Tapi pastikan, walau kita ada kekurangan yang tak bisa ditutupi, kita pun mempunyai mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, buktikan bahwa segala yang hebat dalam diri inilah yang menghidupkan jiwa ini, tidak bergantung pada perkataan orang lain. Hidup kita di tangan kita sendiri, bukan pada omongan negatif orang lain. Peribahasa klasik, anjing mengonggong, kafilah tetap berlalu, life must go on, jangan berhenti hanya karena menanggapi iri dengki orang lain. Jadikan hinaan sebagai hal canda belaka, agar mereka kehabisan akal untuk menghancurkan kita.
"Timing" Yang Tepat
Tak selamanya berperilaku Self-Defeating Humor bisa digunakan setiap kali ada hal negatif menerpa kita. Jika hal tersebut merupakan kritik membangun, maka jangan ditanggapi dengan hal bercanda, malah justru harus kita apresasi, bahwa pihak yang mengkritik diri ini, berarti menginginkan kita berkembang menjadi lebih baik.
Self-Defeating Humor sangat tepat digunakan untuk menanggapi hal-hal julid atau kritik-kritik yang tak begitu penting. Sebagai contoh, apabila ada teman yang mengkritik bernada menghina apabila kita pergi ke kantor menggunakan sepeda motor butut lawas, karena hampir rekan seangkatannya menggunakan mobil ke kantor, lalu sang teman mengolok kendaraan yang kita punya, jika kita punya kontrol Self-Defeating Humor yang cerdas, kita bisa menjawabnya, "Hehehe, motor ini ada sejarahnya, jelek-jelek butut gini, bisa membuat saya selalu on time awal ke kantor ". Namun beda hal, apabila kita tak mampu kendalikan diri, bisa saja kita terpancing untuk membeli mobil secara berhutang untuk ikuti gaya hidup rekan lainnya, dan malah menjadi sering terlambat ke kantor dikarenakan harus bermacet ria menggunakan mobil untuk pergi ke tempat kerja.
Maka dari itu dalam menggunakan senjata Self-Defeating Humor harus benar-benar tepat waktunya, tidak bisa sembarangan digunakan, karena apabila terlalu sering digunakan, maka justru akan menurunkan harga diri kita, karena terkesan kita suka cengengesan atau keseringan bercanda.
Jangan Mengaburkan Permasalahan
Jika kita memang mempunyai masalah, kita pun harus "fair" akan masalah dalam diri ini, maka ketika ada orang lain yang mengkritik masalah tersebut, kita pun tak boleh mengaburkan masalah tersebut dengan menggunakan trik Self-Defeating Humor.
Begitu pula apabila ada seseorang di sekitar kita, entah itu rekan kerja, atasan, teman atau keluarga yang mempunyai masalah serius serta berkaitan dengan diri kita, lalu kemudian dia mengaburkan masalah tersebut dengan dibuat bercandaan, maka hal tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan, karena suatu masalah serius haruslah segera diselesaikan bukan ditunda-tunda dengan hal bercanda.
Self-Defeating Humor bisa digunakan pada saat jika orang lain menganggap suatu hambatan dalam hidup adalah suatu masalah serius, tetapi kita justru menganggapnya bukanlah sesuatu yang ditakutkan malah justru harus dibuat tertawa. Sebagai contoh, ketika almarhum mantan presiden Gus Dur dikritik tentang tantangan dalam mewujudkan prulalisme di Indonesia, tapi nyatanya beliau berhasil menyatukan beberapa elemen anak bangsa dalam kepemimpinannya, tahu tidak bagaimana tanggapan beliau menghadapi kritik-kritik tak penting tersebut, yaitu cukup berkata, "Gitu aja kok repot". Gus Dur adalah salah seorang tokoh yang kerap menggunakan Self-Defeating Humor secara cerdas dan luar biasa.
Sabar Itu Utama
Landasan utama dalam berperilaku Self-Defeating Humor adalah "Kesabaran", seperti halnya pepatah arab terkenal, "Man Shabara Zhafira", artinya barang siapa yang bersabar maka keberuntungan akan menyertainya. Entah itu kritik membangun atau kritik tak penting, reaksi awal kita haruslah dilandasi dengan kesabaran alias gelas kosong, tidak boleh marah atau bersedih.
Sabar adalah benteng utama dalam menghadapi hinaan-hinaan atau sindiran tak penting, maka jika sedari awal kita sudah mampu menyabarkan diri, maka selanjutnya kita pun dapat merangkai Self-Defeating Humor dengan cantik serta cerdas, bahasa orang Jawa-nya, berhasil membuat orang yang menghina kita menjadi "meneng klekep" alias terdiam seribu bahasa.
Sabar itu bukan berarti harus sekedar diam saja, namun juga harus ada tindakan nyatanya, dan perilaku Self-Defeating Humor merupakan implementasi konkrit dari buah kesabaran tersebut, agar kita tetap bisa terus melangkah sesuai idealisme kita tanpa terpengaruh omongan-omongan tak penting yang bersliweran.
Seperti kata orang bijak, dunia ini sejatinya adalah senda gurau belaka, tak perlu stress berlebihan menghadapi suatu masalah, sesuatu yang hilang tak perlu disesali berlebihan begitu pula sesuatu yang lebih tak perlu disombongkan. Gitu aja kok repot. Semoga Bermanfaat.