Walau film ini merupakan spin-off NKCTHI, namun film ini sangat berbeda dibanding NKCTHI. Ketika film NKCTHI berfokus pada masalah keluarga, film ini lebih fokus dengan permasalahan cinta.Â
Hubungan percintaan disini bukan seperti hubungan remaja SMA yang penuh gombal, melainkan sebuah hubungan yang berawal dari kedewasaan. yang nantinya akan membuat film ini berbeda dari film-film romansa lainnya.
Saya merasakan bahwa film ini lebih emosional dibanding NKCTHI, film ini benar-benar fokus menceritakan bagaimana hubungan yang tidak sehat bisa terjadi.
2. Terlalu emosional dan kurang diselipi hiburan
Menurut saya, film ini terlalu emosional dan terlalu berfokus hanya pada konflik-konflik yang terjadi. Tidak digambarkan bagaimana hubungan mereka sewaktu awal-awal pacaran, atau minimal digambarkan peristiwa ketika mereka merasa bahagia berdua. Karena itulah, film ini seakan-akan memberi tahu penontonnya bahwa Dinda tidak begitu peduli dengan Kale, padahal sebenarnya tidak seperti itu.
Hal itulah yang membuat film ini serasa terlalu emosional, sehingga saya rasa agak kurang pas jika sebuah film romansa dihadirkan hanya dengan adegan-adegan ketika sedang sedih atau ada masalah. Seandainya jika film ini ditambahkan sedikit flashback ke masa-masa bahagia mereka, mungkin penonton akan lebih merasakan suasana cinta di dalam filmnya.
3. Alurnya yang maju mundur
Alurnya yang maju mundur saya rasa jadi kelebihan film ini. Alur ceritanya jadi lebih rapih dan terarah dengan dibuat maju mundur seperti ini. Hal ini juga yang membuat penonton merasakan emosi roller coaster ketika menonton filmnya.
4. Akting Ardhito hingga lagunya yang sukses dibawakan dengan baik
Ardhito Pramono sukses menjadi Kale yang digambarkan amat mencintai Dinda, dan tidak ingin kehilangan Dinda. Walau begitu, ada beberapa adegan yang saya rasa emosinya kurang dapat. Namun it's okay, itu hanya sedikit kok.
Aurelie yang berperan sebagai Dinda juga sukses membawakan karakternya dengan baik. Gerak-geriknya bisa membuat penonton merasa bahwa Dinda sudah mulai berbeda ketika bersama Kale. Juga ketika adegan dimana Dinda dimarahi habis-habisan oleh Argo, raut muka dan suaranya mampu membuat penontonnya merasa terbawa emosinya.
Lagu-lagu Ardhito juga dibawakan dengan baik dan diletakkan dengan baik di filmnya. Terutama ketika di bagian akhir lagu yang berjudul "Sudah" dinyanyikan oleh Kale, penonton seakan-akan diberi sebuah obat penenang yang membuat penontonnya berdamai dengan segala hal yang telah terjadi dan berusaha membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu sebelum membahagiakan orang lain.
5. Mengangkat isu "Toxic Relationship"