Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Partai Bulan Bintang Bisa Jadi "Hantunya" Pemilu 2019?

4 Maret 2018   23:10 Diperbarui: 5 Maret 2018   14:30 6442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat dulu buat PBB deh, alias Partai Bulan Bintang ya! Akhirnya bisa bergabung dengan 14 partai politk lain yang bersiap-siap bertarung pada kompetisi Pemilu 2019 mendatang. Hal tersebut sudah dipertegas kok oleh keputusan sidang putusan Bawaslu RI (4/2/2018) tadi malam. Dan mau tidak mau KPU harus menindaklanjuti putusan itu dalam waktu 3 hari ke depan.

Hemm .... Seperti pepatah "perjuangan butuh pengorbanan", bisa jadi seperti itulah langkah terjal PBB untuk bisa berhasil lolos dari tahapan seleksi verifikasi faktual KPU. Itu harus diakui tak lepas dari sosok Yusril Ihza Mahendara, yang tak lelah memperjuangakan partai besutannya itu hingga bisa survive hingga sekarang. Ini menjadi kelas inspirasi bagi saya pribadi sih.

Melihat hantu pasti dong kita sebagian ada yang merasa takut? PBB bisa jadi menjelma menjadi hantu itu pada konteks Pemilu 2019 yang akan datang dan "menakuti" pihak lawan politik. Meskipun ini hanya presepsi awam saya saja sih, namun rupa hantu itu bisa saya jelaskan dengan detail kok.

Nah, yakin mau mendengar cerita horor itu? Mari saya perlihatkan penampakan itu, perlahan! Yang ga kuat bisa angkat tangannya ya!

PBB partai gurem?
Pemilu 2014 mencatat, PBB cuma meraup suara sebanyak 1.825.750 suara alias 1.46 %. Apasih arti suara itu? Artinya suara tersebut tidak mencukupi untuk membuat wakilnya duduk di DPR RI karena terganjal aturan parliamentary threshold pada 2014 lalu.

Eh, namun 2019 bisa lain. Saya kok merasa, bandul keberpihakan akan mengarah kepada partai ini. Aroma politik identitas yang kental dewasa ini bisa saja membuat kaum golput yang mencapai 25% pada Pemilu 2014 menciumnya, atau setidaknya ada bagian dari persentase yang memihak PBB. Serius?

Alasannya? Jumlah umat Islam yang menjadi swing-voters atau golput, dan telah termakan dengan politik identitas, tentu bisa masuk dalam pemilih partai ini. Apalagi banyak sekali simpul ormas Islam yang nganan dan belum menentukan hak politik, bisa-bisa berkumpul memperkuat PBB.

Ambil saja kelompok eks-HTI yang saat ini melakukan perjuangan eksistensinya sebagai ormas Islam di pengadilan, yang belum mempunyai saluran politik demokrasi, bisa saja beralih ke PBB. Lho kan mereka menganut sistem khilafah dan tidak kenal dengan demokrasi? Saya kurang tahu sih, yang pasti "no free lunch" dalam artian PBB sudah banyak membantu HTI dan menanam jasa dalam proses hukum HTI lewat ketua umum PBB Bang Yusril. 

Semua kembali kepada pengurus inti HTI, mau dikemanakan arah politIk ormas HTI ini selanjutnya agar tidak mubazir bila tidak digunakan. Emang berapa banyak pengikut HTI? Tentang banyaknya mereka itu masih puzzle, dan kita bisa mengira-ngira sendiri berapa banyaknya mereka pas berkumpul dalam Gelora Bung Karno berapa saat lalu. Satu juta, 2 juta atau 7 juta, wallahu a'lam akhi ukhti!

Itu pun belum digabung dengan simpul massa Islam yang lain! Jika memang mereka mau bergabung untuk istilah "insaf' atau apalah bahasa lainnya. Dan ini menjadi sinyal postif bagi sehatnya arah demokrasi kita kan? jika mereka mau menjadi bagian dalam suksesor sistem demokrasi negara ini dan mengakuinya. 

Hal itu wajar, melihat pergerakan Yusril selama ini yang menjadi pengacara bagi simpul-simpul ormas islam yang dianggap "hantu" oleh pemerintah pada ranah hukum. Yang pasti fenomena itu real menggambarkan hubungan yang bisa jadi saling menunggangi kepentingan satu dengan yang lainnya. Apalagi kalao bukan antara Yusril dan simpul-simpul islam yang kontra dengan pemerintahan Jokowi tadi, yang bisa saja dimanfaatkan Yusril untuk menggelembungkan ceruk suara PBB mendatang.

"Ya antum jangan tanya seperti itu. Itu masalah dapur saya. Sama seperti saya bertanya pada kamu. Berapa gajinya berapa? Nggak dijawab kan. Lahiya seperti itu," ujar Rokhmat S Labin menggelar konferensi pers di Kantor DPP HTI, Crown Palace A25, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (12/7/2017) malam, ketika ditanya jumlah simpatisan HTI Indonesia.

Hah, memang bener juga ya, ada istilah silent majority? dimana pihak yang dominan biasanya ga mau sombong akan kekuatan politik mereka, dan hadir di akhir permainan. Atau juga bisa istilah unsilent minority itu juga benar-benar ada dalam area demokrasi, di mana jumlah penduduk Indonesia yang melimpah ini, bagian kecil bisa menganggap diri mereka besar dengan suara-suara kritis mereka dari aksi domonstrasi jalanan.

Dalam sejarahnya, platform PBB ialah partai Islam. Sosok Yusril Ihza Mahendra yang merupakan politikus ulung yang pandai memasak segala macam isu politik menjadi sedap untuk disantap. Dan dia bisa menjelma menjadi politisi Muslim- profesional yang juga bisa jadi menjadi aduan bagi umat dalam menentukan pilihan ke depan. Jika politik identitas terus menguat bisa jadi, PBB akan setidaknya berada di papan tengah dan menjadi king maker bagi pilpres selanjutnya atau malah menjadi king-nya!

Apakah Yusril, poros ketiga itu?
Paket PBB yang berisi Yusril, bisa saja menjadi sajian paket 2 in 1 dalam berlaga dalam Pileg dan Pilpres 2019 nanti. Dengan kekuatan PAN-PKB-Demokrat, apakah bisa membawa nama Yusril tersebut dalam poros ketiga itu. Atau malah, aroma Yusril lebih lebih lezat disantap oleh Gerindra-PKS sebagai Cawapres Prabowo? Karena memiliki platform pihak oposan yang kuat pemerintah saat ini.

Hal ini juga menjadi seru dan menakutkan bagi konfigurasi kandidiat capres-cawapres 2019 kemudian. Memang nama Yusril terbuang oleh partai poros ketiga dalam kontestasi Pilgub Jakarta lalu. Realitas ini bisa jadi nyata dalam rumitnya mewujudkan poros ketiga pilpres mendatang dengan nama Yusril.

Apalagi PKB, Demokrat dan PAN juga lagi genit-genitnya mewujudkan ketua umum mereka Cak Imin Bang Zul dan AHY dalam konfigurasi kandidat capres-cawapres mendatang. Namun kesempatan itu bagi Yusril Bisa jadi ada. Karena apasih yang nggak buat politik jika seni berbagi, bila digelar dengan cantiknya.

Poros Prabowo Gerindra-PKS juga bisa menggaet Yusril? Bisa saja Prabowo menjadi king maker dengan memajukan Yusril menjadi capres, agar dua nama Jokowi dan Prabowo yang dirasa membelah rakyat Indonesia tidak terus berulang. Dan menjadi alternatif yang pas dalam momentum politik islam yang menghangat saat ini.

Jokowi dan Yusril, teman atau lawan sih?
Jika memang ada tiga konfigurasi nantinya dengan masuknya gerbong PBB dan nama Yusril Ihza Mahendra. Bisa membuat kontestasi semakin seru. Dan tentu akan menjadi "hantu" yang akan menakuti pemerintahan Jokowi saat ini. Di mana model ini, bisa jadi sama dengan Pilgub Jakarta di mana dua kubu yang dibenturkan antara Ahok dan AHY, ternyata yang menikmati kemenangannya adalah Anies. Politik Bro!

Bagaimana jika Jokowi dan Yusril? Wani pirooo? Mungkin akan susah terwujud ya? Apalagi Yusril selalu menyerang Jokowi dengan statement keras pada setiap kebijakan yang ditelurkannya. Namun jika nama ini bersanding bisa saja membuat persatuan Indonesia lebih erat. Di mana harus diakui Yusril telah memegang "kunci" simpul politik Islam saat ini yang bisa meredam gejolak politik yang ada.

Ah, biar saja Pak Jokowi yang ketakutan ya dan memikirkannya sendiri! Siapakah nama pendampingnya dan lawan politiknya di Pilpres mendatang yang akan dibuka Agustus 2018 nanti. Jangan sampai ketakutan ini mengantui tidur kita malam ini. Dimana presepsi hantu bisa saja menggambarkan kondisi radikalisme yang ekstreem pada masyarakat akan fenomena politik tadi. 

Namun ambil postif saja, jika ini adalah proses demokrasi yang berjalan maju kedepan bagi kepedulian berdemokrasi para pemilih. Saya kira PBB tidak seektreem itu, yang hanya juga ingin  memenfaatkan celah momentum politik islam yang positif, sama dengan yang lainnya.

Jika ditarik ke atas kembali, mengapa PBB menjadi sulit untuk menjadi peserta Pemilu 2019? Kecurigaan mendasarnya adalah tulisan ini. Abaikan sajalah, mungkin kebetulan! Karena saya pribadi masih yakin KPU tidak bermain-main dan masih bersikap profesional dalam menyelenggarakan hajatan politik mendatang. Curiga boleh tapi nuduh jangan ya!

Hadirnya PBB tentu telah membuktikan jika keadilan itu nyata masih ada dalam proses demokrasi Indonesia. Mata Bawaslu memberikan kejelasan pada penyelenggara kompetisi demokrasi agar lebih jeli dan benar dalam mengambil keputusannya nanti.

Ah, tak sabar melihat sinetron politik ini nantinya kan? Penonton harap tenang dan sabar. Jangan takut karena masih ada kakak di sinih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun