Awalnya Allison dan Carlos tak setuju, hingga akhirnya ketika Katie, anak sulung mereka berkata "Ibu tak akan pernah bisa menjadi ibu yang seru", maka Allison memutuskan untuk mengadakan "Yes Day".
Apakah "Yes Day" berhasil menjadi film keluarga yang hangat dan menyenangkan? Yuk simak, ini ulasannya.
Film ini mengambil tema yang cukup relate dengan keluarga di masa kini. Di mana keluarga yang tadinya penuh petualangan, pergi ke sini-sana, tapi karena sudah lama punya anak, lama-lama semakin sibuk.Â
Seperti keluarga pada umumnya, ibu selalu dianggap sebagai "monster" yang mengatur segala kegiatan anaknya. Mungkin karena ayah yang lebih sering di kantor, maka ibu di film ini berperan sebagai ibu yang mengurus segalanya, sehingga anak-anaknya pun merasa bosan dan menganggap ibunya tidak seru.
Akhirnya, ibunya juga bisa membuktikan bahwa ia bisa menjadi ibu yang seru. Setelah melalui berbagai tantangan di "Yes Day", ibunya akhirnya mampu menunjukkan bahwa ia juga bisa menjadi teman yang seru untuk anaknya.
Masing-masing tokoh di film ini digambarkan dengan sangat baik. Allison yang memiliki 3 orang anak digambarkan sebagai ibu yang asyik dan seru namun tetap tegas serta amat sayang kepada anaknya.Â
Kita bisa memahami mengapa Allison sering berkata tidak kepada anaknya, dikarenakan ia memiliki kekhawatiran yang besar terhadap anak-anaknya.
Anak sulung, Katie digambarkan sebagai remaja umur 16 tahun yang mulai mengalami konflik masa remaja. Seperti, ingin bebas bermain bersama teman, ingin bisa lepas tangan dari orangtua, menganggap bahwa dirinya bisa baik-baik saja tanpa bantuan orang-tua sekalipun.Â
Anak kedua, Evan digambarkan sebagai anak berumur sekitar 9-10 tahun yang suka dengan sains. Ia punya rasa ingin tahu yang besar sehingga ia suka membuat eksperimen, namun karena ibunya sering tidak membolehkannya, ia menjadi anak yang suka membantah.