Alien yang ada juga lebih menimbulkan kesan lucu nan menggemaskan, alih-alih menyeramkan. Â Untungnya, drama ini tahu kapan ia harus menampilkan CGI, kapan drama ini tak perlu menggunakan hal tersebut.Â
Pengambilan gambar dalam serial ini diambil dengan sinematografi yang indah. Kita akan melihat shoot dimana Hong-Jihyo berada di alang-alang, dan diangkat oleh UFO. Cahaya UFO yang terang dan berwarna khas juga menimbulkan kesan indah di mata para penontonnya.
Bagaimana sinematografi ketika adegan yang berada di ruangan ritual kultus juga sukses menghadirkan sesuatu yang unik dan berbeda.
Skoring Musik yang asyik
Skoring musik di serial ini benar-benar khas dengan instrumen khas konspirasi, yang membuat segala konspirasi yang ada dalam drama ini lebih terasa misterius.Â
Juga beberapa instrumen lain yang khas dan berkelas, membuat "Glitch" menjadi lebih hidup dan mampu memainkan emosi penontonnya. Hal ini juga yang membedakannya dari drama korea produksi Netflix lainnya.
Pesan tersembunyi dalam drama "Glitch"
Tak dapat dipungkiri, dibalik piawainya drama ini dalam membawa ceritanya dengan menyenangkan, tetap ada pesan secara tak langsung yang mungkin bisa saja tak disadari oleh sebagian penonton.
Pertanyaan "Apakah Glitch merupakan drama tentang kisah cinta lesbian dalam menemukan kembali keanehannya?" seringkali muncul ketika saya menonton drama ini. Seakan-akan, alien dan UFO menjadi sebuah metafora dari menyukai sesuatu yang dianggap aneh.
Apalagi jika kamu sudah melihat episode terakhirnya, maka dapat terlihat dengan jelas, konklusinya mengarah kemana. Namun, sebagian penonton mungkin akan merasa Jihyo dan Bora hanyalah sahabat dekat belaka, tak ada hubungan yang spesial.
Penulis drama ini sepertinya memang sengaja tak membuatnya menjadi terang-terangan. Bisa jadi agar menghindari konflik dan protes dari banyak orang, maka cara amannya adalah dengan membuatnya secara tersembunyi.Â