Pada suatu pintu lift kantor terkemuka, masuklah secara bersamaan seorang manajer dan seorang karyawan staffnya.
"Lho, tumben kamu naik lift, biasanya pakai tangga, mau naik ke lantai berapa?" tanya manajer kepada karyawan staffnya.
Entah karena kurang konsentrasi karena memikirkan sesuatu, sang karyawan pun menjawab,Â
"eee.. ee. mau naik gaji... Eh.. maaf pak.. mau naik ke lantai 3, maaf salah ngomong pak," jawab sang karyawan.
Situasi dalam lift pun menjadi hening dan agak "awkward", dikarenakan jawaban "keceplosan" sang karyawan kepada atasannya. Situasi seperti ini kerap terjadi di mana saja, namun apabila perilaku "salah ngomong" atau keceplosan kerap terjadi pada seseorang, apalagi jika terjadi pada tempat kerja, tentunya akan berdampak kurang baik dalam karir.
Kita tak menampik, hampir sebagian besar orang terkadang mengalami selip lidah atau keceplosan saat berbicara atau berkomunikasi, namun apabila seseorang mengalaminya cukup sering tanpa ia sadari, maka bisa dikatakan ia mengalami yang namanya gejala Freudian Slip
Pada keilmuan psikoanalisis dikutip dari Wikipedia , Freudian Slip disebut juga parapraxis yang merupakan perilaku kesalahan dalam berbicara, mengingat , atau melakukan tindakan fisik yang terjadi karena campur tangan dari keinginan terpendam yang tidak disadari atau rangkaian pikiran internal.
Sebagai contoh umum meliputi kekeliruan lidah, tetapi teori psikoanalisis juga mencakup salah baca, salah dengar, salah ketik, lupa sementara, dan salah meletakkan serta sering kehilangan benda.
Freudian Slip dinamai menurut penemu teorinya yaitu Sigmund Freud, pada bukunya tahun 1901, The Psychopathology of Everyday Life yang mendeskripsikan dan menganalisa sejumlah besar kesalahan dan kesalahan yang tampaknya sepele, bahkan aneh, atau tidak masuk akal, terutama parapraxis.
Freud sendiri menyebut kekeliruan ini sebagai Fehlleistungen yang memiliki arti "fungsi yang salah", "tindakan yang salah" atau "kinerja yang salah", sementara dalam istilah Yunani yaitu parapraxes memiliki arti "tindakan lain".