Banyak adegan-adegan yang mungkin dianggap biasa oleh para penontonnya namun memiliki makna yang besar. Seperti ketika adegan interaksi orang Korea dengan penduduk asli Amerika, juga ketika adegan pergi ke gereja, tidak semata-mata ditampilkan hanya untuk menjadi penghias cerita. Film ini menunjukkan bahwa Amerika dan Korea sedang berusaha untuk belajar menghargai perbedaan yang ada.
3. Akting pemainnya yang memukau
Akting para pemain di film ini terlihat sangat natural sehingga membuat penonton merasa dekat dengan karakter-karakternya. Steven Yeun sebagai Jacob (Ayah), dan Yeri Han sebagai Monica (Ibu), mereka berdua mampu membawa karakter yang diperankan dengan saat baik. Emosi yang sejak awal dibangun pada paruh awal film, langsung meledak di akhir film.Â
Begitu juga dengan akting Alan S.Kim sebagai David dan Noel Cho sebagai kakaknya. Mereka berdua digambarkan sebagai anak korea yang lahir dan berjiwa Amerika. Walau begitu, mereka tetap bisa berbahasa Korea, dan tahu beberapa budaya Korea.Â
Akting mereka berdua di film ini tampak natural seperti anak-anak pada umumnya. Mereka berdua mampu membuat suasana film ini jadi lebih hangat dan menyenangkan.
Karakter nenek yang diperankan oleh Youn-Yuh Jung juga amat menarik perhatian para penontonnya. Jika di film-film lain seorang nenek digambarkan bak malaikat penuh kasih sayang, film ini justru menunjukkan seorang nenek yang apa adanya. Di akhir film, kita akan dikejutkan dengan adegan nenek yang tidak terduga. Sukses membawa karakter nenek yang berbeda.
4. Mengambil footage-footage dan lagu yang sederhana dan indah
Film ini mengandalkan gambar-gambar yang natural layaknya di Amerika, juga ditambah dengan memperlihatkan atmosfer-atmosfer indah yang akan membuat penonton merasa tenang dengan pemandangannya. Film ini tidak mengambil set up yang berlebihan, dan membat film ini benar-benar nyata layaknya hidup di Amerika.
Film ini juga dikontraskan dengan musik-musik korea tahun 90s yang terasa seperti kehidupan berjalan. Ketika adegan marah atau pun sedih sekali pun, tidak ditambahkan backsound yang bernuansa sedih, dan membuat film ini terlihat benar-benar natural.
5. Penuh pesan namun tidak menggurui
Menonton film ini membuat saya merasa bahwa kadang dengan contoh nyata, seseorang bisa berubah tanpa perlu diceramahi. Ayah di film ini digambarkan sebagai ayah yang jauh dari agama, ia merasa bahwa semua yang ia lakukan adalah kehendaknya dan usahanya tersendiri.Â
Di akhir film, ayahnya pun terlihat telah belajar akan satu hal. Di mana hal itu yang membuatnya dan keluarganya menjadi kembali harmonis.
Film ini mengajarkan bahwa hidup bukanlah hanya soal punya uang, rumah bagus, dan lainnya. Seperti ketika merawat tanaman, yang bukan hanya soal menyiram. Film ini juga menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, proses membuat lahan peranian di film ini juga dibantu dengan orang amerika yang menunjukkan bahwa perlunya interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari terutama ketika sedang beradaptasi.
Film ini juga mengajarkan bahwa keluarga yang sesungguhnya adalah ketika bisa selalu bersama di kala senang atau pun susah. Lagi-lagi, hidup bukanlah hanya soal uang. Melainkan kebersamaan, selama kita masih bersama, maka kita akan bisa melewati berbagai rintangan di kehidupan dengan tenang dan bisa saling menguatkan. Jadilah seperti pohon Minari yang bisa tumbuh dengan beradaptasi dengan jenis tanah di mana pun ia ditanam.