa kasus perundungan begitu tinggi di Korea Selatan
Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan sekolah-sekolah di Korea memiliki tingkat kasus bullying yang tinggi. Berikut beberapa faktornya :
1. Adanya kelompok yang mengklaim sebagai "Orang yang Kuat"
Sebetulnya di negara manapun, selalu ada orang-orang yang merasa dirinya kuat. Ia menganggap dirinya lebih superior dari orang lain, dan menganggap orang lain rendah dan berhak untuk dijelekkan. Perilakunya beragam, mulai dari sekadar iseng menjahili teman, hingga yang paling parah adalah bullying.
Dalam lingkup sekolah, ketika siswa yang merasa dirinya kuat dan suka merundung jumlahnya lebih dominan, maka siswa yang tadinya merupakan anak yang baik, bisa saja ia memutuskan untuk bergabung dengan kelompok yang gemar merundung. Daripada dirundung, aku lebih baik ikut dengan para perundung, pikirnya.Â
Dalam drama "The Glory" juga dapat terlihat, bahwasannya tak semua perundung Moon Dong-Eun merupakan orang kaya dan punya kuasa. Ada juga yang terlahir dari keluarga miskin, dan mereka terpaksa bergabung untuk menjadi perundung, demi menyelamatkan dirinya sendiri.
2. Indikasi sukses di Korea yang sangat sempit
Kebanyakan dari orang Korea menganggap bahwasannya kesuksesan hanya dapat ia raih di kota Seoul. Sedangkan jika bekerja di kota lain, maka hidupnya akan biasa-biasa saja dan kurang sukses.
Pandangan tersebut menyebabkan kota Seoul menjadi pusat dari seluruh aktivitas masyarakat Korea. Bekerja, hidup, kuliah, berumah tangga, indikator kesuksesannya adalah ketika melakukannya di Seoul.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!