Mohon tunggu...
Muhammad Satria
Muhammad Satria Mohon Tunggu... Penulis - Menambah Pengalaman dengan Menulis

Saya menulis apa saja yang saya harap bisa berguna.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku "Brunei Mengaji" Karya Sultan Saiful

6 Juli 2019   20:21 Diperbarui: 6 Juli 2019   20:28 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo credit: amazon.com

Sultan Saiful merupakan seorang international trader yang juga bekerja sebagai dosen dan kerap mengisi waktu luangnya dengan menulis. Sebagai seorang international trader, ia kerap melakukan perjalanan ke luar negeri, khususnya ke negara-negara ASEAN guna mengadakan perjanjian bisnis atau sekadar mengeksplor daerah-daerah tersebut yang kira-kira berpotensi pada bisnisnya. 

Kisah-kisah perjalanannya dituangkan dalam buku Brunei Mengaji ini. Buku ini terdiri dari sepuluh bagian (yang dalam buku ini disebut sebagai mozaik). Setiap mozaik mengisahkan peristiwa yang berbeda-beda, namun inti dari peristiwa-peristiwa tersebut ialah pentingnya bersikap baik, sopan, dan hormat terhadap siapa saja sehingga bisa menjalin banyak persahabatan. 

Ya, melalui buku ini kita akan menyadari betapa persahabatan yang luas membuat kita bisa terus merasakan 'rumah' tak peduli sejauh mana kita melangkah.

Berawal dari Saiful yang berkisah tentang dua orang temannya semasa sekolah dasar di mana ada seorang anak bernama Amran yang merasa cemburu terhadap seorang anak baru bernama James. Pernah suatu hari ketika James sedang berjualan kue, Amran menghampirinya untuk membeli kue tersebut. 

Bukan untuk dinikmati, melainkan untuk dihina. Amran bahkan mengusir James dari tempat tersebut. Namun James tidak pernah menaruh dendam kepada Amran. James bahkan menjenguk Amran ketika Amran menderita sakit keras. Sejak peristiwa itu mereka kemudian bersahabat.

Pada mozaik kedua, Saiful berkisah tentang tiga masjid yang dikunjunginya di dua negara ketika ia sudah menjadi seorang international trader, yaitu Singapura dan Brunei. Bukan tentang masjid apa saja yang dikunjungi, melainkan perlakuan hangat yang diterimanya selama ia berada baik di dalam maupun di sekitar masjid-masjid tersebut. 

Ketika ia berkunjung ke masjid pertama yang letaknya ada di sebuah ujung jalan di Singapura, ia mendapati bahwa masjid tersebut sedang mengadakan masak besar dalam rangka peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Betapa mengesankan! Meskipun Saiful bukan jamaah tetap masjid tersebut, ia tetap diminta untuk menikmati hidangan yang tersedia terlebih dahulu sebelum beranjak pergi meninggalkan masjid. 

Perlakuan serupa juga sempat didapatnya ketika ia sedang berada di Kampung Ayer, Brunei. Lurah setempat menemaninya bercengkerama ketika ia pada suatu sore sedang duduk sendiri di atas jembatan. Selepas bincang santai tersebut, Saiful kemudian meminta izin untuk melaksanakan salat Asar di surau setempat.

Pada mozaik selanjutnya, Saiful mencurahkan isi hatinya terkait kehidupan para petani perempuan yang dilihatnya. Ia menyadari betapa mereka sudah bekerja keras setiap harinya, namun tidak mendapatkan bayaran yang pantas. 

Melalui yayasan yang didirikannya sejak 2011, ia mengajak orang-orang di sekitarnya untuk berbagi ilmu kepada para petani perempuan tersebut agar mereka bisa mendapat penghidupan yang lebih baik. 

Program-program yang dimiliki oleh yayasan Saiful ialah pendidikan dan pelatihan terkait tanaman organik, kualitas produk yang sehat, pengemasan yang menarik, pasar lokal, dan pengelolaan yang baik agar mereka mampu untuk menjadi pengusaha mandiri.

Masih seputar kehidupan pertanian, pada mozaik keempat Saiful berkisah tentang potensi bisnis pada bidang tersebut di Brunei. Pemandangan akan hamparan luas yang dilihatnya saat ia melakukan perjalanan dari Kota Bersurat menuju Kuala Belait dan Tutong menjadi pemicu munculnya ide untuk memperkirakan keuntungan yang dihasilkan dari bisnis pertanian tersebut. 

Dengan mempertimbangkan luas sawah di Brunei, banyak beras yang bisa dihasilkan per panen, serta kebutuhan beras penduduk Brunei, Saiful memperkirakan bahwa Brunei mampu mendapat keuntungan sebanyak 3.600 dolar AS per empat bulan (sekali panen). Tak lupa ia juga memberikan cara-cara yang harus dilakukan agar sawah-sawah tersebut berkualitas baik.

Kisah cinta juga ada dalam buku ini, entah itu cinta sebagai sahabat atau lebih dari itu. Intinya, pada mozaik kelima ini, Saiful berkisah tentang perjalanannya dari Jakarta ke Kuala Belait untuk menemui seorang teman virtual yang sudah lama berkomunikasi dengannya. 

Di pesawat, ia sempat bercengkerama dengan seorang ibu dari Bandung. Ia sempat ingin membantu ketika ibu tersebut mengalami kendala verifikasi, namun dicegah oleh petugas bandara. Setelah mengurus berbagai berkas di bandara, ia akhirnya bertemu teman virtualnya. 

Keesokan harinya ia diajak untuk mengunjungi beberapa tempat di Brunei. Dalam buku ini ia menggambarkan seperti apa jalanan-jalanan Brunei yang penuh dengan tulisan-tulisan Arab, pertokoan, serta halte bis yang bersih. 

Ia menuturkan bahwa sebenarnya ia berkunjung ke Brunei untuk menikahi teman virtualnya itu, namun mereka sepakat untuk menundanya sementara karena suatu hal yang belum jelas. Beberapa bulan kemudian teman virtualnya itu juga memberitahukan bahwa ia bersekolah di London. Meskipun begitu, persahabatan mereka tetap abadi.

Usaha Saiful untuk menyejahterakan para petani perempuan berhasil. Kisah ini diceritakannya pada mozaik keenam. Pada saat itu ia baru saja menetapkan stock office di Jawa Tengah, tepatnya Tlatar, Boyolali, dengan menyewa sebuah gudang dan membeli komoditi dari petani sekitar. 

Sempat ada kendala antara Saiful dengan ibu-ibu petani calon pekerja di gudang tersebut. Saiful dan timnya menawarkan upah mingguan, tetapi ibu-ibu petani tersebut meminta upah harian. Mereka sempat menolak untuk bekerja dan hal itu akan berdampak kerugian pada perusahaannya. 

Namun Saiful tidak putus asa. Ia mencoba untuk tawar menawar dengan seorang ibu, Nur namanya, yang tinggal dekat gudang itu. Adapun tawaran tersebut ialah ibu Nur tetap menjadi pekerja kontrak, namun diberikan dua fasilitas. 

Pertama, ia diberikan telepon genggam untuk menelepon Saiful dan memfoto produk yang nantinya akan dikontrol oleh tim dari Jakarta. Kedua, ia diberikan pinjaman terbatas untuk hal-hal urgent, seperti untuk membayar sekolah, biaya pengobatan, atau membeli obat. 

Ibu Nur setuju dan ia kemudian mengajak teman-temannya untuk bergabung sebagai pekerja di gudang milik Saiful. Dalam beberapa hari saja gudang tersebut sudah ramai dan sudah bisa mulai berproduksi. Produksi maju, kehidupan ibu-ibu tersebut pun juga maju. Saiful mengatakan bahwa bekerja sama dengan ibu-ibu tersebut mengasyikkan.

Pada mozaik ketujuh, Saiful sebenarnya hanya berkisah tentang transit-nya selama satu malam di Malaysia dalam perjalanan bisnis menuju Brunei. Namun ada kisah menarik di dalamnya. Saat itu Saiful menghubungi seorang teman facebook untuk menemaninya bercengkerama selama semalaman itu di sebuah cafe. 

Sebagai informasi tambahan, mereka sudah pernah bertemu sebelumnya, karena seorang teman Saiful ini merupakan atlet softball Malaysia. Hal yang mengejutkan ialah pertama, seorang teman Saiful ini tidak datang sendiri, melainkan dengan dua orang temannya. 

Kedua, Saiful biasa melihat mereka di publik dengan tudung atau hijab, namun kali ini memakai rok mini. Ketiga, mereka merokok. Meskipun begitu, Saiful tidak mempermasalahkannya. Menjelang pagi, teman facebook Saiful ini kembali ke kota. Tak lupa Saiful memberikan 50 ringgit kepada mereka karena ia paham betul bahwa untuk ke bandara mereka pasti mengeluarkan biaya.

Di mozaik kedelapan, Saiful menceritakan secara singkat tentang kehidupannya selama tiga hari di Brunei. Pertama, rencana kerja sama bisnisnya gagal, karena ia bukanlah orang yang ahli dalam bidang perminyakan, sedangkan bisnis itu terkait perminyakan. 

Ia relakan saja biaya yang sudah dikeluarkan untuk melakukan perjalanan tersebut. Oleh karena itu dua hari sisanya ia habiskan untuk berkeliling Kampung Ayer. Di sana ia berkunjung ke beberapa kedai makan dan berkenalan dengan para penjualnya. 

Secara umum, perjalanan ini terlihat biasa saja. Tapi perlu diingat bahwa Saiful juga seorang penulis, sehingga ia bisa menuangkan tiga hari ini menjadi satu bagian tulisan dalam sebuah buku. Perlu juga diketahui bahwa beberapa hari kemudian sekembalinya ia dari Brunei, ia  mendapatkan kontrak kerja dengan sebuah perusahaan sederhana Brunei yang menjunjung tinggi kualitas.

Saiful kemudian berkisah tentang seorang sahabat sejati yang ditemuinya pada tahun 2010, pak Agus namanya. Singkatnya, pak Agus memiliki peranan yang sangat penting ketika gudang milik perusahaan Saiful yang terletak di Jawa Tengah sedikit terdampak erupsi Gunung Merapi. 

Saat itu gudang ditinggal oleh para pekerja, padahal banyak barang-barang berharga di dalamnya. Namun pak Agus rela menjaga gudang tersebut sendirian selama lima jam dengan keadaan hujan dan gelap. 

Pak Agus bahkan membawa sendiri dua mesin manual yang dibeli Saiful dari bos pak Agus ke gudang tersebut. Sampai bagian ini ditulis, tepatnya pada tahun 2013, Saiful belum tahu lagi seperti apa kabar sahabat sejatinya itu.

Terakhir, di mozaik kesepuluh, Saiful berkisah tentang satu malam di Singapura. Sebenarnya perjalanan ini normal-normal saja sebagaimana perjalanan-perjalanan yang sudah dilakukan Saiful sebelumnya, namun entah mengapa selalu ada hal-hal menarik di dalamnya. 

Pertama, ia selalu ditanyai di ruang pemeriksaan saat berkunjung ke Singapura, padahal di paspornya sudah ada cap tanda izin masuk Singapura dari perjalanan-perjalanan sebelumnya. Kedua, alasan mengapa ia diperiksa adalah karena ia memiliki kemiripan nama dengan orang Melayu, yang sejujurnya agak sulit dipahami apa maksudnya. 

Ketiga, seorang teman menjelaskan kepadanya bahwa petugas bandara di Singapura akan men-check-up nama yang tidak diselingi 'bin', sehingga ia disarankan untuk menambah nama keluarga pada paspor. 

Sedangkan terkait bisnis, Saiful terkesan bagaimana Singapura memajukan pariwisatanya. Mereka bahkan sampai mendesain tempat-tempat publik menjadi sangat menarik. Contohnya ialah Universal Studio yang didesain seperti suasana dalam film Jurrasic Park.

KELEBIHAN

Teruntuk saya pribadi, kisah-kisah perjalanan antar negara ASEAN (Indonesia-Brunei-Malaysia-Singapura) yang tertuang dalam buku ini telah mengubah cara pandang saya terhadap negara-negara tersebut. 

Sebelumnya saya tidak pernah tertarik dan membayangkan untuk berkunjung ke Brunei dan Malaysia, karena pikir saya, apa bedanya dengan Indonesia? Sejak lama sebenarnya saya juga sudah tahu tentang kecantikan Singapura, namun tetap saja tidak ada ketertarikan dalam diri saya. 

Maka buku ini menghidupkan hasrat dalam diri saya untuk pada waktunya berkunjung ke negara-negara tetangga tersebut. Gambar-gambar yang ditampilkan dalam buku ini juga membuat para pembaca tidak berimajinasi liar tentang negara-negara yang dikunjungi Saiful, sehingga para pembaca bisa benar-benar merasakan sensasi seakan-akan ikut dalam pelesiran Saiful.

KEKURANGAN

Kekurangan ada pada penulisan. Misalnya penggunaan kata ganti orang pertama. Terkadang menggunakan aku, terkadang menggunakan saya. Ada juga penggunaan kata-kata yang tidak semestinya keseluruhan huruf adalah kapital, seperti: IBU, ANAK, OHIO. Banyak istilah asing yang tidak bercetak miring, seperti: short story, wessel post, my travel my trade, market, hole, sea food. 

Kata yang seharusnya disambung seperti: ketidaktentraman ditulis terpisah. Sebaliknya, kata-kata yang seharusnya dipisah seperti: di mana, di samping itu, di sebelah justru penulisannya disambung. Typo juga terjadi dalam beberapa kata, seperti: langsung ditulis lansung, pelataran ditulis peralatan. 

Kemudian banyak istilah-istilah yang memang berasal dari bahasa Melayu, namun tidak biasa digunakan dalam bahasa Indonesia. Terakhir, entah mengapa mozaik tiga ditulis dalam bahasa Inggris, sebaiknya dibuat khusus terjemahan berbahasa Inggris untuk buku ini jika memang diinginkan. Di dalam mozaik itu juga masih ada beberapa kesalahan penulisan ejaan dan penggunaan tipe kata kerja dalam bahasa Inggris.

References

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, K. P. (2016). Retrieved from KBBI Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Saiful, S. (2013). Brunei Mengaji. US: CreateSpace Independent Publishing Platform.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun