Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review "Puss in Boots: The Last Wish", Lebih Kelam, Epik, dan Menggambarkan Keinginan Manusia

7 Januari 2023   11:37 Diperbarui: 7 Januari 2023   14:40 6161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Youtube/Universal Studios

Siapa yang tak kenal dengan Puss In Boots? Ya, ia adalah salah satu karakter yang cukup ikonik dalam franchise Shrek. 

Kucing berwarna oranye yang menggemaskan sekaligus mematikan tersebut disukai karena karakternya yang khas dan unik.

Puss in Boots hadir dalam ketiga seri Shrek, juga dalam film solonya Puss in Boots (2011) dan Puss in Boots : The Tree Diablos (2012). Ia juga hadir dalam film interaktif original Netflix yang berjudul "Puss in Book : Trapped in an Epic Tale".

Kali ini Puss In Boots kembali hadir dalam film terbarunya berjudul "Puss In Boots : The Last Wish". Film ini memiliki cerita yang berbeda dari film pertamanya, dengan konflik yang lebih serius namun dikemas menyenangkan.


"Puss in Boots : The Last Wish" bercerita tentang Puss yang baru sadar bahwa nyawanya hanya tersisa satu. Ia disadarkan oleh sang dokter hewan, bahwa ini adalah nyawa terakhirnya. Puss yang tadinya menertawakan kematian, kini merasa takut.

Ia juga dikejar oleh serigala bermata merah, yang terus mengikutinya diam-diam kemanapun ia berada. Ia akhirnya memutuskan untuk pensiun dan tinggal di tempat penyimpanan kucing.

Di sana ia bertemu dengan Perrito (Harvey Gullen), anjing kecil yang berdandan bak kucing. Namun tak disangka, Goldi and Three Bears sedang mencarinya dan menghancurkan tempat tinggalnya tersebut.

Puss juga mendengar kabar bahwasannya Goldi and Three Bears sedang mencari peta untuk menuju bintang pengabul harapan. Ia akhirnya pergi, mencuri peta itu dari Big Jack Horner. Ia ingin sembilan nyawanya bisa kembali, agar ia tetap menjadi legenda.

Namun ternyata tak semudah itu. Ia bertemu dengan Kitty, mantan kekasihnya. Ia mungkin berhasil mengambil petanya, tapi Big Jack Horner dan Goldi and Three Bears terus mengejarnya. Jangan lupakan serigala bermata merah yang menerornya.

Akankah Puss berhasil mengembalikan kesembilan nyawanya? Apa yang akan terjadi padanya?

Jawabannya dapat kamu temukan dengan menontonnya di bioskop. Sebelum itu, yuk simak review-nya!

Cerita yang lebih kelam dan kaya akan referensi dongeng

Sumber foto : Youtube/Universal Studios
Sumber foto : Youtube/Universal Studios

"Puss in Boots : The Last Wish" mengambil banyak referensi dongeng dalam membangun latar belakang tiap karakternya. Khususnya kedua antagonisnya, yakni Goldi and Three Bears dan Big Jack Horner.

Goldi and Three Bears diambil dari kisah dongeng berjudul Goldilocks and Three Bears. Bercerita tentang seorang anak perempuan yang sedang menyusuri hutan dan menemukan sebuah rumah yang ternyata adalah rumah beruang. Perempuan tersebut menemukan semangkuk bubur dan memakannya.

Ada banyak versi dari kisah Goldilocks ini. Namun, dalam "Puss In Boots : The Lash Wish", kisahnya diceritakan dengan lebih dark. Ia adalah anak yatim piatu yang kemudian diadopsi oleh keluarga beruang. Mereka selalu bersama dalam petualangan mereka.

Sumber foto : Universal Pictures
Sumber foto : Universal Pictures

Juga Big Jack Horner. Karakternya diambil dari lagu "Little Jack Horner", yang di film ini digambarkan sebagai sosok yang diabaikan dalam cerita dongeng, membuatnya berambisi untuk bisa menguasai dunia dan menjadi yang terhebat.

""Little" Jack Horner didn't have ANY magic, he was a pathetic, modest baker's boy. "Little" Jack... I'm "BIG" Jack Horner!" 

Ia memiliki tubuh yang kuat, dan dikenal sebagai pencuri berbagai benda magis di negeri dongeng. Apapun senjata dan barang yang ada di dongeng lain dimilikinya. 

Big Jack Horner juga berencana untuk pergi ke bintang pengabul harapan untuk mewujudkan keinginannya. Ia ingin menguasai seluruh hal magis dan menjadi satu-satunya orang terhebat di muka bumi. 

Dengan referensi kisah dongeng tersebut, film ini mampu merubah ceritanya menjadi lebih kelam, tanpa menghilangkan keaslian dari dongeng pendahulunya. 

Film ini juga mampu mengeksplorasi karakter-karakter yang ada dengan lebih kreatif dan dalam, sehingga dapat menghadirkan simpati penonton pada tiap karakternya.

Animasi yang menggabungkan elemen 3d dan 2d

Sumber foto : dreamworks.com
Sumber foto : dreamworks.com

Dibanding film pertamanya, kualitas animasinya jauh berkembang pesat di film keduanya ini. "Puss in Boots : The Last Wish" menggabungkan animasi 3d dan 2d yang membuatnya terlihat seperti "Spider-Man : Into The Spider Verse". 

Penggabungan animasinya ini juga membuatnya terlihat lebih kreatif, imajinatif, dan berwarna layaknya buku ilustrasi bergambar yang terlihat 'hidup'. Hal tersebut juga yang menimbukan kesan dinamis saat karakternya bergerak.

Villain yang badass dan mengintimidasi

Sumber foto : Imdb
Sumber foto : Imdb

Jarang sekali film animasi berani menghadirkan villain yang sekuat dan semenyeramkan ini. Ya! Puss in Boots : The Last Wish memberikan pengalaman menonton yang berbeda, terutama ketika musuh-musuhnya muncul dan berhadapan dengan Puss in Boots.

Serigala bermata merah, dengan tatapannya yang tajam, suaranya yang khas dan berat, dan selalu bersiul ketika bertemu Puss berhasil menghadirkan nuansa creepy. Suasana yang tadinya ceria, mendadak hening dan tegang. Bak malaikat maut, ia berhasil mengintimidasi Puss dan membuat penonton merasa khawatir. 

Big Jack Horner juga berhasil menjadi villain ikonik yang sadis. Ia tak lagi memiliki hati nurani. Ia tak peduli dengan pasukannya, apapun yang ia inginkan harus dipenuhi, dan hidupnya penuh dengan ambisi duniawi. Bahkan ketika serangga yang bijak menasihatinya, tak berhasil menyentuh hatinya sama sekali.

Untuk film animasi, Big Jack Horner bisa dikategorikan sebagai villain terjahat dalam sejarah. Tak main-main, film ini berani menghadirkan kejahatan Big Jack Horner secara totalitas, dan mungkin akan kurang cocok bila dilihat anak-anak. Salah satu adegan yang cukup sadis ketika ia menjadikan karyawannya sebagai jembatan untuk menyebrang, dan melintasinya begitu saja. 

Motivasi karakter yang kuat dan menggambarkan sifat manusia

Sumber foto : animationmagazine.net
Sumber foto : animationmagazine.net

Sebagaimana tujuan utama ceritanya adalah untuk menemukan bintang pengabul harapan, motivasi yang mendasari tiap karakter untuk menemukan bintang tersebut dibangun dengan kuat, disokong oleh naskah buatan Paul Fisher dan Tommy Swerdlow. 

Mereka berdua berhasil menjadikan film ini tak hanya cantik, melainkan juga menghadirkan cerita yang berbobot.

Puss ingin kesembilan nyawanya kembali, dan bisa kembali berpetualang dan menjadi legenda yang tak perlu takut akan kematian. Sedangkan Kitty hanya ingin bertemu dengan orang yang dapat dipercaya, setelah ia ditinggalkan oleh Puss menjelang pernikahannya. 

Goldi ingin keluarga yang sempurna, ia menganggap dirinya tak layak berada dalam keluarga beruang karena dirinya berbeda. Keluarga beruang sedih dan kecewa, namun demi kebahagiaan Goldi, keluarga beruang rela berjuang untuknya.

Perrito tak punya banyak keinginan. Ia hidup apa adanya, menerima dan bersyukur atas segala yang telah ia dapatkan. Maka ketika ia bersama Puss dan Kitty menemukan bintang tersebut, ia tak berniat untuk mengajukan keinginan, apalagi mencuri peta tersebut.

Sedangkan Big Jack Horner yang tak lagi memiliki hati, keinginannya hanya ingin menguasai dunia. Ia ingin seluruh benda magis yang ada menjadi miliknya, dan menjadikannya satu-satunya orang terhebat di muka bumi.

Sejatinya, film ini menggambarkan keinginan-keinginan manusia. Ingin kesempurnaan, takut akan kematian, hingga ingin menjadi yang terhebat, seringkali membuat manusia lupa bahwa keinginannya sebetulnya sudah dikabulkan dan ada di depan matanya, hanya saja ia tak menyadarinya.

Battle scene yang megah dan memuaskan

Sumber foto : DreamWorks Animation 
Sumber foto : DreamWorks Animation 

Selain naskahnya yang kuat, "Puss in Boots : The Last Wish" juga berhasil menghasilkan battle scene yang epik dan megah. 

Pengambilan angle yang variatif dan efek animasinya yang unik membuatnya terlihat semakin nyata. 

Apalagi ketiga villainnya memiliki ciri khas masing-masing dalam bertarung. Goldi and Three Bears dengan penciuman serta kekompakannya, Big Jack Horner dengan segala macam benda magis yang ia curi, dan serigala 'maut' yang mengintimidasi dengan pisau khas miliknya.

Ketika ketiga villain itu dipertemukan dan melawan Puss in Boots, seketika suasana langsung pecah. Ketegangan dan keseruan saya rasakan, berhasil membuat saya terkagum dengan kualitas animasinya yang berhasil menghadirkan adegan laga yang terasa nyata.

Konklusi yang menyentuh

Sumber foto : pussinbootsmovie.ca
Sumber foto : pussinbootsmovie.ca

Dengan keseluruhan konflik yang dialami oleh karakter-karakternya, berhasil menimbulkan kesadaran batin dan jawaban dari keinginan masing-masing karakternya. Ketika karakternya sadar, terlihat bobot emosi yang kuat disana.

Saya dapat melihat development yang jelas di tiap karakternya, yang membuat penonton ikut merasakan apa yang dialami oleh karakternya. 

Perrito menjadi contoh bagaimana kita seharusnya menjalani hidup. Walau ia ditinggalkan, dan kisah hidupnya menyedihkan, ia tetap menerima apa yang ada, dan memaksimalkan apa yang bisa dilakukan dalam membantu temannya, yang membuat hidupnya bahagia. 

Goldilocks akhirnya sadar bahwa ia memiliki keluarga yang sempurna, berkat Perrito yang menyadarkannya bahwa pertengkarannya dengan bayi beruang justru menunjukkan letak 'kekeluargaan' yang sesungguhnya. 

Puss sama seperti kita, takut dengan kematian. Namun akhirnya ia sadar, dengan hidupnya yang sementara, justru membuat hidupnya lebih berharga dan layak diperjuangkan dengan sebaik-baiknya.

Puss in Boots : The Last Wish, menyenangkan anak-anak, dekat dengan kehidupan dewasa

Sumber foto : pussinbootsmovie.ca
Sumber foto : pussinbootsmovie.ca

"Puss in Boots : The Last Wish" berhasil menempatkan porsi komedi khas anak-anak, adegan laga, dan unsur lainnya secara pas. 

Penonton akan merasakan emosi bak rollercoaster. Senang melihat tingkah lucu Puss dan kawannya, takut dengan serigala bermata merah, dan tegang dengan battle scene-nya yang meriah.

Bagi anak-anak, film ini akan sangat menghibur. Apalagi animasinya begitu colourful dan ada banyak karakter dongeng lain yang muncul. 

Bagi penonton dewasa, film ini menjadi nostalgia akan dongeng-dongeng sewaktu kecil, juga menjadi bahan renungan tentang bagaimana kita seharusnya 'bersyukur' dalam menjalani hidup.

"Puss in Boots : The Last Wish" berhasil menjadi animasi paket lengkap di awal tahun ini. Cocok ditonton berbagai kalangan, dan akan lebih seru jika menontonnya bersama keluarga dan teman. Menontonnya di bioskop adalah pilihan yang paling tepat, karena experience-nya begitu berbeda dibanding menontonnya di layar tv.

Skor pribadi : 9/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun