Mohon tunggu...
Muhammad Satria
Muhammad Satria Mohon Tunggu... Penulis - Menambah Pengalaman dengan Menulis

Saya menulis apa saja yang saya harap bisa berguna.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Corona "Membawa" Kita ke Masa Depan

11 Juli 2021   00:10 Diperbarui: 11 Juli 2021   12:07 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#SekadarSharing

Berbicara tentang masa depan (dalam artian sesungguhnya), apa yang biasanya terdapat di benak kita? Mobil terbang, teleportasi, mesin waktu? Ya, kebanyakan dari kita tentu berpikir mengenai hal - hal semacam itu, sehingga mungkin kebanyakan dari kita juga berpikir bahwa dunia ini masih sangat jauh dari apa yang disebut sebagai masa depan. Tapi, sadarkah kita bahwa pandemi Corona seakan membuka mata kita bahwa saat ini kita sudah berada di masa depan? Ya, sungguh! Tapi, bagaimana mungkin?

Sekarang mari kita lihat salah satu kebiasaan baru yang tercipta di tengah - tengah kita, yaitu webinar, pembelajaran daring, atau apa pun yang memanfaatkan teknologi video conference. Selama 1,5 tahun menggunakan teknologi tersebut, baru kali ini saya menyadari bahwa teknologi video conference bukan sekadar fitur baru dalam berkomunikasi, melainkan juga semacam checkpoint yang menandai pesatnya kemajuan pemikiran manusia. Hal tersebut saya sadari ketika saya sedang mengikuti kelas bahasa Polandia di Online Summer Course 2021 yang diselenggarakan oleh NAWA di UMCS Liublin.

Sebagaimana kelas bahasa pada umumnya, sesekali dosen meminta kami (para mahasiswa) untuk membaca dialog. Awalnya saya merasa biasa saja. Namun, menyadari lawan dialog saya berada di Mesir dan dosen yang mengoreksi dialog kami berada di Polandia, saya menjadi tersentak, "Wah, gila! Baru sadar ini dialog dibaca dari tiga benua berbeda (Asia, Afrika, Eropa)", pikir saya. Menariknya, fitur share screen pada teknologi video conference juga memungkinkan dosen kami yang bertempat di Polandia untuk secara langsung menampilkan materinya ke mahasiswa - mahasiswanya yang tinggal di empat negara berbeda (kelas kami diisi oleh mahasiswa dari Indonesia, India, Perancis, dan Mesir). Lantas saya berpikir kalau - kalau inilah implementasi dari teleportasi!

Sejauh ini kita selalu mengaitkan teleportasi dengan berpindahnya manusia dari satu tempat ke tempat lain (baik dekat maupun sangat jauh) dalam hitungan detik. Tentu hal tersebut belum pernah terjadi sampai saat ini. Tetapi, saya rasa teknologi video conference juga sudah merupakan implementasi dari teleportasi, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Secara fisik kita mungkin tetap di tempat yang sama, namun secara digital kita sudah berpindah menggunakan fitur audio dan video dalam video conference. Jika kita berkomunikasi dengan seseorang yang tinggal di Inggris, maka secara digital kita berpindah ke Inggris (dalam hitungan detik!). Sebab apa? Sebab perawakan kita dapat disaksikan dan suara kita dapat didengar oleh mereka yang berada di sekitar orang yang menjadi lawan komunikasi kita (kecuali jika orang tersebut menggunakan earphone dan tidak bersedia menunjukkan layar gadget-nya kepada orang - orang di sekitarnya).

MOBIL TERBANG & MESIN WAKTU

Mungkin saya akan berbicara tentang mobil terbang terlebih dahulu. Saya rasa, tidak ada lagi yang perlu kita tunggu. Dengan diciptakannya pesawat dan helikopter, mobil terbang bukanlah suatu hal yang mustahil untuk diciptakan. Namun, mobil terbang tidak akan pernah digunakan sebagai transportasi sehari - hari. Mengapa? Sebab seperti yang saya sebutkan, kita sudah memiliki teknologi pesawat dan helikopter. Jadi, biarlah mobil sebagaimana gunanya menjadi alat transportasi darat.

Kemudian tentang mesin waktu. Pernahkah teman - teman menonton film Di Desa yang diproduksi oleh Jepang pada tahun 1940-an. Ya, film tersebut merupakan film propaganda Jepang saat masih menancapkan kekuasaanya di bumi Indonesia. Sebagaimana film jadul pada umumnya, film Di Desa juga tidak berwarna. Namun, teknologi manusia saat ini memungkinkan film - film hitam putih untuk diberi warna, dan kemudian diatur sedemikian rupa sehingga menjadi 60 FPS. Film tersebut bisa disaksikan di YouTube dan kita benar - benar dapat merasakan suasana saat itu. Jadi, penemuan kamera dengan berbagai fiturnya yang semakin canggih saya rasa merupakan implementasi dari mesin waktu, karena kamera memungkinkan kita untuk melihat secara nyata suasana yang sudah terjadi di masa lalu. Bahkan, salah satu kanal YouTube bernama British Pathe masih menyimpan rekaman video Ratu Victoria ketika berkunjung ke suatu tempat pada penghujung tahun 1800-an. Saat ini, kita yang hidup di tahun 2021 masih dapat menyaksikan peristiwa yang terjadi di penghujung tahun 1800-an tersebut. Bayangkan, kita masih dapat menyaksikan peristiwa yang terjadi 120 tahun lalu, meskipun dibatasi oleh jangkauan lensa kamera dan durasi. Jadi, apa bedanya hal tersebut dengan mesin waktu? Tidakkah ini semua bukti kalau kita sudah berada di masa depan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun