Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Tidak Butuh Striker Baru, Tapi Kreator Serangan

13 September 2024   16:10 Diperbarui: 13 September 2024   16:10 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penetrasi dan Assist Ikonik dari Yakob Sayuri Saat Piala Asia lalu ( sumber : Tribun )

Ramai para pundit, komentator, netizen bahkan pak Erick Thohir menyuarakan bahwa Timnas butuh striker haus gol atau goal getter. Hal tersebut diakibatkan dari dua pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 babak ketiga, pertahanan Timnas dipuja-puji ketangguhannya serta penampilan impresif kiper baru debutan Indonesian Descent, Marthen Paes. Namun, di sisi lain kritik tertuju pada Rafael Struick sebagai ujung tombak, tampak kurang optimal dalam menciptakan gol.

Pada sisi ini, saya agak berpendapat lain, dikarenakan dengan melihat formasi yang disusun oleh pelatih Shin Tae Young pada dua pertandingan awal tersebut, baik ketika melawan Arab Saudi dan Australia, sama-sama menggunakan formasi 5-4-1, formasi ini jelas memang mempunyai niat untuk meredam kekuatan serangan dari para negara langganan piala dunia ini, sehingga sang ujung tombak, Rafael Struick sangat sedikit mendapat suplai bola ke depan, bahkan teramat sering dia turun ke bawah untuk menjemput bola.

Hal ini dapat terlihat dalam statistik alur serangan Timnas, dimana dari kedua pertandingan awal tersebut, lini tengah tak bisa membuat peluang lebih dari 10 kali percobaan. Pada pertandingan melawan Arab Saudi (6/9/24), lini tengah hanya berhasil mengkreasi serangan hanya 10 kali percobaan berhasil, dan cuma membuat 2 tembakan ke arah gawang. Sementara pada saat melawan Australia (10/9/24), statistiknya jauh lebih parah lagi, dimana lini tengah hanya bisa membuat 5 percobaan berhasil dan cuma membikin 2 tembakan ke arah gawang. Di sisi lain, pihak lawan baik Arab Saudi dan Australia, mampu membuat belasan percobaan berhasil dan lebih dari 5 tembakan ke arah gawang.

Maka, dengan melihat statistik jomplang tersebut, striker sekelas Messi, Ronaldo, Mbappe atau si Monster Haaland pun sulit untuk mencetak gol, karena minimnya kreasi serangan yang dibuat oleh lini tengah. Bukannya berarti kinerja lini tengah kita buruk, tetapi memang stok pemain yang mampu mengkreasi peluang atau serangan memang minim, pemain jangkar seperti Ivar Jenner, Nathan Tjoe An atau Thom Haye lebih cenderung bermain defensif ketika saat melawan tim-tim besar, dengan kondisi demikian Rafael Struick akhirnya cenderung bermain false nine layakknya playmaker, hal itu terlihat pada proses terciptanya gol melawan Arab Saudi, dialah yang menjadi kreator serangan.

Hal tersebut bisa dimaklumi, bisa jadi Shin Tae Young mencoba bermain aman dengan lebih defensif pada dua pertandingan awal tersebut dengan niatan untuk meraih poin melawan tim kelas langganan piala dunia. Jika kita mau mengoreksi, maka koreksi tersebut dialamatkan pada winger kita yang belum maksimal untuk mengkreasikan serangan, baik build up, maupun serangan balik.

Kredit poin tertuju pada Witan Sulaeman yang cukup baik bermain, utamanya saat pertandingan melawan Arab Saudi, sementara untuk Ragnar Oeratmangun pun bermain apik, namun walau demikian keduanya belum bisa tampilkan performa maksimal, karena suplai bola yang kurang, diakibatkan double pivot dan bek sayap seperti Calvin Verdonk kerja keras bermain bertahan menahan gempuran lawan. Namun untuk Marselino Ferdinand harus lebih kerja keras lagi untuk tingkatkan performanya, karena sedikitnya percobaan berhasil yang dilakukannya.

Tambah Stok Pemain Kreator Serangan

Sejatinya, ciri khas asli pemain lokal Indonesia sebenarnya banyak memiliki pemain yang jago melakukan akselerasi mengkreasi serangan, sebut saja di era 2000an awal kita mengenal Elie Aiboy yang lincah di sayap, Firman Utina yang memiliki kemampuan dribble dan passing hebat, Andik Virmansyah yang memiliki kecepatan menerobos pertahanan lawan, dan masih banyak contoh pemain lainnya yang memiliki kemampuan mengkreasi serangan.

Entah kenapa akhir-akhir ini, Timnas lebih cenderung bermain sangat "template", sekilas memang rapi passingnya dan enak ditonton layaknya tim playstation, namun lama kelamaan masih minim kreasi di lini depan. Maka dari itu, Shin Tae Young sebaiknya bisa menambah stok pemain yang mampu mengkreasi peluang. Untuk jajaran para pemain bule kita, bisa dikatakan memang punya skill mendasar yang sangat baik, namun belum ada yang benar-benar eksplosif membuat serangan, paling hanya Ragnar yang cukup menjanjikan.

Mungkin kedepannya Shin Tae Young bisa memainkan Ricky Kambuaya sebagai super sub, karena ia memiliki kemampuan eksplosif penetrasi lawan. Lalu mungkin memanggil kembali Yakob Sayuri, yang tidak diragukan lagi kemampuannya berduel satu lawan satu, contoh nyata performa ikoniknya pada saat melawan Iraq di perhelatan Piala Asia lalu.

Sementara itu nama-nama lain yang turut diperhitungkan untuk menambah stok pemain yang mampu mengkreasi serangan adalah seperti Saddil Ramdani yang sudah lama tidak dipanggil, kemudian saudara dari Yakub Sayuri yaitu Yance Sayuri yang juga berposisi sayap, lalu mungkin saja bisa memanggil Terens Puhiri, winger Borneo FC yang kecepatannya di atas rata-rata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun