Pada suatu ketika seorang ibu memperlihatkan postingan viral seorang pelajar yang baru saja menjuarai kejuaraan olimpiade matematika kepada anaknya, dengan maksud agar sang anak menjadi termotivasi untuk menjadi pelajar yang berprestasi.
Kemudian, sang ibu melanjutkan melihat tayangan di televisi yang menampilkan acara kompetisi tarik suara yang di mana pesertanya adalah para pelajar, kemudian sang ibu terinspirasi untuk mengikutkan lomba untuk anaknya agar bisa menjadi pelajar yang berprestasi.
Setelah melalui diskusi bersama dengan anaknya, sang ibu ingin mengikutkan anaknya dalam perlombaan yang berhubungan dengan bela diri, karena kebetulan sang anak sangat ingin bisa mendalami bela diri Karate. Maka dengan semangat 45, sang ibu pun sudah membayangkan kelak sang anak bisa berdiri dikalungi medali juara di podium kejuaraan karate.
Untuk mewujudkannya, sang ibu pun datang ke sebuah Dojo, tempat latihan Karate di dekat rumahnya, untuk mendaftarkan anaknya. Namun setelah mendatangi tempat tersebut, sang ibu tampak lesu dan tak bersemangat, karena apa daya dia harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit seperti biaya pendaftaran, iuran bulanan hingga harus membeli seragam Karate-Gi, pelindung kepala dan decker sebagai perlengkapan latihan Karate. Bagaimana tidak, ternyata keadaan ekonomi sang ibu dalam kondisi kekurangan, sehingga tak mampu membiayai biaya latihan Karate.
Kondisi seperti ini sangat jamak terjadi di negeri ini, di mana banyak keinginan orangtua untuk melihat anaknya berprestasi dalam berbagai ajang lomba minat dan bakat, namun sering terkendala pada biaya untuk menuju kesana.
Kebanyakan kita sering melihat postingan atau berita beberapa anak yang mampu berprestasi pada suatu kejuaraan baik lokal, nasional maupun internasional, sehingga para orang tua termotivasi ingin anaknya juga dapat melakukan hal yang sama, namun kenyataannya untuk meraih hal tersebut, ternyata harus merogoh kocek yang cukup dalam.
Para anak-anak yang berprestasi pada berbagai kejuaraan memang dalam prosesnya tak mudah, penuh darah, air mata dan biaya yang tak sedikit. Kebanyakan para anak berprestasi tersebut dalam meraihnya tidak melalui latihan 1-2 minggu saja, namun rata-rata bisa setahun lebih persiapannya.Â
Lomba kategori kelompok seperti drumband anak-anak, membutuhkan latihan selama setahun lebih, belum lagi membeli alatnya jika tidak ada persewaan, lalu mencari jadwal latihan, kemudian yang paling sulit adalah mencari pelatihnya, karena biasanya dalam satu kota seorang pelatih drumband anak-anak bisa melatih lebih dari 3 sekolah.
Mengikuti perlombaan kategori anak-anak sejatinya juga sama dengan perlombaan untuk orang dewasa, bukan sekadar ikutan atau penggembira saja, butuh biaya yang tak sedikit serta persiapan latihan yang panjang, dibutuhkan kesabaran, ketekunan dan siap-siap menghadapi pengeluaran tak terduga.
Jika sudah demikian, bagaimanakah carannya agar pihak sekolah serta orangtua wali murid dapat mengoptimalkan potensi bakat minat anak agar dapat mengikuti perlombaan kejuaraan secara optimal, berikut ulasannya.