Bagi penggemar Seri A pada era 90an, pasti tak asing dengan seorang pemain Italia berparas tampan, rambut gondrong bergelombang, bercambang khas Italiano sejati dimana gaya mainnya identik dengan dribel menawan elegan, passing akurat, tendangan melengkung akurat serta tentunya memiliki karakter kepemimpinan yang kharismatik, Â dia adalah Alessandro Del Piero.
Namanya tak hanya dihormati oleh para Juventini, tetapi juga para rival-rivalnya, karena selain maskot Juventus, dia juga dikenal sebagai representasi sepakbola Italia di era 90an hingga 2000an awal menggantikan si kucir Roberto Baggio yang mulai tenggelam semenjak Piala Dunia 1994.
Dia tak sefenomenal Cristiano Ronaldo atau seheboh Lionel Messi, namun tak pelak berkat dialah yang membuat banyak remaja di era 90an menggandrungi sepakbola hingga level tifosi garis keras melalui Seri A. Gayanya yang kalem, kharismatik serta berjiwa kepemimpinanlah yang membuat banyak orang menjadikannya sebagai pesepakbola panutan.
Ia juga dikenal sebagai sosok loyalis dan berintegritas tinggi sebagai Italiano sejati, bagaimana tidak ketika Juventus terkena sanksi oleh FIGC, PSSI-nya Italia pada tahun 2006 akibat kasus Calciopoli, dimana hukumannya adalah Juventus harus turun kasta ke Seri B, dan sebagai pria Italia sejati, dia tetap setia menyertai Nyonya Tua mengarungi Seri B dan membawanya kembali ke Seri A.
Ia juga bisa dikatakan sebagai bagian dari generasi emas Gli Azzuri di era itu, dimana puncaknya ia berhasil membawa Italia menjadi juara Piala Dunia 2006 di tanah Bavaria. Maka dengan sederet kiprahnya sewaktu menjadi pemain aktif, ia layak menyandang sebagai legenda sepakbola Eropa bahkan dunia.
Selepas menggantung sepatu pada tahun 2014, hampir tak ada pemberitaannya untuk serius menjajal pengalaman sebagai pelatih. Padahal, kompatriotnya yang seangkatan dengannya seperti Filippo Inzaghi atau Vincenzo Montella sudah berani melatih klub besar Italia, mengingat gaya mainnya yang taktis serta cerdik bisa jadi modal baginya sebagai bagian "CV-nya" sebagai pelatih.
Hingga akhirnya, dilansir Goal.com dari wawancaranya kepada CBS, pada pertengahan September lalu, ia menuturkan bahwa ia baru saja menyelesaikan lisensi kepelatihan penuh UEFApro. Namun belum jelas, kapan ia akan memulai petualangannya sebagai pelatih. Lebih lanjut, ia menjelaskan, kemungkinan ia akan menjajalnya di tahun depan.
Jika demikian adanya, maka mungkinkah kehadirannya bakal membangkitkan lagi era "allenatore" pelatih Italia dalam percaturan sepakbola Eropa yang akhir-akhir ini mulai menurun. Seangkatannya seperti Inzaghi, Gattuso atau Montella bisa dikatakan "gagal" dalam melanjutkan era tradisi kejeniusan pelatih Italia seperti Ancelotti, Arrigo Sacchi, Marcelo Lippi atau Fabio Capello.
Lalu bagaimanakah perikaraan karir kepelatihan Del Piero kelak, apakah dapat membangkitkan kembali kejayaan taktikal Italia yang khas, atau berakhir hanya sebagai pelatih kelas medioker seperti rekan-rekan seangkatannya, berikut ulasan lengkapnya.
Juventus Kategori Umur
Kemungkinan besar Del Piero bakal memulai karir kepelatihan pada klub yang membesarkan namanya, yaitu Juventus, namun pada level kategori umur. Ikatan emosional Del Piero dengan La Vecchia Signora, tentunya bakal memberi energi positif bagi para pemain muda Juventus, karena menjadikannya sebagai panutan.
Banyak mantan pemain besar yang mengawali karir kepelatihannya dengan melatih mantan klubnya pada level umur. Selain tingkat tekanannya belum begitu tinggi, sekaligus sebagai "trial" bagi awal karir kepelatihannya.
Sebagai contoh Pep Guardiola, yang mengawali karir kepelatihannya pada Barcelona B, dan menyerap banyak hal teknis baik dari tim yunior dan senior, kelak mengantarkannya menjadi pelatih hebat. Bisa jadi Del Piero bisa berbuat hal yang sama, mengingat semasa menjadi pemain aktif, ia dikenal sangat taktikal dan mengutamakan kerjasama tim.
Selepas memegang tim Juventus kelompok umur, bukan tak mungkin ia bisa meningkat karirnya menjadi staf pelatih tim utama atau bahkan langsung melejit menjadi pelatih utama Juventus. Jika memang seandainya terjadi, tentunya bakal memberikan kesan emosional bagi seluruh fans Juventus di seluruh dunia, apalagi seandainya ia mampu memberikan trofi bagi Nyonya Tua.
Klub Seri B
Sebagaimana seniornya, Antonio Conte yang sempat sukses melatih Juventus pada 2011-2014, bisa saja Del Piero bisa saja meniru jejak Conte, dimana mengawali karir kepelatihan pada level klub Seri B. Conte sendiri merintis karir kepelatihannya di Bari yang masih pada level Seri B.
Melatih klub seri B, bisa menjadi batu loncatan bagi Del Piero, untuk menunjukkan kapasitasnya pada awal karir. Jika ia mampu membawa salah satu klub Seri B promosi ke Seri A, tentunya akan menjadi poin tersendiri baginya untuk bisa melatih klub besar Seri A.
Bisa saja Del Piero meneken kontrak kepelatihan pertamanya bersama Padova, klub dimana ia mengawali karir pemain profesionalnya. Klub Calcio Padova saat ini menghuni kasta Seri B, dan apabila di musim depan belum bisa promosi ke Seri A, bisa saja Del Piero mencoba peruntungannya bersama Padova, mengingat kedekatan emosionalnya dengan klub ini.
Atau mungkin bisa bergabung dengan klub seri B lainnya yang dibeli oleh taipan dari negeri lain, sebagai studi kasus perbandingan yaitu Como yang dilatih oleh Cesc Fabregas, setelah dibeli oleh pengusaha asal Indonesia. Bahkan bisa saja melatih di klub-klub di luar Eropa, seperti di MLS atau liga Arab Saudi yang memiliki pundi-pundi finansial luar biasa, dimana memang sekarang terjadi fenomena para eks pemain bintang melatih klub-klub di luar eropa yang rela membayar tinggi.
Hidupkan Trequartista
Del Piero habiskan sebagian karirnya sebagai pemain profesional dengan memainkan peran ikonik yang populer di era 90an, yaitu Trequartista. Apa itu Trequartista, bagi penggemar sepakbola kekinian mungkin cukup asing istilah ini, namun di era 90an, peran pemain berkarakter Trequartista sangatlah diidolakan banyak penggemar sepakbola di jaman itu, karena menampilkan permainan kreatif dan elegan.
Trequartista bukanlah semata-mata bukan posisi saja, tetapi lebih kepada peran roleplayer. Secara posisi, Trequartista terletak antara antara penyerang dan lini tengah, jadi banyak mengatakan posisi ini bisa disebut playmaker atau second striker, namun sejatinya lebih sekedar itu. Trequartista adalah pemain yang mampu berkreasi di lini depan, menghubungkan lini tengah ke penyerang, menusuk lini pertahanan musuh, menciptakan ruang, menciptakan passing brilian bahkan mencetak gol, namun tak diberi beban yang mencolok dalam bertahan.
Cukup jarang melihat peran Trequartista pada sepakbola kekinian, dimana hampir semua pemain dituntut bermain transisi cepat, pressing ketat dan penguasaan bola. Hampir jarang ada pemain yang diberikan peran untuk "bebas bermain", kalaupun ada itu pun hanya diberi kesempatan sedikit sekali, selebihnya "manut" pada template. Saat ini, kita sudah sulit melihat pemain Trequartista hebat seperti Del Piero, Zidane, Rui Costa, Veron atau pun Messi dimana pada Piala Dunia lalu ia bermain murni Trequartista layaknya Maradona.
Bisa saja pada saat melatih, Del Piero kembali menghidupkan peran pemain Trequartista dalam formasinya. Ia akan banyak memburu pemain-pemain yang berkarakter kreatif serta elegan sepertinya. Bukan tidak mungkin ia akan menjadi antitesis sepakbola kekinian yang minim kreatifitas dengan menonjolkan permainan ber-keberanian berkreasi di lini depan. Del Piero sendiri bisa jadi sangat berkiblat dengan model permainan Marcelo Lippi, mantan pelatihnya yang membesarkan namanya, dimana gaya mainnya pragmatis dalam bertahan, namun ketika berkesempatan menyerang, mampu tampilkan serangan yang penuh kreasi melalui peran Trequartista.
Pelatih Masa Depan Gli Azzuri
Bukan tidak mungkin, jika karir kepelatihannya di level klub cukup mentereng, namanya bisa masuk radar pelatih tim nasional Italia. Nama besarnya sudah tak diragukan di negeri Pizza ini, ia sudah bisa disetarakan legenda, maka apabila ia bisa melatih Gli Azzuri, para pemainnya sudah pasti termotivasi lebih karena bisa dilatih oleh seorang legenda Italia.
Italia sudah kehilangan ruh pemain seperti Bruno Conti, Roberto Baggio, Francesco Totti, atau Del Piero yang mempunyai skill dribel elegan khas Italiano. Maka bisa saja, jika Del Piero didapuk menjadi pelatih Italia, dia akan mengoptimalkan pemain seperti Federico Chiesa atau pemain Italia berpotensi lainnya menjadi lebih berani berkreasi dan berkarakter.
Italia memang sukses menjadi juara pada gelaran Piala Eropa 2020, namun itu seakan seperti kesuksesan semu, karena secara mengejutkan Italia gagal lolos kualifikasi gelaran piala dunia 2018 dan piala dunia 2022, hal tersebut bisa menandakan ada yang tak beres dalam regenerasi pemain timnas Italia. Bisa saja diperlukan sosok legendaris seperti Del Piero untuk mengembalikan tradisi Italia di Piala Dunia.
Del Piero semasa masih aktif bermain, ia dijuluki Il Pinturicchio, karena permainannya elegan serta cantik bagaikan karya lukisan seniman Renaissance, Pinturicchio. Kita tunggu aja tuah kepelatihannya yang bisa saja menciptakan karya indah bak lukisan renaissance Italia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H