Memandang, mengusap lantas mengetuk layar Ponselnya beberapa saat, pandangan Pak Nasir mengadah ke arah langit. Dia menerawang, apakah cuaca mendukung untuk melaut? Sembari di dekatnya ada dua rekannya yang bersiap menurunkan perahu tradisonalnya, plus peralatan untuk memburuTeripang serta Cumi, di Sabtu petang, (5/11) itu.
Bercakap dengan bahasa daerah --Bugis-- Pak Nasir akhirnya merestui kedua rekannya melaut. Biasalah, Firasat seorang nelayan, dan juga beck-up-an informasi cuaca yang dididapat dari layar ponselnya barusan, membulatkan keputusan Pak Nasir tadi.
'Kenekatan' yang beralasan? Ya karena, jumlah tangkapan Teripang dan Cumi berkurang, jika dibandingkan 10 tahun belakangan ini. Tak ada cara lain untuk menyanggupi pesanan komoditas Teripang, cumi serta rumput laut yang terus  melimpah, dari pelanggan, selain aktivitas melaut, bukan?
Duh, aku tak menyangka jika arus teknologi sudah menyeret Nelayan Malahing ikut jua memanfaatkannya ya? Terlebih, kini uang pembayaran pesanan komoditas Teripang dan Cumi mudah dilakukan lebih dahulu via online saja, oleh pelanggannya. Dan transferan itu bak kuncian bagi nelayan, untuk selalu gerak cepat, manjakan peluang itu.
Nah, rasanya terkuak sudah! Bukan sekedar gaya-gayaan Pak Nasir dan Nelayan Malahing lainnya menggenggam, dan menyimpan ponsel pintar, di saku bajunya rapat-rapat itu.
Aku lantas tertegun, membayangkan jika digitalisasi, ternyata berhasil merubah gaya hidup nelayan tradisional Malahing, yang tinggal jauh dari peradaban gaya hidup modern perkotaan Bontang, Kaltim. Dan jejak Digitaliasi Kampung Malahing pun berhasil menginspirasi diriku dan peserta Jelajah Fishery Youth Tour 2022, yang sudah  datang kemari.
Dimana, jejak inklusivitas keuangan ternyata mudah saja dipantik oleh aktivitas UMKM Malahing, atas olahan komoditas perikanan, serta kreativitas nilai budaya mereka dari atas pulang karang itu. Ya kampung Malahing, sebuah kampung nelayan yang ada di tengah lautan, sekitar 50 menitan berlayar dari kota Bontang.
Mengunjungi UMKM Malahing, kampung di atas pulau karang
Hamparan karang yang bertebaran di perairan Bontang, menjanjikan potensi ekonomi masyarakat pesisir Bontang. Komoditas Teripang, rumput laut, dan Cumi menjadi harapan mereka mengais pundi. Ya termasuk, pak Nasir, sang founding-father kampung Malahing..
Dahulu,tahun 2000-an pak Nasir, menjadi orang pertama yang mendirikan rumah panggung di sana, seorang diri. Dan seiring waktu, nelayan lainnya juga ikut mendirikan rumah panggung jua. Mereka memilih tinggal di sana, karena dekat dengan Sumber Daya Perikanan, untuk dapat mereka petik kapan saja, tanpa terhalang faktor jarak melaut, cuaca dan perubahan iklim menjangkaunya.
Seiring waktu, kampung di atas pulau karang itu kini sudah dihuni oleh 50 KK. Dan komunitas kecil itu membentuk sebuah kampung panggung yang bernama kampung Malahing, yang kampungnya akan terlihat 'tenggelam' di tengah laut dari kejauhan, kala  air laut pasang.
Membayangkan sekilas, bagaimana, ya dampak perubahan iklim yang sudah/sedang terjadi di sana? Aku yakin, mereka-pun belum memahaminya secara utuh? Namun jelas saja, jika pendapatan buruan teripang tak sebanyak dahulu, dari bentuk, jumlah dan kualitasnya.
Oleh sebab itu, nelayan kampung Malahing, kini menggiatkan aktivitas UMKMlebih kreatif lagi. Dimana, komoditas teripang, dan rumput laut, yang kurang 'berkualitas' akan dikemas menjadi camilan amplang dan olahan lainya. Dan hasil komoditas teripang, dan rumput laut yang bernilai tinggi lainnya, akan dijual sampai ke luar daerah Bontang.
Lantas, selain komoditas tadi, kebudayaan kampung Nelayan Malahing juga berhasil 'dijual' jua, seperti produk kerajinan dari cangkang siput, hingga kerajinan  batik yang sangat khas. Semua produk itu diproduksi para nelayan Malahing, menjawab kebutuhan pesanan dari luar kota, sebagai ikon oleh-oleh kota Bontang.
Dan, meski terasa jauh di mata, namun kampung Malahing kian dekat dihati, ya berkat  digitalisasi? Karena lewat --hanya-- dengan akun media sosial kampung Malahing, semua pelanggan dapat mendapati produk UMKM mereka. dengan sistem pembayaran cash-online..
Dan terkini, kreatifitas UMKM para nelayan Malahing sudah berhasil meramaikan sektor pariwisata, Kaltim. Dimana tahun ini, mereka berhasil membangun tiga buah Cottage.
Nah, dengan paket wisata, menginap di Cottage kampung Malahing, wisatawan bisa ikut berburu teripang dan cumi sekaligus ikut mengolahnya bersama nelayan. Dengan harapan, para wisatawan akan merasakan rasa berwisata alam yang sungguh berbeda. Ya adventure-lah!
Dan sebagai pelangkap, para wisatawan bisa membawa pulang koleksi produk UMKM andalan mereka, yang bisa dipilih langsung di sebuah Booth di kampung Malahing. Ah, harapan mereka mengais pundi dari UMKM, rasanya mudah terwujud, ya gegara candu Digitalisasi itu, bukan?
Inspirasi Malahing bagi Industri Digital masa depan
Aku beruntung menjadi saksi perjuangan nelayan Malahing,pada proses meng-upgrade sektor UMKM mereka. Terlebih, meski komunitas mereka terpencil, ada catatan pentingnya, yakni konektivitas internet di atas pulau karang ini terasa lancar jaya. Sehingga aktivitas jualan di media sosial, serta aktivitas transaksi  perbankan, mampu jua dilakukan real-time.
Ah, --sekali lagi-- dengan gaya hidup mereka yang bertabur e-money, lambang inklusivitas keuangan itu sudah benar-benar tumbuh subur di sana, kan?
Nah, catatan lainnya adalah, ekosistem digital yang hadir di sana, tentu menjadikan sebuah peluang besar bukan? Dimana peluang itu akan mampu melahirkan start-up lokal baru, dan mengalirkan keberkahan pundi dari potensi wisata plus komoditas perikanan Malahing, memperkuat sektor UMKM Bangsa.
Ah, mimpi itu, sekali lagi, akan mudah terwujdukan? Karena harapan tadi, rasanya juga selaras dengan hingar-bingar Rencana Induk Pengembangan Industri Digital 2023-2045, yang sudah dirilis Bappenas di Bali (22/11) lalu, bukan?
Ambisi Pemerintah itu, rasanya juga sudah pula menjawab, bagaimana akses internet harus mampu menjamah daerah terpencil Indonesia, termasuk kampung Melahing ini, sebagai syarat digitalisasi industrinya.
Lantas, bisakah modal infrastruktur digitalisasi itu membuat perkembangan UMKM di Malahing lebih baik lagi?
Jika berkaca, pada Laporan Boston Consulting Group (BCG) dan Telkom, menyebutkan UMKM sektor makanan dan minuman memiliki adopsi teknologi digital tertinggi dibanding sektor UMKM lainnya. Dan terkuak pula, dalam survei itu, jika digitalisasi yang mereka lakukan itu kebanyakan masih untuk proses bisnis saja, semisal mencari pemasok saja. Dan belum banyak memanfaatkan digitalisasi untuk analisis pangsa pasar potensial, alias memanfaatkannya untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas lagi.
Padahal terkini, keputusan bisnis berbasis data akan menjadi andalan bagi UMKM, guna merapikan desain produknya, menarik segmentasi pasar, dan target penjualan lebih terukur.
Memang sih, bagi setiap UMKM menjangkau level itu tidaklah mudah, karena akan tersandung pada keterbatasan akses pembiayaan digital. Padahal sebenarnya, teknologi digital sudah pula digunakan oleh banyak lembaga keuangan untuk mengidentifiasi UMKM mana sih, yang memenuhi syarat mengakses pembiayaan digital itu.
Dan pada akhirnya, berkat pendekatan digital yang sudah dimiliki UMKM, akan menyederhanakan proses pembiayaan UMKM. Dan upaya itu akan bermuara pada upaya sumbangsih wujudkan ambisi industri digital Indonesiadi 2045 mendatang, mentransformasikan ekonomi Indonesia menjadi salah-satu negara maju dunia.
Jejak digitalisasi BRI, tulang punggung Industri Digital Bangsa
Nah menurutku, layak dikatakan jika Perbankan kini sudah menjadi sebuah industri yang paling menyokong kegiatan perekonomian, lewat suntikan permodalan usaha? Salah satunya, adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang sudah terbukti berhasil menghubungkan coverage layanan perbankan yang sangat luas ke pelosok Indonesia, sejak 1895 lampau.
Dan Bank BRI, juga dikenal luas oleh segmentasi nasabah mikro. Namun, semakin kemari, seiring perkembangn zaman, BRI sudah/sedang bertranformasi pula menjaja layanan digital, yang mudah dirasakan lewat ponsel pintar para nasabahnya.
Aplikasi BRImo,--misalnya--merupakan media digital, yang mampu diandalkan pelaku UMKM, untuk memparipurnakan bisnis kecil mereka, lewat fitur transaksi transfer/pembayarannya? Lewat aplikasi itu pula, terdapat kemudahan atas aktivitas perbankan lainnya, seperti cek saldo, pembayaran multifinance, PLN, Telkom, kartu kredit, e-wallet, cicilan hingga membeli ragam pulsa.
Lantas, jika mau membuktikan eksistensi dan konsistensi BRIPahlawanFinansial bagi pelaku UMKM, juga sangat mudah? Masih, lewat aplikasi BRImo, nasabah dan pelaku UMKM dapat mengajukan permodalan usaha di sana. Dan semua prosenya berjalan real-time, yang berawal dari usapan dan ketukan dari layar ponsel pintar kita.
Nah, dan lebih jauh lagi membuktikan dedikasi BRI bagi dunia UMKM bertepatan dengan momen HUT127BRI. BRILianpreneur 2022 sengaja dipersembahkan kepada sektor UMKM. Dimana, gelaran kali keempat sejak 2019 oleh BRI itu, akan  mampu menjawab tantangan berat eksistensi UMKM, yakni permodalan, bahan baku serta pangsa  pasarnya.
BRILianpreneur merupakan wadah para UMKM terpilih, untuk mampu melakukan Dealing Bussiness Matching (DBM) kepada dunia luar, guna mengakses tiga tantangan besar ber-UMKM diatas, agar naik kelas. Sebagai catatan keberhasilan BRILianpreneur dari tahun 2019 mengalami peningkatan partisipan UMKM dan nilai DBM-nya.
Nah, pada tahun 2019, BRILianpreneur diikuti 115 UMKM bazar-online, dengan nilai DBM Rp 520 miliar. Lantas di tahun 2020, BRILianpreneur diikuit 423 UMKM Showcase dan 150 UMKM bazar online dengan capaian DBMRp890 miliar.
Selanjutnya di tahun 2021, BRILianpreneur diikuti 500 UMKM bazar onlline dan nilai DBM mencapai Rp 1 Trilun. Dan, terkini BRILianpreneur 2022, sudah diikuti 500 UMKM Bazar online, dan 250 UMKM showcase, yang berlangsung di Jakarta Convention Center, hingga akhir Desember 2022. Dan pastinya Gelaran BRILianpreneur  2022 akan memberikan nilai DBM yang lebih baik lagi, bukan?
Keberkahan UMKM Malahing, yang mengalir sampai jauh
Nah, harus disadari, UMKM kampung Malahing akan memiliki pekerjaan rumah yang berat untuk mampu lebih eksis di masa depan. Â Namun paling tidak, UMKM Malahing sudah memulai semua itu dengan indah. Dan terpenting juga adalah UMKM Malahing, berhasil menebarkan keberkahan digitalisasinya, kepada sektor lain memperkuat ekonomi daerah Kaltim.
Selaras dengan tekad Pemerintah RI yang akan mengandalkan industri digital di masa depan, tentu menjadikan alarm tak luputnya UMKM Malahing ikut terserat pada pusaran aktivitas bisnis UMKM yang lebih baik lagi di masa depan, bukan?
Sehingga keberkahan UMKM Malahing dapat terus perkuat UMKM bangsa, dan berhasil menembus gelaran BRILianpreneur BRI dimasa yag akan datang? Dan akhirnya, mampu pula memaksimalkan peran digitalisasi untuk proses bisnis, sekaligus proses analis bisnis jua, menebarkan keberkahan digitalisasi yang lebih baik dan, lebih luas lagi. Amiin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI