Inilah yang disebut permainan Paradoks St Petersburg, dimana banyak rakyat kita dinina bobokkan dengan kemeriahan acara 17 Agustusan lewat berbagai lomba serta suasana gegap gempita, namun setelah itu sebagian besar rakyat menghadapi realita kehidupan yang keras untuk mencari sesuap nasi.
Sudah saatnya kue kemerdekaan dibagikan secara adil dan merata, agar makna "gemah ripah loh jinawi" bisa benar-benar dirasakan oleh kita semua. Maka dari itu, upaya mengisi kemerdekaan adalah upaya untuk menguasai sepenuhnya kekayaaan kita.
Menuju Welfare State
Dalam hal membagikan makna kemerdekaan kepada setiap rakyat, bukan dalam bentuk membagikan uang atau kekayaan semata, tetapi berupaya memberikan segala kemudahan dalam berkehidupan.
Ini yang disebut Welfare State, dimana orientasi pemerintahan adalah kesejahteraan rakyat, negara tidak lagi berpikir memanfaatkan apa yang dimilikinya untuk melanggengkan kekuasaannya.
Dalam Welfare State, rakyat adalah tuannya, pemenuhan penjaminan kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja dan lainnya adalah sesuatu yang memang harus diperjuangkan oleh pemerintah. Jika pemerintah menjadikan hal-hal tersebut sebagai beban, maka makna kemerdekaan akan semakin jauh untuk diraih.
Beberapa negara Skandinavia sudah menganut sistem Welfare State, dimana para pejabat negaranya rata-rata hanya merasakan jabatannya tak lebih dari 2 tahun. Hal tersebut terwujud karena sistem Welfare State memang sudah berjalan sebagaimana mana mestinya, sementara pejabat yang menjalankannya tak lebih hanya sebagai "operator" saja, maka dari itu jabatan politis biasanya diemban hanya sebentar saja.
Walaupun negara kita masih jauh untuk menuju sistem Welfare State, namun upaya itu harus kita lakukan, agar pelayanan publik tidak menjadi kue bagi pejabat korup, namun justru sesuatu yang memang harus diwujudkan sebaik mungkin.
Peningkatan Pendidikan dan Literasi
Hal yang klasik dalam memaknai kemerdekaan adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan upaya menyadarkan masyarakat tentang pentingnya literasi.
Nelson Mandela mengatakan bahwa senjata utama dalam sebuah bangsa adalah "pendidikan". Kemerdekaan butuh senjata untuk mempertahankannya, dan senjata tersebut adalah sistem pendidikan yang maju.
Sekolah adalah kawah candradimuka dalam membangun makna kemerdekaan sesungguhnya, para putra bangsa dilahirkan lewat rahim pendidikan yang kelak memajukan negara ini.
Itu saja tidak cukup, bangsa ini harus disibukkan dengan budaya literasi, karena lewat literasi maka bangsa tersebut akan dinilai martabatnya. Jika minat baca dan membuat karya-karya yang bermanfaat itu rendah, maka tak ubahnya kita tidak menghormati para pendiri bangsa yang susah payah memerdekakan negara kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!