Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Meluruskan Sejarah Rel Bengkong Purwosari

13 Agustus 2024   12:07 Diperbarui: 13 Agustus 2024   15:50 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberadaan Rel Bengkong Purwosari yang melintang "miring" di tengah jalan protokol kota Solo (sumber : dokumentasi pribadi)

Bagi warga kota Solo pasti tak asing dengan keberadaan jalur rel kereta api yang bersisian pada bahu jalan raya Slamet Riyadi, dan tepat memasuki daerah stasiun Purwosari, jalur rel tersebut melintang diagonal membelah jalan protokol kota Solo tersebut dan bagian lajur tersebut disebut warga setempat dengan nama "Rel Bengkong Purwosari".

"Bengkong" jika dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia menjadi artinya "miring" atau "bengkok", hal tersebut disebabkan jika pada umumnya keberadaan rel kereta api yang melintang di jalan raya biasanya dengan arah horizontal lurus, maka rel bengkong ini arahnya miring melintang sekitar 45, jadi jika dilihat cukup unik, apalagi rel bengkong Purwosari terletak persis di pusat kota, dekat dengan stasiun Purwosari dan Rumah Sakit Kasih Ibu, Surakarta.

Keberadaan rel kereta api yang bersisian bahu jalan protokol, memang menjadi pemandangan menarik bagi warga luar Solo jika berpelesiran ke kotanya Mas Gibran ini. Karena keberadaan rel dalam kota ini bukan hanya pemanis kota saja, tetapi masih berfungsi digunakan untuk kereta jalur relasi jarak dekat dan wisata, bisa dikatakan jalur rel dalam kota yang masih aktif di Indonesia memang hanya di Kota Solo.

Namun, dibalik uniknya jalur rel bengkong ini, ternyata menyimpan misteri dari warga sekitar, yaitu kerap jatuhnya para pengendara sepeda motor jika melewati rel bengkong ini, utamanya sewaktu magrib dalam keadaan hujan.

Secara logika, faktor licinnya rel sewaktu hujan, serta kontur rel yang agak diagonal miring, bisa membuat ban sepeda motor terselip, jika sang pengendara kurang hati-hati.

Walau demikian, warga sekitar berpendapat lain, bahwa di sekitaran rel bengkong mengandung aura mistis, ada yang mengatakan ada penunggunya, adapula yang menyebutkan terdapat sosok berambut panjang kerap membuat beberapa pengendara jatuh ketika melintas di rel bengkong.

Bahkan perihal ini juga sempat diungkap oleh seorang YouTuber yang membahas aura mistis di sekitaran rel bengkong.

Memang folklore ini cukup familiar semenjak saya masih bersekolah, bahkan ada teman saya yang pernah jatuh ketika berkendara sepeda motor ketika melintasi rel bengkong, dan mengalami luka parah. Saya sendiri pun pernah terpeleset saat berkendara saat melintasi rel bengkong, tapi beruntung tak mengalami luka apapun.

Sebenarnya ada teknik yang benar ketika melintasi jalur rel diagonal ini saat berkendara sepeda motor, yaitu pertama kurangi kecepatan ketika mendekati jalur rel bengkong, kemudian arahkan kendaraan secara horizontal pada rel tersebut, namun apabila sepeda motornya lurus saja searah diagonal jalur rel tersebut, jika tidak hati-hati, ban motor bisa terselip.

Saya berkesimpulan bahwa mitos rel bengkong lebih kepada pesan kearifan lokal agar kita berhati-hati ketika melintas jalur kereta api, maka dalam artikel saya akan meluruskan fakta-fakta tentang besarnya peran jalur rel dalam kota pada pariwisata dan sejarah kota Solo.

Bernilai Sejarah

Pembangunan kereta dalam kota Surakarta sudah sejak sekitar akhir abad 19. Pembangunan rel dalam kota ini beriringan dengan berdirinya perusahaan swasta Solosche Tramweg Maatschappij (STM) pada tahun 1892, yang melayani jalur Vorstenlanden area Surakarta.

Pembangunan jaringan kereta ini, muncul karena mulai boomingnya industri gula serta perkebunan di beberapa daerah di Solo Raya pada saat itu.

Pada mulanya kereta yang melalui jalur rel tersebut ditarik menggunakan kuda, seiring berjalannya waktu mulai menggunakan lokomotif tenaga uap.

Ketika masa puncaknya, jaringan rel kereta api di kota Solo, benar-benar sangat banyak, sebagaimana juga di kota besar lainnya pada zaman itu. Seperti halnya di Batavia, dimana jaringan trem dalam kota juga menggurita di Kota Solo.

Jika di zaman sekarang, jalur rel dalam kota di Solo, hanya menyisakan dari stasiun Solo Kota hingga stasiun Purwosari melintasi beberapa titik strategis kota Solo, dimana kurang lebih hanya sekitar tak sampai 5 km panjangnya.

Maka sewaktu di zaman Hindia Belanda, jaringan rel kereta api dalam kota di Solo, benar-benar sangat banyak ke berbagai sudut kota, seperti mengarah ke Pasar Gede, Balai Kota dan lainnya, namun kini hanya menyisakan di lajur jalan protokol Slamet Riyadi.

Jika melihat kondisi di masa lalu, rel bengkong cukup banyak di berbagai sudut kota, menyesuaikan keadaan pola kota, dan kini hanya menyisakan satu rel bengkong yang berada dekat Stasiun Purwosari yang ikonik di Kota Solo saat ini.

Ikon Wisata

Jalur rel kereta dalam kota beserta ikon rel bengkongnya, menjadi daya tarik wisata bagi Kota Solo, karena di Indonesia hanya di Solo saja kita bisa menaiki kereta api wisata menelusuri jejak sejarah kota ini.

Ada dua kereta yang bisa dimanfaatkan bagi para turis yang ingin berplesiran "sepur-sepuran" di kota ini.

Kereta Relasi Batara Kresna yang berangkat dari stasiun Solo Kota (sumber : dokumentasi pribadi)
Kereta Relasi Batara Kresna yang berangkat dari stasiun Solo Kota (sumber : dokumentasi pribadi)

Pertama adalah KA relasi Purwosari -- Wonogiri yang dinamakan KA perintis Batara Kresna, jalur yang digunakan dimulai dari Stasiun Kota Solo lalu berjalan pelan di sisi jalan protokol Slamet Riyadi, melewati rel bengkong menuju Stasiun Purwosari, lalu bergerak ke selatan menuju Sukoharjo dan akhirnya ke Wonogiri.

Sekolah kami pernah melakukan studi tour menaiki kereta relasi ini, dan memang sangat menyenangkan bagi anak-anak, karena menambah pengalaman mereka dalam bertransportasi umum.

Jalur KA Solo-Wonogiri sebenarnya sudah lama ditutup, namun beberapa tahun yang lalu kembali dibuka untuk umum, namun lebih kepada untuk pariwisata, sebagai informasi dalam sehari kereta ini beroperasi sebanyak empat kali.

Kemudian kereta kedua adalah Kereta Uap Jaladara atau yang lebih dikenal sebagai Sepur Kluthuk Jaladara merupakan kereta wisata di Solo. Hal cukup unik adalah gerbongnya yang masih menggunakan gerbong peninggalan zaman Hindia Belanda yang sudah direstorasi kembali.

Kereta Uap Jaladara dengan gerbong klasik melintas di Rel Bengkong (sumber : Jogjaaja )
Kereta Uap Jaladara dengan gerbong klasik melintas di Rel Bengkong (sumber : Jogjaaja )

Jalur Kereta Uap Jaladara melewati jalan utama Solo, yakni Jalan Selamet Riyadi hingga stasiun Purwosari. Untuk menaiki kereta wisata ini penumpang harus melakukan reservasi terlebih dahulu, karena dalam sebulan kereta ini beroperasi 2 kali dalam sebulan atau tergantung dari reservasi.

Bagi para pembaca sekalian, monggo jika mampir ke kota Solo, bolehlah mencoba menaiki kereta wisata yang melintas di jalan raya solo dan merasakan sensasi berkereta melintas di jalur rel bengkong yang legendaris. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun