Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "How Are You Really?", Konflik Perselingkuhan dan Stigma Buruk terhadap Orang Bertato

19 Juli 2022   21:40 Diperbarui: 24 Juli 2022   21:32 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana mereka memberikan dukungan satu sama lain dengan cara yang sederhana namun bermakna, seperti adegan ketika Mirah sedang berjalan sendiri lalu ada sekelompok orang yang melakukan catcalling, Rendra tiba-tiba saja datang dan berjalan di sampingnya untuk melindunginya. 

Juga ketika Rendra dituduh mencuri di dalam sebuah supermarket, Mirah melindunginya dan membantunya untuk membuktikan bahwa tuduhan tersebut salah.

Perhatian-perhatian sederhana tersebutlah yang akan membuat penonton senyum-senyum sendiri ketika menonton filmnya. 

Menjawab stigma buruk terhadap orang bertato

Sumber foto : Youtube/Falcon
Sumber foto : Youtube/Falcon

Walaupun plot dari film "How Are You Really" terasa terlalu klise dan familiar, setidaknya tetap ada sesuatu yang baru yang film ini coba hadirkan dalam ceritanya. Ya! Film ini sukses menggambarkan bagaimana kehidupan orang yang bertato dan bagaimana rasanya menjadi pembuat tato.

Stigma buruk masyarakat soal orang bertato benar-benar dihadirkan dalam film ini, yang membuat penonton akan merasa relate terhadap isu yang dihadirkan. 

Tato seringkali dianggap sebagai simbol kejahatan. Orang bertato seringkali dianggap preman, pencuri, atau apapun yang berkaitan dengan tindak kriminal. Film ini mampu menjawab dan membantah stigma tersebut, dan menunjukkan bahwa tak semua orang bertato itu buruk.

Rendra sebagai pembuat tato menganggap bahwasannya tato adalah seni. Sikap Rendra yang baik dan perhatian, menunjukkan bahwasannya orang bertato juga mempunyai sifat baik. Jangan melihat seseorang hanya dari tampilan luarnya. 

Musik skoring yang sesuai dan sinematografi yang nyaman dilihat mata

Sumber foto : Youtube/Falcon
Sumber foto : Youtube/Falcon

Hal yang membuat saya tetap betah menonton film ini hingga akhir adalah dikarenakan musik skoringnya yang cocok dan proporsional sesuai dengan adegannya. Layaknya drakor, film ini memiliki instrumen dan soundtrack yang memorable dan nyaman didengar oleh penontonnya.

Musik skoringnya ini juga yang menjadi faktor utama dalam membangun suasana dalam film ini. Hampir dalam setiap adegan, baik ketika dialog atau tidak, selalu ada musik skoring dan instrumen yang membuat film ini terasa emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun