Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengenal Fenomena Social Loafing alias Malas Kerja Bareng pada Gen Z

18 Agustus 2024   15:27 Diperbarui: 19 Agustus 2024   16:11 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Image by Freepik

Social loafing merupakan fenomena dimana seseorang kurang berkontribusi dalam suatu tugas ketika bekerja dalam kelompok dibandingkan dengan bekerja sendiri.

Bisa saja di saat bekerja sendiri, banyak orang cenderung lebih berusaha lebih keras. Namun, pada saat dilibatkan dalam suatu kelompok, effort dari orang tersebut justru tampak berkurang.

Adalah  Max Ringelmann, insinyur pertanian asal Prancis, pada 1931 yang pertama kali memperkenalkan fenomena ini, melalui penelitiannya, yang dilakukannya adalah meminta peserta penelitian untuk menarik tali, baik sendiri maupun berkelompok.

Ringelmann melihat dalam penelitian tersebut bahwa pada saat seseorang bekerja dalam kelompok, ia melakukan lebih sedikit usaha untuk menarik tali daripada saat bekerja secara individu.

Penelitian ini dijadikan dasar dari penelitian lainnya yang membahas tentang social loafing sehingga fenomena psikologi sosial ini juga sering disebut sebagai Ringelmann effect.

Seorang social loafer tidak mau berusaha kerja maksimal saat mengerjakan tugas  secara berkelompok, ia menganggap bahwa tugas tersebut akan diselesaikan oleh rekan kerja lainnya.

Bisa saja seseorang mungkin punya ekspektasi lebih rendah saat bekerja dalam kelompok. Suatu unit kerja juga tidak menghargai hasilnya seperti ketika melakukan tugas secara individu.

Kondisi berkurangnya motivasi untuk mencapai tujuan ini kerap membuat social loafer tidak memberikan kontribusi sebanyak yang sebenarnya mampu mereka berikan, jika mereka melakukanya sendirian.

Kemalasan sosial berdampak serius pada pekerjaan. Social loafing bisa meningkatkan waktu dan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

Saat seorang individu tidak berkontribusi secara maksimal, kualitas pekerjaannya juga bisa menurun. Pekerjaan dapat tidak diselesaikan dengan baik atau hasilnya tidak sesuai standar yang diharapkan.

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi social loafing pada pekerja gen Z yakni sebagai berikut.

Evaluasi Ukuran Satuan Kerja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun