Kemudian pada saat beranjak remaja, orangtua dengan pola asuh helikopter cenderung bersikap terlalu berlebihan ikut mencampuri pada kehidupan anak dari segala aspek, bahkan banyak kasus ketika anaknya melakukan kenakalan di lingkungannya, sang orangtua bukannya meminta maaf, malah justru mati-matian membela anaknya.
Dampak buruk pola asuh helikopter bisa sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosional anak. Sang anak menjadi sangat tergantung pada orang lain, sulit menyelesaikan masalahnya sendiri, ketidakmampuan mengendalikan emosi, rendah diri atau tidak percaya diri bahkan bukan tidak mungkin sang anak bisa menjadi depresi bahkan gangguan mental.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh para sebagian orangtua jika sudah terlanjur over protektif kepada anaknya. Berikut beberapa hal yang bisa menjadi perhatian bagi orangtua agar menyadari kesalahan pola asuh helikopter yang diterapkannya.
Sadari Kemampuan Orangtua
Memang benar anak adalah anugerah dari Tuhan yang harus kita jaga betul amanahnya, namun bukan berarti kita harus selalu memantaunya setiap saat dan menentukan semua langkah hidupnya.
Orangtua harus menyadari batas kemampuan dirinya dalam mengatur pola tumbuh kembang anaknya. Orangtua harus bisa menyeimbangkan pola kerja, kehidupan sosial dan perkembangan anaknya dengan baik, tidak bisa terlalu fokus hanya pada anaknya saja, karena hal tersebut justru akan membuat orangtua menjadi lebih cenderung stress.
Apalagi, semakin bertambahnya usia, orangtua akan lebih terbatas ruang geraknya, sehingga selagi dini, anak harus dilatih kemandiriannya, agar kelak ketika beranjak dewasa tidak merepotkan orangtuanya yang sudah termakan usia.
Akan ada masanya, dimana orangtua sudah benar-benar tak bisa lagi mengatur segala hal tentang anaknya, apalagi jika seandainya sang anak justru berulah negatif pada saat beranjak dewasa, maka sudah tentu membuat orangtua sudah tak sanggup lagi mem-proteksi segala kelakuan anaknya.
Anak Butuh Ruang Gerak
Kita sebagai orangtua memang harus wajib memberikan motivasi kepada anak untuk berkembang lebih baik, tetapi bukan berarti mengatur segala sesuatu yang berkaitan tumbuh kembang anak.
Tekanan atau pressure berlebihan yang diberikan orangtua kepada anak, sebagai contoh prestasi sekolah, justru hal tersebut bukan lagi bisa dikatakan sebagai motivasi, namun malah menjadi beban berat bagi sang anak.
Berikanlah ruang gerak bagi anak untuk menentukan sendiri langkahnya, jika ada PR biarkan dia sendiri yang mengerjakan, orangtua hanya cukup mengarahkan saja. Berikanlah pujian bagi setiap pencapaiannya, hal tersebut justru akan membuatnya menjadi pribadi yang mandiri dan bisa diandalkan kelak ketika beranjak dewasa.
Sesekali berikanlah waktu kepada sang anak untuk mengeksplorasi apa yang ia suka, agar ia kelak bisa menemukan jati dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.