"Andai Rossi tidak pindah dari Honda, rasanya bukan hanya sepuluh, mungkin lima belas gelar juara dunia sudah berhasil diraihnya".
Begitulah anggapan sebagian orang. Well, wajar sih, sejak dulu Honda memang dikenal sebagai motornya para juara. Sebut saja nama-nama seperti Mick Doohan, Alex Criville, Nicky Hayden, Casey Stoner, Marc Marquez, serta Valentino Rossi itu sendiri. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa keputusan Rossi meninggalkan Honda diambil kala Rossi sudah - secara keseluruhan - mengoleksi lima gelar juara dunia.Â
Rossi sudah merupakan seorang mega bintang kala itu. Oleh karenanya, keputusan The Doctor tentu bukanlah keputusan yang gegabah. Banyak pertimbangan di dalamnya. Lalu kira-kira apa saja pertimbangan sang legenda balap motor itu?
1. TANTANGAN
Bisa dikatakan bahwa Rossi merupakan satu-satunya pembalap 'gila' yang pernah ada. Betapa tidak? Kala pembalap-pembalap lain bermimpi untuk bisa berada di Honda - tim yang kala itu berada di masa keemasan tak terkalahkan -, Rossi justru sebaliknya. Ia rela meninggalkan Honda demi Yamaha - tim yang sedang dalam kesulitan, bahkan lebih sulit dari Ducati yang saat itu merupakan pemain baru. Namun itulah jawaban atas tantangan.Â
Ia ingin mencetak sejarah baru dalam dunia balap motor ini. Benar saja, saat ini Rossi tercatat sebagai satu dari sekian pembalap yang berhasil menjadi juara dunia dengan lebih dari satu pabrikan. Rekor ini bahkan belum mampu disamai oleh Marc Marquez dan Jorge Lorenzo.
2. PERBEDAAN PANDANGAN
Sebagaimana sepak bola, MotoGP juga merupakan kompetisi antar tim - bukan antar individu. Perlu ada hubungan baik antara para mekanik dengan pembalap sehingga bukan hanya tercipta sebuah tim yang kuat, melainkan juga harmonis.
Sayangnya menurut Honda, motor adalah faktor utama penentu kemenangan. Di dalam kamus Honda, tidak ada pembalap yang menang atau kalah, yang ada motornya. Para mekanik Honda bahkan sempat mengatakan kalau mereka bisa saja menciptakan sebuah motor yang hebat tanpa saran apapun dari pembalap.Â
Pembalap hanyalah pelengkap yang bisa diisi oleh siapapun. Padahal, pembalap-lah yang mengendalikan, menguji, serta merasakan jika ada yang salah dengan motor. Hal ini juga termasuk salah satu tantangan yang ingin dijawab oleh Rossi: manusia lebih utama dibanding mesin.
3. DIKECEWAKAN
Setidaknya ada dua hal yang membuat Rossi merasa dikecewakan oleh Honda. Bukan, bukan kegagalan Honda membawa Rossi sebagai juara. Rossi hampir selalu juara dengan Honda. Hal pertama yang membuat Rossi kecewa ialah kala Honda terkesan menolak memberikan NSR 500, padahal dengan motor itu Rossi berhasil membawa Honda menjadi juara dunia terakhir di kelas 500cc.
Hal kedua ialah kala Honda secara sepihak membatalkan rencana uji coba Honda NSR 500 dengan menggunakan ayah sang legenda hidup - Graziano Rossi.
Selain Yamaha, sebenarnya Rossi juga sempat melirik Ducati, terlebih Ducati merupakan pabrikan Italia. Namun dari ketiga opsi: Honda/Yamaha/Ducati, Yamaha-lah yang menurut Rossi paling bersedia memberinya kebebasan. Ducati sama saja dengan Honda. Bukan sama sekali tidak mau mendengar masukan dari pembalap, melainkan jarang.Â
Mereka lebih suka mengagungkan teknologi. Kembali ke Yamaha, secara terang-terangan Davide Brivio - yang saat itu merupakan manajer Yamaha - Â bahkan mengatakan bahwa Yamaha menginginkan Rossi. Hanya Rossi yang menurut Brivio mampu membawa Yamaha mengalahkan Honda. Oleh sebab itu Rossi merasa memiliki peran besar dan dianggap penting oleh Yamaha.
5. KETENANGAN & KEBAHAGIAAN
Rossi merupakan orang yang santai. Maksudnya, ia tidak bisa melulu membahas tentang motor dan balapan. Sebagai seorang manusia, perlu juga baginya untuk sesekali bercanda atau ngobrol ngalor ngidul dengan orang-orang di garasi balap. Mentalitas seperti itu sayangnya tidak ia temui di Honda. Kehidupan Honda penuh dengan tekanan dan ketegangan. Rossi bahkan sampai tidak lagi menikmati kemenangan yang ia raih dengan Honda.
Yamaha sebenarnya juga sedikit memiliki mentalitas serupa, karena kedua pabrikan ini sama-sama dari Jepang. Namun Yamaha masih bisa lebih santai. Pada larut malam kala Rossi pertama kali masuk - menyelinap - ke dalam garasi Yamaha, kepala perancang Yamaha asal Jepang - Ichiro Yoda - bahkan masih sempat membuat lelucon terkait speedometer digital yang terpasang pada motor mereka, padahal saat itu Yoda sudah sangat mengantuk karena orang Jepang tidak terbiasa begadang.
6. SEJARAH YAMAHA
Terlepas dari keterpurukan Yamaha kala Rossi masih membela Honda, Yamaha merupakan pabrik sepeda motor kedua terbesar setelah Honda. Dalam dunia balap, Yamaha juga melahirkan banyak pembalap-pembalap hebat seperti Kenny Roberts Sr., Wayne Rainey, Giacomo Agostini, dan Eddie Lawson.
References
Rossi, V. (2005). Otobiografi Valentino Rossi (Andai aku tak pernah mencobanya...). (S. Sasono, Ed., & D. Suseno, Trans.) Jakarta Selatan, Indonesia: UFUK PRESS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H