Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Alasan Remaja Tak Mau Dengar Nasihat Orang Tua

23 Juli 2024   08:57 Diperbarui: 30 Juli 2024   01:23 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi remaja tak mau dengar nasihat (Sumber: praisaeng/ Freepik via kompas.com)

Pada era tahun 60-70an, gaya rambut berponi dan celana cutbray ala Tony Koeswoyo Koes Plus yang digemari oleh para pemuda di jaman itu, sering dianggap oleh para orang tua sebagai gaya urakan, bahkan bung Karno menganggap gaya musik Koes Plus ala Beatles sebagai musik ngak-ngek-ngok.

Kemudian berlanjut pada era 80-90an, tren disko break dance mewabah di kalangan remaja, juga dikritik habis-habisan oleh para tetua sebagai budaya barat yang tak pantas.

Pada era 2000an, yaitu eranya internet dan smartphone, para remaja tampak kecanduan bermain gadget berlama-lama, dan hal ini juga menjadi problem bagi orang tua di jaman sekarang.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa dalam setiap jaman selalu ada pertentangan antara orang tua dan remajanya. Selalu ada perbedaan nilai diantara keduanya, dimana orang tua memegang prinsip nilai yang dianutnya pada jaman mudanya, sementara sang remaja memakai hal-hal atribut yang kekinian.

Ali bin Abi Thalib pernah mengajarkan bahwa dalam mendidik anak haruslah disesuaikan dengan jamannya si anak atau remaja yang sedang berkembang. Tantangan yang dihadapi tentulah sangat berbeda pada setiap jamannya.

Pasti yang dianut oleh orang tua dianggap kuno, sementara yang dianut oleh remaja adalah sesuatu yang 'sophiscated' alias canggih kekinian.

Nasihat orang tua kerap kali diabaikan oleh para remaja adalah sesuatu yang klasik, bahkan banyak diantara kita juga sering melakukannya sewaktu muda.

Hal tersebut sebenarnya hal yang wajar, remaja adalah anak-anak yang baru tumbuh dewasa, mereka mulai independen memilih nilai-nilai yang dianggap cocok dengannya.

Bukan tidak mungkin nilai-nilai yang dipetuahkan oleh orang tuanya bisa jadi tak sesuai dengan pemahamannya. Orang tua mungkin memberi nasihat berdasarkan pengalaman masa lalunya, sementara sang remaja menganggap hal tersebut tak sesuai jamannya.

Lalu pertanyaannya, mengapa bisa demikian, apakah ada solusi untuk menjembatani hal ini, agar supaya terjadi komunikasi efektif diantara keduanya, ahli parenting Afin Murtie dalam bukunya "Anakku Sahabatku", menjabarkan 6 hal alasan remaja kurang suka mendengarkan nasihat orang tua, beserta solusinya, berikut ulasannya.

Pembicaraan Orang Tua Tidak Penting

Kebanyakan remaja bosan terhadap pembicaraan tentang sopan santun, rajin belajar hingga bersikap rajin. Kadang ada yang mengganggap menuruti nasihat orang tua dianggap 'anak mama' oleh teman-temannya.

Kemudian mereka juga melihat ada perbedaan dan perbandingan nilai di rumah dengan pergaulan temannya di sekolah atau lingkungan sekitar.

Solusinya adalah dengan mengarahkan ruang lingkup sekolah, pertemanan yang kiranya nilai-nilainya hampir sama yang dianut oleh keluarga, agar remaja tidak gap nilai antara di luar rumah dengan internal keluarga.

Menganggap Orang Tua Kuno

Kita berada di jaman dimana para remaja yang terlalu asyik dengan dunia maya, remaja menganggap orang tua tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada.

Orang tua dianggap tidak asyik sebagai teman diskusi tentang games yang sedang mereka gandrungi atau jejaring sosial.

Solusinya adalah mau tak mau sebagai orang tua harus mempelajari apa-apa yang digandrungi anaknya, arahkan kepadanya tentang yang baik dan buruk tentang games yang disukainya serta sesekali mengajaknya berwisata alam untuk sejenak menghindar dari ketergantungan gawai.

Menganggap Orang Tua Terlalu Cerewet

Kebanyakan remaja bosan dengan nasihat yang disampaikan berulang-ulang. Kadang juga orangtua tidak memberi kesempatan kepada anak remajanya untuk menyampaikan pendapatnya pada suatu masalah.

Solusinya adalah dengan mengubah cara penyampaian agar lebih mengena remaja, mungkin kadang dengan humor kekinian, sehingga menarik perhatianya dan juga harus mencoba mendengarkan pendapat mereka, agar mereka merasa di-manusiakan.

Menganggap Orang Tua Terlalu Mengekang

Terkadang perhatian yang diberikan oleh orang tua dianggap mengekang kebebasan remaja alias posesif. Remaja kadang melihat teman-temannya bisa bebas beraktivitas kemana saja, tanpa ditelepon atau diperhatikan orangtuanya.

Solusinya adalah dengan mengubah penyampaian nasihat untuk lebih halus, lebih hati-hati kepadanya. Orang tua harus mengungkapkan bahwa perhatian yang diberikan adalah bentuk kasih sayang, bukan bermaksud untuk mengekang.

Menganggap Orang Tua Mau Menang Sendiri

Banyak kasus dimana larangan yang diberikan orangtua tidak diimbangi dengan contoh perilaku mereka yang baik.

Sebagai contoh, sang ayah melarang untuk merokok, ayahnya sendiri masih merokok aktif bahkan minta tolong dibelikan rokok di warung. Sementara sang ibu melarang untuk tidak tidur larut, namun ibunya masih menonton sinetron sampai larut.

Solusinya sudah jelas, jika sang orang tua melarang suatu hal, maka orang tua pun juga harus konsekuen juga tidak melakukan larangan tersebut. Memberi contoh jauh lebih mengena, ketimbang sekedar memberi larangan.

Menganggap Pembicaraan Orang Tua Tidak Sesuai Kenyataan

Kita kadang melihat kondisi, dimana orang tua menasehati remaja agar rajin belajar, tetapi melihat orang tuanya selalu asyik sendiri, tetapi jarang menemaninya belajar.

Hal tersebut artinya orang tua kerap mengatakan sesuatu tidak sesuai kenyataan yang dilihat oleh remaja.

Solusinya adalah orang tua juga harus mendukung apa saja yang dinasihatkannya kepada remajanya, jika menyuruh anaknya berprestasi baik di sekolah, maka temanilah anaknya belajar, perhatikan perkembangan studinya, sehingga remaja merasa diperhatikan tumbuh kembangnya sesuai yang direncanakan orang tuanya bagi masa depannya.

Kurangnya pemahaman dan persahabatan menyebabkan orang tua dan remajanya menjadi dua sisi yang benar-benar berbeda. Pada fase ini adalah titik krusial hubungan keduanya, maka jika orang tua berhasil merangkul remajanya, kelak dia akan tumbuh menjadi pribadi yang menghargai dan menyayangi orang tuanya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun