Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Awas, Dampak Buruk Video Pendek Pada Anak!

3 Agustus 2024   20:07 Diperbarui: 22 Agustus 2024   12:59 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menonton video Pendek pada smartphone (sumber : Disway)

Anak yang terbiasa menscrool video pendek, akan membuat daya tahan konsentrasinya menjadi lemah, karena tidak terbiasa melihat tayangan yang kurang disukainya hingga habis, padahal tayangannya tersebut tak lebih dari 1 menit.

Akhirnya berimbas pada daya tahan konsentrasinya ketika belajar, dimana jika ada pelajaran yang tak disukainya, dia pasti juga men-skip materi tersebut, karena dia tidak mau fokus pada materi pelajaran tersebut.

Solusinya adalah apabila ia masih menyukai menonton video-video pendek, maka aturlah algoritma pada smartphonenya, fokuskan pada konten-konten edukasi dan yang kiranya mendukung pembelajarannya, walau awalnya ia tak menyukainya, tapi lama kelamaan algoritma akan mengarahkan kepada tampilan konten yang ia sukai, tetapi tetap dalam mode algoritma yang telah anda tentukan.

Daya Paham Lemah

Ilustrasi anak menonton video Pendek pada smartphone (sumber : Disway)
Ilustrasi anak menonton video Pendek pada smartphone (sumber : Disway)

Tak pelak, video pendek sudah jelas menampilkan materi yang sangat singkat terhadap suatu topik, istilahnya materi yang ditampilkan adalah sesuatu yang instan dan dangkal makna, tentunya hal ini kurang baik bagi pemahaman anak, jika mendapat informasi hanya kulitnya saja.

Saya ada murid yang suka bercerita apa saja, bahkan dia bisa tahu tentang NAZI dan sejarah perang dunia II, sangat unik untuk ukuran anak Sekolah Dasar bisa tertarik hal tersebut, tetapi ketika saya bertanya lebih dalam tentang PD II, ternyata dia tak tahu banyak. Setelah saya telusuri, dia mengetahuinya dari YouTube Shorts, dimana ia hanya sekelumit mengetahuinya, akhirnya saya meminjamkan buku tentang perang dunia II untuk mempelajari lebih lanjut, bagaimanapun buku adalah media terbaik untuk memahami sesuatu.

Alangkah lebih baik, jika mereka diarahkan untuk menonton video-video durasi panjang pada YouTube yang sifatnya edukasi, agar mereka bisa memahami sesuatu yang sifatnya lebih komprehensif, tapi tentunya diawali dengan ketertarikan dalam membaca.

Jangan sampai mereka dalam mencari referensi terus-terusan melihat video pada sosial media, walau sampai akhir jaman, keberadaan buku adalah tetap sebagai jendela dunia, untuk pemahaman yang lebih komprehensif dan bijaksana.

Berpikir Instan

Anak-anak yang terbiasa menonton video-video pendek tersebut lama kelamaan pola pikirnya akan menjadi instan dan tidak memahami arti pentingnya proses dalam kehidupan nyata.

Keadaan dimana tangan dengan mudahnya menggeser scroll tiap videonya menjadikan mereka pribadi yang suka serba instan di depan mata mereka. Video pendek berantai pada prinsipnya sebenarnya seperti "pemaksaan" bagi penggunanya untuk menonton video yang sebenarnya tak mau ditonton, dan secara psikis bisa menyebabkan adiksi untuk terus menontonnya.

Bahaya dari dampak terbiasa melihat tayangan instan ini, adalah ketika mereka menghadapi dunia nyata, mereka seolah tak bisa menerimanya dan tak mengerti tentang arti sebuah proses dalam mencapai sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun