Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Renrakucho , Model Komunikasi Orang Tua dan Guru Ala Jepang

16 Juli 2024   04:47 Diperbarui: 16 Juli 2024   05:19 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh isian harian Renrakucho yang sangat detail (sumber : blog the Wagamama Diaries )

Alkisah pada suatu Grup WhatsApp Kelas 4 Sekolah Dasar terjadi kehebohan percakapan antar orang tua wali murid serta tentu saja melibatkan sang guru wali kelas, admin grup tersebut. Tercatat hingga ratusan notifikasi chat percakapan mewarnai grup tersebut.

Anda mau tahu apa sebenarnya topik yang dibahas hingga menyebabkan ratusan notifikasi chat, sampai-sampai untuk men-scroll smartphone-nya seakan tiada habis-habisnya. Topiknya cuma sederhana, yaitu "pada esok hari, para peserta didik membawa baju ganti salin, karena akan acara classmeeting bertema bermain di alam".

Sungguh ketenangan bagi guru wali kelas jika jawaban para orang tua wali murid seperti,

"terima kasih informasinya Bu guru"

"siap laksanakan Bu guru"

"wah pasti menyenangkan, anak saya tidak sabar menunggu hari esok, mantap Bu"

Namun, kenyataannya para orang tua wali murid negeri Konoha, menjawabnya seperti ini,

"waduh, kan besok sudah pakai baju olga Bu guru, kenapa harus dibawakan baju ganti salin"

"Saran saya, untuk mengisi waktu classmeeting, cukup di kelas, isinya menggambar bebas saja"

"Duh, sekarang kan cuacanya panas sekali Bu Guru, apa sebaiknya anak-anak belajar di dalam kelas saja Bu, takutnya nanti mereka sakit"

Belum lagi antar orang tua wali murid saling berdebat merasa paling benar pendapatnya, mereka saling berbantah-bantahan, seolah mereka adalah yang memegang otoritas kelas. Sang guru wali kelas pun menjadi stress, perintahnya cuma sederhana tetapi bisa memunculkan debat kusir di grup WhatsApp Kelas layaknya perdebatan Indonesia Lawyers Club.

Hal seperti ini ternyata jamak terjadi pada grup-grup kelas sekolah dasar se-Indonesia, dimana kerap terjadi drama atau perdebatan antar orang tua tentang suatu informasi dari pihak guru atau sekolah.

Ada hal yang menarik, dari salah teman saya yang mengajar pada sebuah sekolah dasar negeri, dimana grup kelasnya kerap ramai percakapan tak penting, mulai dari pagi hingga malam. Namun ketika para orang tua wali murid tersebut jika diundang rapat kesiswaan, yang datang tak lebih dari 10 orang tua wali murid dari 28 siswa kelas.

Realita tersebut menggambarkan betapa walaupun teknologi sudah memudahkan komunikasi antara guru kelas dengan orang tua wali murid, ternyata tak berbanding lurus dalam mengaplikasikan komunikasi yang efektif.

Adalah negara Jepang, yang kita kenal salah satu negara terbaik di dunia dalam kualitas pendidikannya ternyata faktanya tidak menggunakan aplikasi WhatsApp, Telegram atau sejenisnya  dalam membangun komunikasi antara guru kelas dengan orang tua wali murid.

Mereka ternyata masih menggunakan cara manual dalam melakukan komunikasi antara guru kelas dan orang tua wali murid, yaitu menggunakan buku Penghubung manual. Dalam istilah Jepang, buku ini dinamakan Renrakucho.

Renrakucho memang mirip fungsinya seperti buku penghubung yang kita kenal waktu jaman sekolah dulu di era 90an. Namun, Renrakucho isinya lebih detail serta rinci yang tidak hanya memuat informasi dari sekolah saja, tetapi juga berisi perkembangan anak. Ingin tahu tentang apa saja isinya, mari kita simak ulasannya.

Fungsi Utama

Renrakucho berasal dari dua frasa kata, yaitu "Renraku" yang artinya menyampaikan atau menginformasikan, sementara "cho" artinya spesial atau super, jadi jika diartikan secara harfiah mengandung arti sebuah buku yang berisi informasi-informasi sangat penting tentang perkembangan siswa.

Dari definisi tersebut sudah jelas sangat berbeda dengan fungsi dari buku penghubung kelas seperti era dulu apalagi grup WhatsApp kelas. Dikarenakan Renrakucho menitikberatkan pada perkembangan siswa, bukan sekedar informasi kegiatan sekolah.

Kolom-kolom pada Renrakucho yang harus diisi lengkap (sumber: The Wagamama Diaries)
Kolom-kolom pada Renrakucho yang harus diisi lengkap (sumber: The Wagamama Diaries)
Menariknya Renrakucho pengisiannya melibatkan 3 pihak, yaitu Guru Kelas, Murid dan Orang Tua Wali Murid. Jika pada buku penghubung di Indonesia waktu dulu, informasi masih satu arah dari sang guru, maka pada Renrakucho baik guru, peserta didik maupun orang tua, semuanya aktif mengisinya secara detail, entah itu info kegiatan sekolah, kebiasaan anak di sekolah, apa saja yang dikeluhkan anak bahkan sang Guru pun berhak tahu apakah di rumah sang anak didampingi oleh orangtuanya dalam belajar.

Pada Renrakucho, berisi banyak tabel-tabel yang harus diisi. Tiap tabelnya terpisah, ada bagian yang harus diisi oleh sang guru, siswa dan orang tuanya. Tiap tabel memiliki fungsi informasinya masing-masing, ada tabel tentang jadwal kegiatan, tabel pelajaran yang disukai, tabel kedisiplinan, tabel kebiasaan di rumah dan masih banyak lainnya, dan kesemuanya harus diisi dengan jujur apa adanya, demi perkembangan sang anak.

Apa Yang Diisi Oleh Guru dan Murid

Dilansir dari laman blog, The Wagamama Diaries, menyebutkan setidaknya ada 4 hal wajib yang diisi oleh Sang Guru yaitu Jadwal sekolah ( jikan wari ), Apa yang harus dibawa ke sekolah (mochi mono), Info tentang acara sekolah ( gyouji ) dan pekerjaan rumah ( shukudai ).

Selain itu, sang guru juga harus memberi tahu dalam Renrakucho , tentang jika ada siswanya perlu ada catatan khusus selama di sekolah, seperti pelajaran kesukaan, kebiasaan makan siang dan lainnya, serta biasanya sang orangtua akan menanggapinya dengan mengisi kolom respon di sebelahnya.

Untuk informasi sekolah, sang guru tidak menulisnya satu per satu tetapi mengeprint saja kertas yang berisi informasi-informasi dan dicetak pada sejumlah muridnya kemudian ditempelkan ke masing-masing Renrakucho.

Bagi peserta didik mereka juga punya tanggung jawab untuk mengisi kolom Renrakucho yang disediakan untuk mereka, biasanya tabel pekerjaan rumah dan informasi yang bersifat ringan. Hal ini juga melatih dan membiasakan mereka untuk menulis apa saja yang ada di sekolah. Maka tak heran kita sering melihat ibunya Nobita suka mencatat apa saja di pada buku catatannya, entah itu keuangan,  perencanaan atau evaluasi.

Apa Yang Diisi Oleh Orang Tua

Pada tabel atau kolom orangtua wali murid justru mendapat porsi yang sangat banyak, ketimbang kolomnya guru dan siswanya.

Orang tua harus mencatat setiap hari kondisi kesehatan sang anak, temperamen anak di rumah, waktu penjemputan (jika masih PAUD/TK), siapa saja yang menjemputnya di sekolah, jadwal tidur di rumah, kebiasaan buang air besarnya, seharian makan apa saja, waktu mandinya, kebiasaan mainnya dan lainnya. Sangat detail, saya tidak tahu apa orang tua di Indonesia sanggup menulis semua itu setiap hari.

Maksud dari kenapa orang tua harus mencatat semua itu, tidak lain dan tidak bukan adalah agar orang tua benar-benar peduli akan perkembangan anaknya, guru takkan mempermasalahkan kebiasaan setiap anak di rumah, tapi setidaknya dengan ikhtiar orang tua mencatat kebiasaan anaknya, maka ia akan terpacu terus membenahi yang kurang dari anaknya. Konon para ibu di Jepang, memang suka mencatat apa saja, dan itu ditulis manual di buku catatan, bukan di handphone.

Kelebihan Renrakucho

Jika dilihat dari sudut pandang kita sebagai orang Indonesia, Renrakucho terkesan kurang efisien, karena harus menulis semuanya, kita pun berpikir kenapa tidak pakai aplikasi pada smartphone. Orang Jepang memang maju teknologinya, tetapi mereka tahu mana yang harus 'full tech' , dan mana yang justru memiliki nilai lebih jika dikerjakan secara manual.

Di negara kita, semuanya seolah harus digitalisasi, padahal tak semua harus diperlakukan demikian. Renrakucho adalah babon awal mengapa orang Jepang memiliki falsafah hidup dapat maju ke depan dengan baik, dikarenakan semenjak kecil terbiasa menulis tentang dirinya sendiri dan merencanakan apa yang harus dilakukan pada hari esok.

Di Jepang, Renrakucho sudah jelas memudahkan kinerja para gurunya dalam mengembangkan potensi para peserta didiknya, karena benar-benar mengetahui A-Z kesemuanya siswanya.

Renrakucho juga menggambarkan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pada guru saja, tetapi juga tanggungjawab orang tua wali murid dan siswanya sendiri juga. Ketiganya berkembang bersama.

Semoga kelak sistem Renrakucho bisa diterapkan di Indonesia, agar tercipta sistem pendidikan yang berimbang dan memahami perkembangan anak. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun