Kehebatan Veddriq Leonardo memang tak bisa dipungkiri di level dunia, total 6 medali emas kejuaraan dunia berhasil ia raih sepanjang karirnya, dan berarti medali emas Olimpiade kali ini menambah dominasinya pada kategori speed di level dunia.
Putra asli kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat pada 11 Maret 1997 ini, sudah menggeluti dunia panjat tebing semenjak SMA, namun ia mengawalinya pada nomor Boulder, seiring perjalanan waktu, ia berpindah ke nomor Speed, dan meraih banyak prestasi Nasional serta dunia.
Jalannya Pertandingan
Setelah sukses pada babak penyisihan, 6/8/2024 di tempat yang sama, dimana Veddriq "terpaksa" mengalahkan kompatriotnya Rahmad Adi Mulyono, maka ia harus "membayar" pengorbanan rekan senegaranya dengan harus meraih medali emas pada babak selanjutnya.
Pada babak Quarterfinal, Veddriq harus berhadapan lagi dengan Basim Mawem yang ia hadapi saat Heat Seeding. Pada ronde ini, Veddriq terlihat sangat mudah menaklukkan climber tuan rumah ini, dengan catatan waktu 4.88 detik, sementara Basim Mawem hanya bisa memberikan waktu 5.26 detik.
Lanjut ke babak semifinal di waktu yang sama, Veddriq ditantang climber asal Iran, Ali Pour. Saya agak yakin Veddriq bisa mengalahkannya, karena peringkat mereka cukup jauh, dan benar saja, Veddriq berhasil membukukan waktu 4.78 detik, sementara Ali Pour mencatat waktu 4.84 detik, Veddriq pun melaju ke final, minimal medali perak sudah di tangan.
Kejutan terjadi pada semifinal lainnya, dimana rival utama Veddriq, yaitu Sam Watson asal Amerika Serikat, secara mengejutkan kalah dengan climber asal Tiongkok, Wu Peng. Dimana Sam Watson mencatat waktu 4.93 detik, sementara Wu Peng berhasil mengalahkannya dengan waktu 4.85 detik.
Saya katakan Sam Watson adalah rival berat Veddriq, karena ia berkali-kali mencatat rekor dunia bergantian dengan Veddriq pada turnamen ini. Dan benar saja, pada babak perebutan medali perunggu. Sam berhasil mencatat rekor dunia sekali lagi dengan catatan waktu 4.74 detik mengalahkan climber Iran Ali Pour yang bukukan waktu 4.84 detik.
Hingga akhirnya saat-saat menegangkan tiba, Veddriq harus beradu cepat dengan climber asal Tiongkok Wu Peng, keduanya konsisten mencatat waktu di bawah 5 detik, menjadikan last match ini menjadi sangat menegangkan.
Dan memang sangat membuat jantung mau copot pertandingan final ini, karena saat finisih memencet tombol di atas tebing, keduanya tampak bersamaan, lihat saja catatan waktunya, dimana Veddriq bukukan waktu 4.75 detik, sementara Wu Peng mencatatkan waktu 4.77 detik, hanya beda 0.02 detik. Benar-benar partai final yang sangat mendebarkan, Veddriq pun layak didaulat sang raja Speed Climber Dunia.
Semoga pencapaian luar biasa tidak hanya berhenti di sini, diharapkan akan muncul Veddriq-Veddriq lainnya lagi, dan pemerintah bisa fokus pengembangan atlet-atlet panjat tebing di daerah, agar kedepannya kita bisa  mendulang medali emas lagi pada cabang olahraga panjat tebing. Salam olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H