Akses itu lantas memudahkan kita untuk menjajal kreasi jalur rempah dalam sajian kuliner Toba dahulu-kala, yang dapat dinikmati kini. Apa saja itu?
Ombus-ombus, macam camilan  dari tepung beras, kelapa dan gula merah dan biasanya hadir melengkapi waktu pagi kita, selain menjadi sajian pada upacara kebudayaan lainnya.Â
Arsik? Sajian yang menghidangkan ikan mas dalam balutan rempah bumbu kuningnya. Di Masyarakat Sumut, Arsik menjema menjadi simbol doa dan berkat pada prosesi pernikahan khas batak. Cita rasa Arsik, sangat berkrakter dengan kejutan rasa pedas dan asamnya merasuk sampai ke tulang-tulang ikannya.
Tuk-tuk? Ini sambal yang mengandung bahan khas, berupa andaliman yang dikenal dengan merica batak. Ulekan bahan sambalnya, terdiri atas bahan cabai merah keriting, cabai merah besar, bawang merah, bawang putih, kemiri, andaliman, juga jeruk nipis dan ada jua ikan asin. Duh pasti sedap!
Mi gomak, salah satu sajian mie dengan tekstur kenyal dan berukuran mirip dengan  Spagetthi. Sajiannya, dibedakan dalam bentuk kuah dan juga goreng.Â
Rasanya sangat enak, dibalur dengan gurihnya bumbu santan dan tambahan andaliman, asam patikala, dan kecombrang. Ada lagi? Manuk napidar, manuk berarti ayam. Daging ayam diolah dengan kelapa parut dan andaliman, menjadikan rahasia kelezatannya..
Nah, 20 titik jalur rempah Nusantara, --salah satunya ada di Sumut- akan menjadi kata kunci dalam membuka jalur industri periwisata sesungguhnya kan? Menguatkan upaya-upaya Gastrodiplomasi, yakni gabungan diplomasi budaya dan kuliner, guna membangun dan meningkatkan citra bangsa
Dalam praktiknya banyak negara juga sukses menggelar Gastrodiplomasi? Seperti Thailand pada 2002 yang masif mengkampanyekan kuliner mereka yang bertajuk "Global Thai Programe" dengan pendirian banyak restoran ala Thailand di negara lain.Â
Hal sama juga dilakukan Korea Selatan lewat tajuk Global Hansik di 2009 lalu. Dan juga negara jepang yang kampanye Gastrodiplomasi, bertajuk Shoku bunka kenkyQ suishin kondankai di 2005.