Untuk saat ini, sambung Ableh, saya baru mengelolah bank sampah diwilayah Perumahan Park Place dan Bekasi Timur Regency.
Jadi, jelas Ableh, sampah yang dari warga akan kita sortir untuk kita kelolah kembali, sisa sampah yang tidak dapat kita kelolah baru yang akan kita buang ke TPAS.
"Hasil kelolahan kita bisa mengurangi volume pembuangan sampah yang masuk ke TPAS, contohnya, dari 4 truk sampah yang kita kelolah yang kita buang kembali atau sisa sampah paling 1 truk yang masuk TPAS, jadi 3 truk bisa kita manfaatkan," terangnya.
"Kita telah mengurangi volume sekitar 3 truk untuk sampah yang masuk ke TPAS Burangkeng," ucapnya.
Selain itu, tambah Ableh mengatakan, warga sekitar saya pekerjakan untuk mensortir sampah yang masih bisa di kelolah, secara tidak langsung perekonomian warga sekitar sedikit terbantu dengan adanya bank sampah yang saya kelolah.
"Bahkan, warga perumahan yang mayoritas ibu-ibu bisa dapat tambahan uang jajan dalam setiap bulannya," imbuhnya.
"Para ibu-ibu yang berada di perumahan mengumpulkan sampah yang bisa kita kelolah, seperti kertas, plastik, kaca, besi, alumunium dan lain-lain, akan kita bayar setiap bulannya melalui pengempul wilayah, untuk pengempul bank sampah biasanya RT atau RW setempat, disini Pengempul juga bisa mendapatkan keuntungan tersendiri dengan bekerjasama menjadi pengepul bank sampah," tambahnya.
"Selain mengelolah sampah non organik, saya juga memanfaatkan sampah organik seperti sisa nasi, sayur, buah dan lain-lain, untuk umpan ternak entok, bebek dan ayam yang saya miliki,"
"Tetapi semua pelaksanaan bank sampah tidak bisa maksimal, karena keterbatasan lahan, alat serta materi,"
Disini saya membutuhkan sentuhan pemerintah untuk membesarkan program bank sampah ini
"Saya juga berharap pemerintah bisa menjadi partner serta pembinaan untuk bank sampah yang saya kelolah, seperti menyiapkan lahan tidur yang dapat saya kelolah untuk program bank sampah, mesin potong dan mesin cacah untuk sampah, bahkan anggaran yang memadai untuk kita kelolah," pungkasnya.