Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kenali Perilaku Vellichor pada Si Kecil dalam Manajemen Imajinasi Anak

24 September 2024   17:57 Diperbarui: 25 September 2024   14:47 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah dan Anak Berimajinasi superhero (sumber : 123RF

Contoh lain, pada anak perempuan, banyak sekali orang tua yang merepresentasikan putri kecilnya seperti princess layaknya animasi "Frozen", di mana semua pernak-pernik sang anak semuanya bertemakan putri Frozen. Hingga akhirnya sang anak pun berperilaku layaknya ratu yang manja, merasa ingin diistimewakan dan pilih-pilih teman.

Maka dari itu, ketika anak mengidolakan tokoh animasi, sah-sah saja kita membelikan pernak-pernik yang berkaitan dengan idolanya tersebut, namun pastikan hal tersebut sewajarnya alias tidak berlebihan. Bagaimanapun sang anak harus menjadi dirinya sendiri, mereka tak boleh hanyut berlebihan seolah-olah mereka menjadi Batman atau Superman.

Arahkan Sesuai Nilai Keluarga

Bisa saja sedari awal sebagai orang tua sudah mengarahkan beberapa hal seperti tayangan film atau buku bacaan kepada anak yang disesuaikan dengan nilai-nilai keluarga bersangkutan. Jika hal ini dilakukan, tentunya dapat memudahkan orang tua dalam mengontrol apa saja yang layak ditonton atau dibaca oleh sang anak.

Sebagai contoh, jika keluarga memegang teguh nilai-nilai agama, maka sedari dini sang anak diarahkan untuk membaca buku-buku bernafaskan nilai keagamaan, seperti kisah Nabi atau kisah moral keagamaan lainnya.

Lalu apabila ada keluarga yang mempunyai jiwa nasionalisme tinggi, maka sang anak bisa diarahkan untuk membaca kisah-kisah pahlawan nasional dalam berjuang melawan penjajahan. Jika sedari awal sang anak diarahkan jenis bacaan dan tayangan yang sesuai nilai-nilai keluarga, maka sistem kontrol imajinasinya tentu akan lebih mudah dan mengurangi rasa khawatir orang tua.

Tekankan Nilai Moral

Kisah superhero, fabel, epos animasi, dan segala hal yang disenangi anak-anak pasti tetap ada kandungan nilai moral di dalamnya, namun karena kadang terbungkus simbolik yang disukai anak-anak, makna nilai-nilai moral kurang tergali.

Semisal anak menyukai ketokohan Spiderman, jangan terlalu di-ninabobokkan aksi-aksi sang superhero meloncat di antara pencakar langit, tetapi orang tua harus menceritakan kisah sang Spiderman yang menolong warga New York dari aksi kejahatan, sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu nilai-nilai menolong sesama.

Pada intinya, setiap hal yang menarik pada imajinasi mereka pasti terkandung nilai moral, tugas kita sebagai orang tua untuk mengejawantahkan kisah-kisah tersebut agar bisa tertanam dalam benak mereka. Jadi, bukan sekedar menariknya warni-warni Power Ranger atau imutnya Barbie Doll, tetapi bagaimana orangtua membuat manajemen imajinasi mereka menjadi terarah.

Imajinasi intinya tak terbatas, jangan pernah membatasi imajinasi anak-anak, tetapi memberikannya arahan agar imajinasi tidak sekedar euforia perasaan semata, namun dapat bermanfaat bagi tumbuh kembangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun