Anak tahun 80an, "Seandainya gue bisa kayak Superman, gue bakalan terbang keliling dunia."
Anak tahun 90an,"Kalau aku ranger biru yah, kalau kamu kan cewek, jadi kamu ranger pink."
Anak tahun 2000an awal,"Mama, belikan kostum Spiderman lengkap sama topengnya, aku mau nempel manjat di dinding."
Anak tahun 2000an sekarang,"Gue mau kayak Deadpool, superhero anti-mainstream, beraksi sambil bercanda cuy."
Itulah beberapa gambaran imajinasi anak-anak dari beberapa dekade tentang imajinasi mereka yang hanyut dalam karakter superhero dambaannya. Tidak ada yang salah, itu memang natural sifat kanak-kanak yang suka meniru sesuatu hal menarik, entah itu dari tayangan film, animasi, komik atau buku bacaan.
Ketika mereka suka membaca atau melihat tayangan animasi kesukaannya, tak jarang membuat mereka berandai-andai hanyut menjadi tokoh karakter dalam jalan cerita tersebut.Â
Jika, kadarnya mereka masih bisa membagi pikirannya antara imajinasi tokoh superhero kesukaannya dan kehidupan nyatanya, mungkin tak masalah, namun tak jarang ada beberapa anak yang kebablasan sampai terbawa perasaan hanyut ke dalam imajinasi ketokohan superheronya hingga dalam kehidupan sehari-hari, perilaku ini dalam ilmu psikologi disebut vellichor.
Dikutip dari Kumparan, vellichor adalah sebuah istilah dalam psikologi yang menggambarkan perasaan seseorang yang mudah terpengaruh atau terbawa suasana atau keadaan yang sedang dilihat atau didengarkan.
Secara studi ilmiah, vellichor biasanya disematkan pada perilaku orang dewasa dan subjeknya pada cerita pada buku yang dibaca atau menonton film.Â
Jika pada orang biasa, di mana apabila setelah membaca buku cerita atau menonton film, masih bisa membedakan realita kehidupan dan jalan cerita buku atau film yang dinikmati. Maka, pada seseorang yang terindikasi perilaku vellichor, justru akan terhanyut secara perasaan mendalam akan alur cerita buku atau film yang ditonton, bahkan sampai berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.