Film ini mampu menyeimbangkan porsi komedi dengan dramanya dengan amat sangat baik.
Bagaimana film ini di awal memberikan nuansa manis lewat hubungan romansa Erwin dan Natalie yang menggemaskan. Lalu membawa kita dalam problematika Erwin dengan calon mertuanya, juga beratnya Ayu yang ditekan untuk memiliki anak.Â
Lantas ketika mencapai klimaks, boom! Seluruh emosi berhasil tersampaikan juga dirasakan dengan baik oleh penontonnya.
Ketiga konflik yang berbeda, hubungan pra-pernikahan, pasca-pernikahan, serta orang-tua dan anak, berhasil menghadirkan cerita yang berkesinambungan hingga akhir film.
Konflik puncak di akhir film juga dijawab secara perlahan dan tidak terkesan buru-buru. Tempo yang pas membuat film berdurasi 2 jam ini tidak terasa lama, juga berhasil menghasilkan ending yang emosional dan heartwarming.
Akting para pemainnya solid memperkuat film ini
Ya, yang menjadi perhatian saya sejak awal durasi awal film ini adalah Laura Basuki. Tak bisa dipungkiri bahwa melakukan recast pada karakter Natalie yang awalnya diperankan oleh Giselle merupakan pilihan yang tepat.
Laura yang sudah berpengalaman dalam dunia akting membuat setiap emosi yang dikeluarkan oleh karakter Natalie benar-benar menghasilkan kesan yang berbeda.
Ketika scene ia tersenyum, saya dapat merasakan "cinta" di dalamnya. Ketika Laura meluap pada klimaks konflik, saya dapat merasakan emosi serta rasa muak dalam dirinya.
Laura yang tampil luwes juga berhasil membuat karakter Erwin yang diperankan Ernest hadir lebih natural dan tidak terkesan kaku.