Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyapa Bengkirai, Di Rumah Alam Bukit Bengkirai, Kaltim!

19 Mei 2018   14:58 Diperbarui: 6 Maret 2020   07:32 2474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa kita sadari atau tidak, keperluan komoditas kayu bagi keperluan bahan bangunan rumah, seperti pintu, kesen jendela, langit-langit rumah sangat diperlukan di perkotaan ya?

Memang masih ada saja sih,  kebutuhan bahan alam itu tersedia melimpah di pasaran, yang digunakan untuk mempercantik rumah kita dengan ornamen-oranamen alam.

Namun ya, jangan terkejut jika beberapa komoditas kayu menjadi harganya bisa tergolong mahal, dan bisa merogok kocek yang amat dalam kan?

Salah satu kayu yang menjadi perburuan adalah kayu Bengkirai. Jenis kayu Kalimantan ini, mudah sekali diproses, mulai dari diserut, dipotong, diukir dan sebaginya. Tidak salah kayu ini menjadi pilihan utama dalam kayu pertukangan yang dijadikan bahan bangunan.

Di alam, pohon bengkirai bisa memiliki diameter 120 cm dan tingginya mencapai 40 meter. Mengenali kayu jenis ini bisa melihat warna kayunya cenderung kuning dan terkadang agak coklat.

Baca juga : Mengungkap Teguran KPI, Dan Perselingkuhan Tuan Crab Di Film anak Spongebob Squarpant!

Kayu ini banyak digunakan sebagai perabotan rumah dan furniture garden. Kayu jenis bangkirai memiliki kekerasan tinggi dan bobotnya termasuk berat melebihi kayu jati. Kayu ini jenis ini dijual dalam bentuk papan, balok, kaso dan reng.

Harganya dalam bentuk balok mencapai Rp 10 jutaa-an per meter kubik. Dan kayu bengkirai dalam bentuk papan dengan harga Rp 10-11 jutaan per meter-kubik. Sementara harga galar bengkirai saat ini berada kisaran Rp 10 jutaan per meter kubik.

Itulah sebabnya jenis kayu asli Kalimantan ini menjadi buruan, dan mengalami kepunahan di hutan Kalimantan. Barang tentu, kita memang harus paham jika stok pohon kayu yang dipergunakan dari alam atau hutan sangat-sangatlah terbatas.

Hal tersebut bisa kita tahu dari banyak kesaksian dan pemberitaan akan kegiatan illegal logging di era 90-an yang marak yang telah merusak banyak hutan di Kalimantan.

Berada Di Canopy Bridge Bukit Bengkirai (Dokpri)
Berada Di Canopy Bridge Bukit Bengkirai (Dokpri)
Nah, Bisa saja, dengan menjenguk rumah alam yang sakit di rimba belantara kaltim. Menjadikan kita lebih paham, jika alam-pun menginginkan pohon-pohon itu untuk melindungi rumah mereka dari kepunahan semua yang menjadi bagian dalam ekosisitem hutan itu.

Nah kebetulan Kalimantan memang terkenal memiliki stock areal hutan sebagai alas tumbuhnya berbagai jenis pohon kayu endemik itu, yang amat langka saat ini. Karena ya tadi masalah ancaman pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang serampangan dewasa ini, diperlukan kepedulian kita dalam upaya pengenalan dan pelestariannya ya.

Bukit Bangkirai areal hutan wisata yang berada di kawasan Kalimantan Timur, mungkin bisa menjadi secuil areal hutan yang menyajikan kokohnya pohon-pohon endemik Kalimantan. Dan areal ini menjadi tempat bagi banyak Flora dan Fauna menyelamatkan diri dari ancaman kepunahan.

Baca juga : 5 Hal Ini Lho, Yang Menjadi Pertimbangan Kita Harus Jadi Orang Baik!

Kawasan hutan hujan tropis Bukit Bengkirai ini, luasnya 510 hektar, namun belum termasuk kawasan penyangganya yang luasnya mencapai 1500 Ha. Kawasan ini  yang diberi nama kawasan wisata alam bukit Bangkirai, bisa menjadi alternative tempat ekoturisme keluarga, sembari menjenguk rumah alam beserta Bengkirai yang kini semakin terancam keberadaannya.

Saatnya Menjenguk Bengkirai !

Kebetulan perjalanan yang pernah kami lakukan sebulan lalu, memakan waktu selama satu setengah jam menuju Bukit Bengkirai dari Kecamatan Sepaku, Kabupaten Paser Utara.

Memasuki Kawasan Bukit Bengkirai (Dokpri)
Memasuki Kawasan Bukit Bengkirai (Dokpri)
Selama perjalanan menyajikan kawasan bekas hutan yang gundul. Namun di beberapa titik terdapat semak dengan batang pohon yang menjelma menjadi tanggul. Adapula kawasan yang telah menjadi ladang padi masyarakat.

Tak nampak pohon-pohon tinggi yang menjulang karena sudah dibabat oleh perusaan pemegang HPH (Hak Pengelolaan Hutan).

Eh namun, kawasaan Bengkirai ini menjadi penawar rasa sedih itu. Dimana kawasan ini malah menyajikan pohon-pohon tinggi yang menjulang puluhan meter, hingga mencapai 40-80 cm. Dan berdiameter sampai 3-4 meter. Mereka berdiri kokoh, rapat dan menutupi cahaya sinar matahari yang mencoba menembusnya.

Nah jika berada di Balikpapan, kawasan ini bisa diraih dengan jalan darat dan menyusuri jalan trans Kalimantan menuju Bukit Tahura Suharto. Pada persimpangan kilometer 38 kita bisa menumakan plang besar bertuliskan Wisata Alam Bukit Bengkirai.

Dulu kawasan Bukit Bengkirai memang pernah ditetapkan sebagai areal HPH. Namun pada tahun 1998 kawasan itu dijadikan kawasan wisata alam dan dikelola oleh PT Inhutani-1 Mentawir-Batuampar.

Memasuki kawasan ini kita dibiarkan menelusuri jalan setapak, dan membirakan pengunjung  menjumpai berbagai jenis pohon langka khas kalimantan yang terdapat pada kawasan itu. Ada pohon ulin, meranti merah, kayu hitam, kayu kruing dan tentu saja dominasi pohon kayu bengkirai.

Populasi bengkirai memang mendominasi oleh karenanya ya sengaja dinamakan Bukit Bengkirai. Dimater pohonnya ulin konon bertambah 0.5 cm setiap tahun. Jika Bangkirai 0.75 cm pertahun, kayu besi 1 cm pertahun. Jadi bisa gampang bagi kita menebak usia pohon dengan diameter pohonnya yang mencapai 80 cm misalnya.

Baca Juga : Berprofesi Di Dunia Maya Susah Gak Sih?

Bukan itu saja, areal ini menyimpang jenis rotan Kalimantan dan jenis anggrek khas Kalimantan, serta sedikitnya 113 jenis burung. Seperti pelatuk merah, elang hitam, tepekong rangkong, punai, raja udang, burung surga, srigunting, dan elang bondol.

Satwa lainnyanya yang bersembunyi di dalamnya yakni owa-owa, ular piton, beruk, lutung merah, monyet ekor panjang, kancil dan bajing terbang. Ahh, baru memasuki wilayah ini, seperti kembali ke ruamah alam dengan suara serangga yang berdering nyaring.

Ayo Kita Bereksplorasi !

Dan yang paling sayik mengunjungi Kawasan Bungkit Bengkirai ini apa? Pengelola juga menyediakan tujuh trek bagi para pengunjung untuk menjelajah setiap jengkal kawasan itu. Tingkat kesulitan menjajal trek itu juga beragam, ada yang ringan dan pendek sekitar 150 meter-300 meter. Jika yang panjang bisa mencapai jarak kilometer.

Bersiap Tracking (Dokpri)
Bersiap Tracking (Dokpri)
Selama melakukan tracking dalam jalam setapak, kita bisa saja menjumpai pohon yang kebetulan tumbang di tengah perjalanan, dan kita harus bisa berfikir untuk melintasinya. Kicauan burung, aneka serangga dan gesekan batang pohon yang terdorong angin, serta hembusan dedaunan menjadi suara alam bernyanyi menemani perjalanan kita. Dan tak jarang kita memergoki satu dari banyak fauna endemik di sana.

Nah, tidak itu saja di puncak bukit bengkirai terdapat jembatan gantung yang menjadi daya tarik tersendiri. Jembatan itu terkenal dengan nama Canapy Bridge dimana menghubungkan empat pohon bangkirai yang tinggi nan besar.

Jembatan tadi terdiri dari tiga bagian dengan panjang mencapai 64 meter. Tidak terlalu panjang sih, namun melintasinya perlu nyali yang besar. Coba saja jika ingin memompa jantungmu berdetak kencang, untuk mencapainya.

Memulai Tracking (Dokpri)
Memulai Tracking (Dokpri)
Jembatan itu berada di ketinggian 30 meter, lebarnya kurang dari satu meter, dan bisa bergoyang-goyang jika berada di atasnya. Di ketinggian itu, kecepatan angin tertangkap 30 mil perjam.

Di puncak menaranya kita bisa sejenak menyaksikan sembari menikmati pemandangan hutan asri yang ditumbuhi pohon pohon raksasa yang mengingatkan kita rimba kalimantan yang sebenarnya. Jembatan ini diklaim pertama ada di Indonesia. Konstruksinya sendiri dikerjakan oleh ahli canopy bridge asal Amerika Serikat dan menelan biasya mencapai 80 ribu dollar.

Berswa Photo Dengan Para Turis Di Atas Canopy Bridge (Dokpri)(Dokpri)
Berswa Photo Dengan Para Turis Di Atas Canopy Bridge (Dokpri)(Dokpri)
Selain itu, pengelola juga melengkapi sarana lainnya seperti sarana peribadatan dan toilet. Dan ada juga rumah besar lamin, dimana bentuknya menyerupai rumah adat dayak yang sering digunakan untuk rapat dan pertemuan.

Baca Juga : Merindukan Keramahan Industri Sawit

Adapula pondok penginapan (Cottage), tersedia 5 Cottage sebagai tempat penginapan bergaya rumah adat Kalimantan dan dilengkapi fasilitas modern TV, AC dan Kulkas.

Banyak Fasilitas Yang Mendukung Meski Terletak Di Remote Area (Dokpri)
Banyak Fasilitas Yang Mendukung Meski Terletak Di Remote Area (Dokpri)
Dan untuk menghadirkan kesan yang mendalam sebelum pulang, jangan lupa untuk berpartisipasi dalam program adopsi pohon dan tanaman memorial. Dimana donasi dari program ini akan digunakan untuk upaya pelesatrian jenis jenis pohon yang terancam saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun