Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Money

Mulai Kini Daerah Marginal Kaltimtara, Tidak Gelap Lagi..

25 November 2016   12:42 Diperbarui: 27 November 2016   09:14 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Horeee. Warga terpencil di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimtara) kini telah dapat menikmati aliran listrik selama 24 jam, sejak oktober 2016 lalu, lho. Daerah itu mencakup daerah pedalaman yakni Muara Pahu, Atap, Tulin Onso, sebuku dan Sangkulirang. Dengan kepastian dan kemudahan pemasangan daya baru listrik masyarakat dari rumah ke rumah, pergerakan aktivitas ekonomi kecil dengan sendirinya akan bergairah.

Tingkat elektrifikasi di wilayah Kaltimtara memang mencapai 85% patut disyukuri, namun coverage dari ketersedian energi listrik belum menjangkau wilayah pinggiran dan wilayah terluar Kaltimtara lainnya. Padahal sumber daya alam di wilayah ini, terutama Migas dan SDA mineral sangat berlimpah, semestinya daerah ini menjadi wilayah  pertama yang menikmati pemerataan energy dan ketersedian SDA tersebut.

Program Nawa cita pemerintah RI yang akan menyasar  pembangunan wilayah marginal Indonesia akan dipertaruhkan dalam hal ini. Masalah pasokan BBM terutama solar oleh Pertamina sebagai penyuplai pembangkit listrik dan juga kebutuhan bahan bakar alat transportasi, akan menjadi kata kunci bagi pergerakan ekonomi Kaltimtara secara luas lagi. Karena tidak dapat dipungkuri, pembangkit listrik yang diandalkan di Kaltimtara, masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbahan bakar solar. Kedepan juga harus ada alternative lain, dalam usaha memprioritaskan distribusi solar bagi kebutuhan pokok masyarakat Kaltimtara selain pemenuhan bahan bakar listrik tadi.

Ancaman Masalah Byar Pet Kaltim di tahun 2004an..

Masih ingat dulu, pada awal tahun 2004-an, sebagian besar energi listrik di Kaltim yang dipasok dari sistem Mahakam, mengalami defisit daya,  sehingga pemadaman listrik secara bergantian menjadi solusi yang dilakukan di wilayah Kaltimtara. Pemadaman disebabkan karena direncanakan dan spontan. Direncanakan berkaitan dengan pemeliharaan rutin mesin pembangkit dan saluran udara (kabel) tegangan. Secara spontan dikarenakan terjadi gangguan dari pembangkit listrik, serta tersendatnya pasokan bahan bakar solar dan pemakaian secara berlebihan oleh pelanggan.

Dengan pertumbuhan penduduk kaltim yang terus meningkat, menyebabkan permintaan energy listrik pun baertambah. Peningkatan permintaan energy  listrik tentu otomatis akan meningkatkan peningkatan pasokan distribusi penyaluran bahan bakar solar bagi pembangkit listrik di Kaltimtara.

Sistem Mahakam yang menjadi penyangga kebutuhan dasar listrik di Kaltimtara masih bertumpu atas PLTD yang berbahan bakar solar, sebut saja pada tahun 2004 lalu membutuhkan bahan bakar solar sebanyak 151.196 juta liter solar. Di tahun 2005 naik 33 % menjadi 225 juta liter. Namun secara umum pasokan bahan bakar ini masih kurang. Kebutuhan solar idealnya 321 juta liter solar, tetapi pasokan solar hanya 301.422 juta liter solar sehingga kurang 19.597 juta liter solar. Kurangnya pasokan ini akan menggangu pada turunnya kemampuan mesin dalam membangkitkan daya listrik. Saat daya listrik kurang, mau tidak mau pasokan listrik berkurang juga, sehingga dilakukan pemadaman listrik secara bergiliran.

Sumber: EnergiToday.com
Sumber: EnergiToday.com
Realitas listrik byar pet itu sangat terasa sekali di tahun 2004-2005 lalu, dikala ketersediaan bahan bakar solar menjadi langka karena harga minyak dunia meroket dan langka. Efeknya akan menjalar bagi ketersediaan energi listrik dan stabilitas harga pokok dalam menggerakkan roda ekonomi Kaltimtara. Dan sepertinya hal ini harus menjadi pelajaran sehingga tidak terjadi lagi di masa yang akan datang ya.

Pertamina selalu ada buat kita..

Bisa kita bayangkan, dengan kondisi geografis Kaltimtara yang rumit,  dengan cakupan medan yang luas, hutan, dan anak anak sungai, rupanya membuat PT Pertamina tidak menyerah dalam memasok BBM solar untuk dapat dinikmati warga di pelosok wilayah ini. PT Pertamina di tahun ini telah mencoba cara baru dalam distribusi solar, dengan menggunakan pesawat terbang. Wah, Hal itu tentunya akan menjadi pilot project dalam pendistribusian solar ke daerah terpencil lainnya nanti di wilayah timur Indonesia.

Sumber: kalimantan.bisnis.com
Sumber: kalimantan.bisnis.com
Mulai juni 2016 lalu, cara ini telah ampuh mendistribusikan BBM solar menggunakan pesawat terbang ke daerah terpencil seperti daerah krayan dengan membawa 1000 liter solar. Hal ini tentu menggembirakan bagi warga Kaltimtara yang tercekik dengan harga solar yang melangit, sekitar Rp 60 ribu perliter, selain harga barang pokok lainnya. Distribusi solar via jalur udara yang diberi nama air tractor itu bisa mendistribusikan solar kapasitas 4000 liter nantinya.Harus diakui, pengiriman solar dengan menggunakan jalur air, yakni kapal sembako telah menyebabkan pengiriman berlangsung lama. Dan menghambat pembangunan daerah marginal.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahan bakar solar menjadi tumpuan bagi perekonomian di Kaltimtara. Bentuk geografis Kaltim memberikan hambatan dalam pendistribusiannya, meskipun pasokan cukup, kendala infrastruktur akses jalan kerap menjadi alasan bagi kelangkaan jenis BBM ini. Selain sebagai bahan bakar energy listrik, penyaluran BBM Solar oleh Pertamina sangat dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan bahan bakar system transportasi darat dan air. Dimana akibat kelangkaan solar, akan berpengaruh terhadap harga harga pokok di pedalaman Kaltim. Sehingga stok BBM ini harus terus dijaga, dalam menunjang roda ekonomi masyarakat Kaltimtara.

Ketika harga minyak dunia murah saat ini dikarenakan produksi minyak melimpah di pasar dunia, penyaluran BBM solar saat ini dapat dikatakan aman. Namun kedepan, ketika produksi minyak mulai payah dan disusul dengan kenaikan harga yang tinggi, tentu saja akan memberikan doble effek terhadap ancaman krisis energy listrik dan juga inflasi harga kebutuhan pokok masyarakat, yang dapat memperlambat putaran roda ekonomi Kaltimtara.

Sudah saatnya, kita memikirkan alternative  cara untuk memberikan prioritas terhadap penyaluran Solar bagi peruntukan utamanya. Jika dikaitkan dengan hal sebelumnya, sudah tepatlah kita untuk mendahulukan penyaluran solar untuk hal yang lebih pokok seperti penguatan distribusi solar terhadap usaha transportasi bagi stabilitas inflasi di Kaltimtara. Itu artinya, harus ada upaya pengalihan tehnologi dengan menggunakan bahan bakar alternative lainnya bagi pembangkit tenaga listrik di Kaltimtara.

Batubara sebagai solusi?

Kejayaan ekonomi Kaltimtara yang ditopang oleh SDA di tahun 1990 – 2000-an telah menjadi kenangan manis bersama. Hal tersebut dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kaltim yang mencapai 5.71 %, dimana konsumsi batubara dalam negeri digunakan untuk keperluan ekspor. Namun saat ini, dikarenakan perlambanan ekonomi dunia, bisnis batubara di Kaltimtara anjlok, dan membuat potensi batubara Kaltim yang berlimpah menjadi musibah. Lihat saja, di akhir tahun 2015 kemarin, pertumbuhan ekonomi Kaltim mengalami kontraksi menjadi minus 0.85%, dimana tahun sebelumnya di 2014 bisa mencapai pertumbuhan 2.02%.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Effek Doppler pun melanda Kaltim, PHK besar besaran dan juga angka pengangguran yang melejit membuat postur APBD 2016 menyusut drastis hampir Rp 1.7 Trilyun dari tahun sebelumnya. Hal tersebut membuat ekonomi di Kaltimtara menjadi lamban, pembangunan di wilayah ini juga harus berhemat.

Saya kira moment ini sangat tepat jika ada upaya dari pemerintah, untuk menggairahkan kembali potensi eksploitasi batubara Kaltim dengan mengalihkan tehnologi pembangkit energy listrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama. Tentu hal tersebut mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dengan mengganti PLTD yang menjadi andalan pada system Mahakam menjadi PLTU yang berbahan bakar batubara. Dengan demikian system hulu dan hilir pasar batubara Kaltim menjadi jelas, dan membuat pelaku usaha pertambangan kembali hadir untuk mengangkat keterpurukan ekonomi Kaltimtara yang dirasakan saat ini.

Sumber: kalimantanemashitam.blogspot.com
Sumber: kalimantanemashitam.blogspot.com
Dua sisi hal yang kita dapatkan yakni, potensi batubara dapat diandalkan sebagai bahan bakar alternative yang dapat menggantikan solar  dan akan berimplikasi ketersediaan pasokan solar yang aman bagi kebutuhan moda transportasi baik darat dan laut dalam pendistribusian bahan bahan pokok. Dengan jaminan ketersedian yang aman karena pasokan tidak terbagi untuk kebutuhan pembangkit listrik, hal ini jelas akan menjamin menekan pergerakan angka inflasi yang tinggi. Jika keduanya, baik energy listrik dan stabilitas inflasi terjamin akan memperkuat ekonomi kaltimtara untuk kedepannya.

Harapan itu ada..dan Saatnya Ekonomi Kaltimtara berputar lagi

Program listrik 35.000 ribu watt Presiden Jokowi, memberikan angin segar terhadap pembangunan pembangkit energy listrik baru di kaltim. Yakni, rencana proyek Independent Power Producer (IPP) PLTU Kaltim 3 (1x200 MW) dan PLTU Kaltim 6 (1 x 200 MW). Selain, PLTU Teluk Balikpapan 2x110 MW yang masih belum selesai pengerjaanya, bisa menjadi usaha efektivitas penyaluran BBM solar bagi kebutuhan alat transportasi dalam membawa hasil kebutuhan pokok ke seluruh pelosok kaltimtara.

Jika momen efektivitas pendistribusi BBM solar ini terlaksana, bisa jadi akan membawa ekonomi ke arah yang lebih baik lagi dari saat ini. Kita bisa bayangakan, penyaluran BBM solar tidak lagi menjadi prioritas penyuplai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dimana pemerintah, telah menupayakan perlahan mengganti semua pembangkit listrik di kaltim dengan PLTU yang membutuhkan batubara sebagai bahan bakar utamanya. Dengan skema ini, maka geliat bisnis batubara bisa dirasakan kembali, dimana pangsa pasar hulu dan hilir telah terbentuk dengan adanya pembangunan infrastruktur PLTU di Kaltim. Masalah pengangguran dan penciptaan lapangan kerja baru akan tercipta kembali, dalam memutar roda ekonomi dari yang kecil hingga yang besar.

Mari Kita Berdoa, mimpi itu menjadi nyata..

Kita berharap, pembangunan PLTU di Kaltimtara segera terealisasi, sehingga dapat menjamin pasokan BBM solar yang sangat dibutuhkan bagi aktivitas masyarakat pedalaman Kaltimtara. Utamanya, sebagai bahan bakar transportasi, yang memiliki dampak luar biasa terhadap stabilitas harga bahan pokok. Dan juga sebagai faktor yang menyangga ekonomi kecil, seperti digunakan sebagai traktor bagi lahan pertanian dan juga kebutuhan para nelayan untuk mencari nafkah di lautan. Jika kebutuhan listrik terpenuhi dan harga harga pokok dapat terjangkau, ahh betapa bahagianya hidup di Indonesia ya, kesejahteraan bangsa ini sudah ada di depan mata.

https://www.facebook.com/aal.arbi.soekiman

https://twitter.com/THEarby

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun