Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Untuk Apa Menonton Film yang Isinya Cerita Bohong Belaka?

17 September 2022   22:04 Diperbarui: 17 September 2022   22:19 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : https://langgo.edu.vn/

Mulailah aku mencoba menonton rekomendasi film dari beberapa pengulas film terkenal. Bahkan film "House Of Hummingbird", "Happy Old Year", dan film slowburn yang bertema cukup berat, kuberanikan diri untuk menontonnya.

Hasilnya, ya... awalnya aku merasa bosan. Tak terlalu memahami apa maksud dari film tersebut. Namun semakin aku banyak membaca, mendengar review, dan melihat kondisi sosial dan isu-isu di masyarakat, akhirnya aku sedikit demi sedikit mulai memahami makna dari film-film tersebut. Aku bisa paham mengapa film tersebut mendapat skor tinggi dari para pengulas film.

Ya! Jika kamu ingin mencoba rasanya memahami orang-lain lewat karya film, sebetulnya tak harus dengan menonton film festival. Kamu sejatinya hanya perlu mengubah mindset-mu bahwa 

"Keberhasilan sebuah film itu bukanlah karena banyaknya aksi, quotes bijak atau jumpscare yang membuat takut. Sejatinya keberhasilan suatu film adalah ketika nilai yang ingin disampaikan itu dapat tersampaikan dengan baik kepada para penontonnya. Bagaimana naskah yang ada mampu mengundang simpati penonton, untuk lebih memahami situasi di sekelilingnya."

Itulah beberapa pandanganku berkaitan dengan film. Kuharap, dengan ditulisnya argumenku ini, dapat menjawab pertanyaan teman-teman yang bertanya "Kenapa satria menulisnya tentang film? Kenapa gak tema lain?"

Aku hanya bisa tersenyum. Kalau ada yang bertanya seperti itu, tandanya ia memang bukan pembaca sejati blogku. Bukan hanya soal film, aku juga menulis banyak artikel bertema lain yang juga ditulis berdasarkan keresahanku terhadap isu-isu yang ada. Mulai dari humaniora, fiksi, hingga travel dan teknologi.

Ilustrasi diary, sumber foto : Freepik/Rawpixel
Ilustrasi diary, sumber foto : Freepik/Rawpixel

Ah, pembahasanku jadi kemana-mana. Yang awalnya hanya curhat mengenai diriku yang sedang terjangkit writer block, malah jadi cerita mengapa diriku menyukai film. 

Ya, setidaknya gara-gara ini aku jadi menulis lagi. Toh, kategori yang kutulis juga diary, yang mana bebas-bebas saja aku mau menulis apa. Walau kutahu, mungkin tulisan ini sedikit berantakan, setidaknya apa yang ingin aku sampaikan bisa sampai kepada pembaca.

Itulah cerita diary yang kutulis hari ini. Mungkin besok-besok bila aku sedang tidak mood menulis, aku akan menulis diary saja.

Teman-teman kompasianer, atau para pembaca, mungkin punya saran untuk diriku yang terkena writer block, atau mungkin punya cerita soal bagaimana awal menyukai film dan apa pandangan kamu terhadap menulis artikel film, teman-teman bisa menceritakannya lewat kolom komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun