Purwanto tampak frustasi belum bisa mengakhiri paceklik golnya, padahal permainannya bisa dibilang sangat baik. Sementara para supporter Laskar Mahesa Jenar di tribun Utara GOR Jatidiri tampak tetap menyemangati striker muda tersebut dengan yel-yel "Ayo...ayo.. Purwanto" menggunakan irama Mambo yang sedang trend saat itu.
Pada pertandingan sore itu sekitar medio 2004, tampak seorang striker muda andalan PSIS Semarang yang bernamaSaya sewaktu kuliah berada di kota Semarang, dan selalu mengikuti pertandingan PSIS Semarang jika ada pertandingan kandang. Salah satu pemain favorit PSIS saya adalah Purwanto, walau dia seorang striker yang agak jarang cetak gol, tapi dia memiliki speed dan dribble yang ciamik.
Hingga akhirnya karirnya memang mengalami puncaknya ketika bermain untuk Semen Padang , sekaligus menjadi tiket masuk baginya ke dalam line up timnas masa itu.
Mungkin para pembaca banyak yang tidak tahu siapa dia dan kiprahnya, nama lengkapnya adalah Purwanto Suwondo dan beliau adalah ayah dari Arkhan Kaka, pemain timnas U 19 yang baru saja menjuarai piala AFF U-19 lalu.
Arkhan Kaka sendiri akhir-akhir ini menjadi sorotan publik netizen, dimana ia menjadi bahan bully habis-habisan oleh para netizen yang mulia, yang dikompori oleh komentator Coach Justin dan bung Rendra Soedjono.
Mohon maaf saya memakai kata "dikompori", karena apabila mereka memakai kata santun dan komprehensif saat mengomentari kinerja para punggawa Timnas, saya rasa netizen pun tidak akan menggunakan kata-kata merendahkan para pemain timnas kita.
Melihat hal tersebut, coach Indra Sjafri langsung pasang badan melindungi anak didiknya, dan meminta jangan terus menerus membully para punggawa Garuda Muda.
Setali tiga uang, sang ayah dari Arkhan Kaka yaitu Purwanto Suwondo, yang juga mantan Timnas, juga melakukan hal yang sama, yaitu meminta Coach Justin agar tidak membully anaknya, begitu pula para netizen yang juga mengikuti bully tersebut, dimana dengan kasar menyebut Arkhan Kaka tidak pantas di timnas.
Saya bisa mengerti perasaan mas Purwanto, karena sewaktu dia masih pemain muda, ketika dia mengalami paceklik gol, para fans di jaman itu masih memberikan semangat, dan sama sekali tidak menghujatnya, berbeda sekali dengan anaknya Arkhan Kaka, yang terkena hujatan bully berlebihan dari komentator dan netizen, hanya karena dinilai kurang bermain bagus atau selebrasi golnya dianggap tidak pas.
Begitu pula komentator Rendra Soedjono yang mengomentari para pemain timnas seolah dia adalah seorang pelatih di lapangan, dimana ia menggunakan kata-kata perintah seperti "ayo lari" dan lainnya saat pertandingan live langsung Timnas, tentunya tidak sesuai nilai etis seorang komentator, yang akhirnya merembet pada netizen yang suka komentar berlagak mereka sangat paham kondisi di lapangan.
Kondisi demikian terus terang adalah hal yang baru dalam melihat sepakbola sebagai entertainment. Coba kita lihat jaman dulu, dimana komentator Bung Kusnaeni yang jika memberikan komentarnya, sama sekali tidak pernah menyerang pemain yang bermain jelek, dia selalu menampilkan analisa dan data yang tajam serta komprehensif, tidak asal "njeplak", seperti mengatakan "tidak layak" dan sebagainya.