Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Daripada Makan Gratis, Lebih Baik Buku Gratis untuk Pelajar

30 September 2024   13:57 Diperbarui: 1 Oktober 2024   12:40 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Buku Bacaan Untuk Pelajar (Sumber: DPRD Kabupaten Purworejo)

Program makan bergizi gratis untuk para pelajar yang rencananya akan segera diluncurkan pada awal pemerintahan Presiden terpilih, Prabowo Subianto tampaknya masih simpang siur mekanisme pelaksanaannya. Mulai dari anggarannya yang dinilai berbagai pihak sangat fantatis nilainya hingga metode pelaksanaannya yang juga diamati tidak bisa seragam di berbagai tempat.

Hal ini terlihat dari kampanye program makan bergizi gratis yang sudah berlangsung waktu lalu, dimana sebenarnya mendapat respon positif dari pihak sekolah dan para pelajar, namun pada pihak pemerintah ternyata masih belum bisa menentukan secara pasti berapa anggaran per porsi untuk makan bergizi gratis, begitu pula mekanismenya yang ternyata kendalanya bisa berbeda-beda di lain tempat.

Sejak masa kampanye pilpres, dimana presiden terpilih, Prabowo Subianto menggunakan program makan bergizi gratis sebagai senjata utamanya dalam meraih suara, dan hal tersebut sangat terlihat, dimana semenjak beliau terpilih, konsolidasi pada kementerian terkait tentang program ini ternyata sudah "OTW" untuk mematangkannya.

Tentunya kita semua berharap, apa yang sudah dijanjikan pada masa kampanye, semoga akhirnya dapat terealisasi dengan baik. Namun, apabila seandainya pada pelaksanaannya ternyata ada kendala, sehingga mungkin tak dapat diaplikasikan setiap hari berkaitan anggaran, maka sebenarnya dari para pelaku dunia pendidikan pun tak mempermasalahkannya, karena masalah utama pendidikan pada bangsa ini, utamanya bagi pelajar bukanlah perihal perut semata, namun justru yang harus diperhatikan adalah permasalahan darurat literasi.

Jika masalah perut, saya yakin setiap orang tua pasti setiap hari mengusahakan anaknya untuk bisa sarapan bergizi dan mengenyangkan, karena apabila tak bisa memberikan hal tersebut, maka untuk apa dia menjadi orang tua, jika masalah dasar bagi anaknya perihal makan saja mereka tak mampu menyediakannya.

Justru pada keluarga miskin, problem utama bagi pendidikan anaknya, bukanlah pada hal memberinya bekal atau uang jajan, tetapi ketidakmampuan untuk membelikannya buku-buku berkualitas bagi perkembangan kognitif anaknya. Pada keluarga kelas menengah atau kaya pun banyak mengabaikan masalah perkembangan literasi anaknya, dimana kebanyakan mereka justru lebih memanjakan anaknya dengan paket data game mobile pada smartphone atau membelikannya game konsol keluaran terbaru ketimbang membelikannya buku-buku berkualitas secara rutin, untuk masalah makan sehari-hari, sudah dijamin kenyang serta bergizi plus susu formula.

Salah satu elemen utama dalam pendidikan adalah kemampuan literasi, dan hal inilah yang harusnya menjadi perhatian kita bersama. Dapat kita lihat pada pada peringkat Programme for International Student Assessment atau PISA tahun 2022 untuk kategori literasi, dimana Indonesia mendapatkan skor literasi membaca sebesar 359 dan menempati peringkat 70 dari 80 negara, bahkan Indonesia masih kalah rangkingnya dengan negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Kondisi tersebut sudah cukup menjelaskan bahwa pelajar kita sedang mengalami darurat literasi bukan darurat kelaparan. Kemampuan literasi adalah pembuka kotak pandora bagi setiap pelajar untuk mengembangkan kognitif serta afektifnya dalam sebuah pembelajaran yang utuh.

Maka dengan demikian, jika bisa mengusulkan apabila program makan bergizi gratis masih sedang dirancang pelaksanaannya, mungkin Menteri Pendidikan yang baru nantinya bisa mencoba terobosan untuk membuat program "tandingan" yang sifatnya "gratisan" yaitu "Program Buku Gratis".

Program Buku Gratis dinilai jauh lebih bermanfaat bagi para pelajar dan orang tua wali murid, karena tentunya akan membantu meningkatkan literasi di masyarakat. Menumbuhkan minat baca bukan sekedar menghimbau belaka, tetapi juga harus memberikan kail, umpan beserta jorannya, agar para pelajar terbiasa melahap buku-buku berkualitas. Lalu bagaimanakah implementasinya kelak, berikut ulasannya.

Evaluasi Pengadaan Buku Teks Pelajaran

Masih banyak ditemukan di lapangan, dimana pengadaan buku teks pelajaran dari kemendikbud yang sedianya bisa dipinjamkan bagi setiap pelajar pada setiap tahun ajaran baru, ternyata praktiknya tidak semua sekolah menerima jumlah buku yang sesuai jumlah peserta didiknya.

Di beberapa sekolah negeri, masih ada 1 buku teks pelajaran harus digunakan bergantian antar peserta didik, bahkan ada beberapa mata pelajaran dimana tidak disediakan buku teks pelajaran sama sekali. Pada sisi lain, ada sejumlah sekolah negeri yang tidak mengadakan tambahan Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan alasan menghindari praktik pungli.

Kedepannya pihak pejabat dinas terkait, termasuk menteri sekalipun harus melakukan sidak ke sekolah-sekolah untuk memastikan setiap peserta didik memegang semua buku teks pelajaran di setiap mapelnya. Karena buat apa gembar-gembor program makan gratis, jika buku teks pelajaran yang seharusnya wajib gratis bagi peserta didik, ternyata tak sampai di tangan mereka.

Kemudian untuk tambahan materi pada setiap mata pelajaran, mungkin dana BOS bisa diusulkan untuk pengadaan LKS bagi setiap peserta didik, karena dirasakan pendalaman materi pada buku teks pelajaran masih sangat kurang, sehingga tingkat pemahaman peserta didik bisa terbantu dengan adanya LKS, dan guru pun bisa lebih terbantu dalam melakukan pengajaran.

1 Minggu, 1 Buku Gratis

Pemerintah bisa menggerakan perusahaan swasta berskala besar serta BUMN untuk melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan secara bergantian menyumbangkan ke setiap peserta didik di sekolah-sekolah yaitu berupa buku-buku bacaan berkualitas.

Buku-buku yang dibagikan disesuaikan dengan genre usia para peserta didik dan diberikan secara gratis kepada setiap peserta didik. Memang kadang ada sebelumnya kegiatan CSR perusahaan swasta atau BUMN yang membagikan buku ke sekolah-sekolah, namun seringnya teronggok tak terbaca di sudut-sudut perpustakaan sekolah.

Pada kegiatan ini ditargetkan setidaknya setiap minggunya, setiap peserta didik mendapatkan satu buku bacaan berkualitas secara gratis. Artinya maka setiap bulan, para pelajar bisa melahap 4 buku baru. Tidak semua pelajar tertarik ke perpustakaan, maka dengan memberinya kail berupa buku bacaan gratis ke tangan mereka, maka setidaknya bisa menimbulkan ketertarikannya untuk membaca.

Voucher Pembelian Buku

Kemendikbud pun bisa membagikan ke setiap peserta didik berupa voucher pembelian buku pada setiap tahun ajaran baru. Program ini tentunya akan berkerjasama dengan beberapa toko buku di setiap daerah untuk mendukungnya. Mungkin nilai Rupiah yang diberikan tidak terlalu besar, namun setidaknya bisa menumbuhkan kesadaran bagi setiap orang tua wali murid untuk membiasakan diri untuk membelikan anak-anaknya berupa buku bacaan berkualitas.

Pada artikel saya terdahulu yang berjudul "Membaca Bukanlah Hobi", memberikan poin utama yaitu bahwa membaca bukanlah karakterisik domain kegemaran tersendiri, tetapi justru suatu kewajiban bagi setiap manusia yang tidak buta huruf. Maka upaya memantik kesadaran para orang tua wali murid dengan memberikan voucher pembelian buku bacaan di beberapa toko buku, adalah usaha agar memasyarakatkan membaca dengan sering berbelanja buku bacaan berkualitas.

Tentunya program voucher pembelian buku yang diperuntukkan bagi pelajar, bisa jadi angin segar bagi para penulis yang fokus pada pengembangan diri bagi pelajar, dimana order permintaan buku-bukunya bisa meningkat karena program ini.

Buku Untuk Ortu

Pengadaan program buku gratis diusahakan tidak hanya diperuntukkan bagi para peserta didik saja, namun juga menyasar kepada orang tua. Mungkin pada setiap tahun ajaran baru, para orang tua wali murid diberikan buku-buku gratis tentang pola asuh anak dan pengembangan diri, yang kiranya bisa memberikan pencerahan dalam parenting.

Program ini tentunya akan mendukung minat baca di rumah, dimana orang tua juga dipancing juga untuk memberikan contoh kepada anaknya, dimana mereka juga berusaha mengalokasikan waktu untuk membaca buku. Diharapkan ketika sang orang tua tergugah untuk membiasakan membaca karena setelah diberikan buku gratis, maka dapat menular kepada anak-anaknya agar tidak terlalu ketergantungan dengan gadget.

Membudayakan membaca memang harus dimulai dari orang tua, maka dari itu program buku bacaan gratis untuk orang tua wali murid memang selayaknya bisa diaplikasikan segera, untuk menumbuhkan minat baca yang dimulai dari rumah.

Semoga pada pergantian menteri pendidikan yang baru nantinya, bisa mencanangkan program buku gratis bagi pelajar dan orang tua wali murid, bukan sekedar makan bergizi gratis saja, agar dapat meningkatkan kemajuan literasi bangsa ini. Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun