Yakin, Mendung tak berarti hujan?. Namun selalu di penghujung tahun, sekira Oktober hingga Maret, awan hitam tebal yang menjuntai tebal di langit kota Samarinda pasti menandakan musim hujan akan segera tiba. Tak usah ditanya lagi kemana air hujan akan mengalir, bagi kami warga Samarinda, bencana banjir selalu menjadi langganan, dan ini bukan hal baru lagi untuk dirasakan di setiap tahunnya. Dan mendung itu akhirnya jadi hujan, dan membawa banjir di penjuru kota ini.
Dari banyak koleksi bencana banjir tahunan di kota Tepian Samarinda ini. Bencana banjir yang paling besar terjadi pada april 2009 lalu. Hujan lebat yang turun dan disertai angin kencang, merendam ribuan rumah di 5 kelurahan di 2 kecamatan. Hujan lebat yang turun pada 29 april 2009 dini hari lalu, pelak telah meluapkan air sungai karang mumus dan menyebabkan ketinggian banjir pada saat itu mencapai 1.5 meter. Air yang tumpah ruah di jalanan kota ditambah lagi oleh jebolnya bendungan Benanga, yang terletak di Desa Lempake, di wilayah utara Samarinda. Air bendungan telah melewati ambang waspada 42 cm  yakni  mencapai 90 cm, dimana ambang ambang bahaya setinggi 100 cm.
Dan Kerugian Itu?
Semua orang tak ada yang menginginkan bencana banjir kan?. Dan semua bencana pasti menimbulkan hal yang destructive. Dari kegiatan usaha atau apapun juga akan terganggu karena banjir, dan pasti mengakibatkan rusaknya  property yang kita sayangi akibat terjangan banjir dan tanah longsor sebagai efek bencana ikutan lainnya.
Mitos Artikata Samarinda Dan Samarendah ?
Sebagai masyarakat, wajar saja menggantungkan harapan kepada pemerintah daerah Samarinda untuk menuntaskan masalah banjir ini, meski hingga sampai saat ini belum ada realisasi dalam penanggulangannya. Berbagai program pemda seperti normalisasi sungai, parit, dan juga jumlah petugas kebersihan masih saja nihil hasil.
Sepertinya banjir di kota ini tidak akan pernah terobati jika merujuk alasan teori penyebab banjir yang mengatakan adanya persamaan ukuran sungai Mahakam dengan daratan di tepiannya sama sama rendah. Sampai awal dasawarsa tahun 1950-an setiap air sungai mahakam pasang naik, sebagian jalan-jalan di samarinda selalu terendam air. Terlebih lagi jika sedang pasang besar, ada beberapa jalur jalan yang sama sekalitidak dapat dilintasi kendaraan karena ketinggian air yang merendamnya.
Guna menanggulangi masalah itu, sejak awal 1950-an dilakukan penurapan lalu jalan ditinggikan hingga berkali-kali. Pada tahun 1978 ketinggian total bertambah 2 meter dari permukaan awal sehingga jalan tidak lagi terendam kecuali Mahakam pasang luar biasa. Inilah versi sejarah atau mitor asal muasal kata samarinda yang dulu adalah Sama rendah. Dari fakta itu, kemungkinan penyakit banjir di kota ini akan terus menahun bila Pemda Samarinda tidak ada usaha yang lebih keras lagi dalam menanggulanginya.
Berkawan Saja Dengan Bencana Banjir Ini
Ya sudahlah, berkeluh kesah tentu tidak akan menuai hasil kan ya?. Yang ada malah memberikan rasa kekecewaan saja. Bencana banjir ini tentu harus disikapi dan dikelola terutama mengenai resiko dampak yang ditimbulkannya kepada khusus pribadi masing-masing. Bagi saya, bencana tahunan yang sampai detik ini belum dapat dituntaskan harus dapat memberanikan kita untuk tidak menyerah. Bagi saya berkawan dengan bencana adalah cara yang ampuh menyikapinya dan bukan malah memusuhinya. Siapa takut?
Yuk.. menjaga Kebersihan Lingkungan!
Nah, untuk mengelola semua resiko bencana itu semua, hal yang paling penting adalah kepedulian kita  sebagai warga samarinda terutama diri pribadi dalam menjaga lingkungan sekitar. Terutama membuang sampah pada tempatnya, membershkan drainage yang tersumbat minimal disekitar lingkungan kita bermukim, dan yang pasti saling mengingatkan kepada sesama untuk dapat menjaga kebersihan di lingkungan kita ya. Simpletapi sepertinya berat dilaksanakan ya bagi banyak orang.
Asuransi bisa jadi jalan yang arif menyikapi bencana banjir tahunan bagi warga samarinda. Kalau saja, kita alpa menyelamatkan barang-barang yang berharga yang kita miliki. Asuransi bisa memberikan solusi atas kerugian yang diderita ya. Tentu saja kita harus mengelola keuangan kita lebih jeli dalam menyiapkan biaya perbulannya dalam berasuransi.
Zurich Asurance salah satu perusahaan asuransi kini hadir menyapa kita, untuk memudahkan berkawan dengan bencana tadi. Zurich memberikan perlindungan pada kendaraan termasuk kewajiban hukum kepada pihak ketiga atas kematian atau luka luka jasmani dan atau kerusakan property terhadap kerugian dan atau kerusakan secara fisik akibat dari resiko yang ditanggung, seperti kecelakaan, kebakaran, kendaraan terbalik, kerusuhan dan huru-hara, gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami dan banjir.
Yuk Saling Berbagi Informasi Dan Mengingatkan Bencana Via Aplikasi Z-Alert
Adanya aplikasi yang menginformasikan spot bencana di Smartphone kita pasti sangat membantu. Zurich Asurance mengerti betul tentang hal itu, sehingga perusahaan asuransi itu meluncurkan aplikasi Z-alert. Aplikasi itu akan menggambarkan semua hal yang terjadi terutama bencana dalam spot di sebuah peta wilayah kita. Tentu saja informasi mengenai bencana yang terjadi, didapat dari orang-orang yang kebetulan menyaksikan ataupun menjadi korban dari bencana itu. Melalui media social, radio dan televisi semua kejadian akan selalu tampil update.
Dengan berkawan dengan bencana, seharusnya bencana tidak kitase selalu keluhkan, dengan pengelolaan resiko viaasuransi, semua hal yang akan mengganggu atau mengancam apa yang kita cintai dan miliki bisa kita kurangi. Dengan berkawan dengan bencana, walhasilkita sepertinya benar-benar dapat menerima bencana menjadi sebuah pelajaran dan cobaan yang bisa kita kerjakan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H