Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Self-Defeating Humor, Cara Ampuh Atasi Hinaan

2 Oktober 2024   10:57 Diperbarui: 2 Oktober 2024   11:00 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekspresi Self-Defeating Humor (sumber : Adobe Stock )

Pada beberapa waktu lalu, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pengarep lagi-lagi membuat kehebohan, yaitu dengan sengaja memakai rompi bertuliskan "Putra Mulyono" saat melakukan kegiatan kunjungan blusukan di suatu daerah. Apa yang dilakukannya jelas adalah upaya menjawab hinaan netizen kepadanya yang menggunakan nama kecil ayahnya dengan cara candaan atau humor.

Perilaku di atas tidak sekali dua kali dilakukan oleh Kaesang maupun kakaknya Gibran ketika ada hinaan yang tertuju pada ayahnya atau keluarganya, seperti mereka membuat topi yang bertuliskan "kolektor kecebong", saat banyak netizen yang mengolok-ngolok pendukung pak Jokowi dengan hinaan "kecebong", dikarenakan pak Jokowi punya hobi unik yaitu suka menangkap kecebong.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada diantara kita yang juga melakukan hal yang sama, yaitu menjawab hinaan dengan bercanda merendahkan diri bahkan dijadikan sumber bercandaan yang sama sekali tidak membuat tersinggung si empunya, sehingga justru membuat bingung pihak yang menghinanya, perilaku humor ini sering disebut dengan Self-Defeating Humor.

Dilansir dari brilio.net, Self-Defeating Humor merupakan jenis humor yang dipakai untuk menghibur orang lain dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai objek, meskipun harus direndahkan. Humor seperti ini bisa ditemukan pada orang humoris yang ikut tertawa saat diejek. Hal ini berfungsi untuk menyembunyikan perasaan sebenarnya dalam diri sendiri pada orang lain. Kerap digunakan sebagai salah satu gaya humor dalam stand up comedy, namun tak jarang Self-Defeating Humor digunakan sebagai cara ampuh dalam menghadapi kritik tak penting dari orang lain.

Jika pada umumnya, kebanyakan reaksi seseorang jika  dihina atau direndahkan martabatnya, maka ia akan bereaksi dengan ungkapan marah atau membalas dengan menyerang orang yang menghinanya. Namun jika seseorang mempunyai "sense" dalam Self-Defeating Humor maka hinaan yang tertuju padanya justru akan membuat bingung bagi yang menghinanya, karena niatan seseorang menghina mengharapkan reaksi marah dari yang dihinanya.

Ada beberapa cara ampuh dalam mengatasi hinaan, seperti bersabar, menghindar atau sekedar tersenyum saja, namun perilaku Self-defeating humor adalah cara yang cukup unik dan bahkan justru membuat seseorang yang menghinanya bukan sekedar bingung, malah justru berbalik menjadi panas hatinya.

Self-Defeating Humor sebenarnya secara budaya, sudah mengakar dalam basa-basi orang Jawa, dimana kadang orang Jawa sering berkata, "silahkan, mampir ke gubug saya", dimana penggunaan kata "gubug" adalah upaya merendahkan dirinya bahwa rumahnya biasa-biasa saja namun dibalut dengan humor.

Namun untuk menjadi personal yang mampu mengaplikasikan Self-Defeating Humor ketika ada orang yang menghinanya, tidaklah mudah dan diperlukan beberapa kaedah-kaedah yang harus diperhatikan agar tepat guna serta tepat sasaran, apa saja itu, berikut ulasannya.

Belajar Menertawakan Diri Sendiri

Menyadari kekurangan diri sendiri sejatinya kita sudah memenangkan peperangan batin dalam diri kita. Kita bersyukur dengan apa yang kita punya adalah bentuk dari upaya membiasakan apa saja yang kurang dalam diri kita, hal ini adalah modal kuat ketika menghadapi dunia nyata yang kejam menghina segala kekurangan kita.

Belajarlah untuk menertawakan diri sendiri, belajarlah menerima bahwa rupa wajah kita tidak ganteng atau cantik, sehingga jika ada yang menghina fisik dalam diri kita, menjadi tak mudah tersinggung. Belajarlah menerima bahwa kita tak mempunyai rumah yang megah, jadi jika ada yang menghina kediaman kita bagaikan kandang ayam, kita tak tak sampai dimasukkan dalam hati.

Tapi pastikan, walau kita ada kekurangan yang tak bisa ditutupi, kita pun mempunyai mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, buktikan bahwa segala yang hebat dalam diri inilah yang menghidupkan jiwa ini, tidak bergantung pada perkataan orang lain. Hidup kita di tangan kita sendiri, bukan pada omongan negatif orang lain. Peribahasa klasik, anjing mengonggong, kafilah tetap berlalu, life must go on, jangan berhenti hanya karena menanggapi iri dengki orang lain. Jadikan hinaan sebagai hal canda belaka, agar mereka kehabisan akal untuk menghancurkan kita.

"Timing" Yang Tepat

Tak selamanya berperilaku Self-Defeating Humor bisa digunakan setiap kali ada hal negatif menerpa kita. Jika hal tersebut merupakan kritik membangun, maka jangan ditanggapi dengan hal bercanda, malah justru harus kita apresasi, bahwa pihak yang mengkritik diri ini, berarti menginginkan kita berkembang menjadi lebih baik.

Self-Defeating Humor sangat tepat digunakan untuk menanggapi hal-hal julid atau kritik-kritik yang tak begitu penting. Sebagai contoh, apabila ada teman yang mengkritik bernada menghina apabila kita pergi ke kantor menggunakan sepeda motor butut lawas, karena hampir rekan seangkatannya menggunakan mobil ke kantor, lalu sang teman mengolok kendaraan yang kita punya, jika kita punya kontrol Self-Defeating Humor yang cerdas, kita bisa menjawabnya, "Hehehe, motor ini ada sejarahnya, jelek-jelek butut gini, bisa membuat saya selalu on time awal ke kantor ". Namun beda hal, apabila kita tak mampu kendalikan diri, bisa saja kita terpancing untuk membeli mobil secara berhutang untuk ikuti gaya hidup rekan lainnya, dan malah menjadi sering terlambat ke kantor dikarenakan harus bermacet ria menggunakan mobil untuk pergi ke tempat kerja.

Maka dari itu dalam menggunakan senjata Self-Defeating Humor harus benar-benar tepat waktunya, tidak bisa sembarangan digunakan, karena apabila terlalu sering digunakan, maka justru akan menurunkan harga diri kita, karena terkesan kita suka cengengesan atau keseringan bercanda.

Jangan Mengaburkan Permasalahan

Jika kita memang mempunyai masalah, kita pun harus "fair" akan masalah dalam diri ini, maka ketika ada orang lain yang mengkritik masalah tersebut, kita pun tak boleh mengaburkan masalah tersebut dengan menggunakan trik Self-Defeating Humor.

Begitu pula apabila ada seseorang di sekitar kita, entah itu rekan kerja, atasan, teman atau keluarga yang mempunyai masalah serius serta berkaitan dengan diri kita, lalu kemudian dia mengaburkan masalah tersebut dengan dibuat bercandaan, maka hal tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan, karena suatu masalah serius haruslah segera diselesaikan bukan ditunda-tunda dengan hal bercanda.

Self-Defeating Humor bisa digunakan pada saat jika orang lain menganggap suatu hambatan dalam hidup adalah suatu masalah serius, tetapi kita justru menganggapnya bukanlah sesuatu yang ditakutkan malah justru harus dibuat tertawa. Sebagai contoh, ketika almarhum mantan presiden Gus Dur dikritik tentang tantangan dalam mewujudkan prulalisme di Indonesia, tapi nyatanya beliau berhasil menyatukan beberapa elemen anak bangsa dalam kepemimpinannya, tahu tidak bagaimana tanggapan beliau menghadapi kritik-kritik tak penting tersebut, yaitu cukup berkata, "Gitu aja kok repot". Gus Dur adalah salah seorang tokoh yang kerap menggunakan Self-Defeating Humor secara cerdas dan luar biasa.

Sabar Itu Utama

Landasan utama dalam berperilaku Self-Defeating Humor adalah "Kesabaran", seperti halnya pepatah arab terkenal, "Man Shabara Zhafira", artinya barang siapa yang bersabar maka keberuntungan akan menyertainya. Entah itu kritik membangun atau kritik tak penting, reaksi awal kita haruslah dilandasi dengan kesabaran alias gelas kosong, tidak boleh marah atau bersedih.

Sabar adalah benteng utama dalam menghadapi hinaan-hinaan atau sindiran tak penting, maka jika sedari awal kita sudah mampu menyabarkan diri, maka selanjutnya kita pun dapat merangkai Self-Defeating Humor dengan cantik serta cerdas, bahasa orang Jawa-nya, berhasil membuat orang yang menghina kita menjadi "meneng klekep" alias terdiam seribu bahasa.

Sabar itu bukan berarti harus sekedar diam saja, namun juga harus ada tindakan nyatanya, dan perilaku Self-Defeating Humor merupakan implementasi konkrit dari buah kesabaran tersebut, agar kita tetap bisa terus melangkah sesuai idealisme kita tanpa terpengaruh omongan-omongan tak penting yang bersliweran.

Seperti kata orang bijak, dunia ini sejatinya adalah senda gurau belaka, tak perlu stress berlebihan menghadapi suatu masalah, sesuatu yang hilang tak perlu disesali berlebihan begitu pula sesuatu yang lebih tak perlu disombongkan. Gitu aja kok repot. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun