Diskusi dengan rekan kerja tentang masalah pekerjaan di tempat kerja sebenarnya sah-sah saja, tetapi jika sudah mengarah berlebihan dalam mengkritisi kebijakan perusahaan atau ghibah rekan kerja yang lain, tentunya hal tersebut bisa dikatakan hal yang sia-sia alias kurang kerjaan.
Apabila arah diskusi tentang mengenai bagaimana sistem kerjasama dalam satu unit kerja atau mencari solusi terhadap permasalahan suatu pekerjaan, tentunya itu adalah hal yang positif, tetapi apabila arah diskusi justru mengarah kepada hanya mengeluh pada kondisi pekerjaan atau suasana kantor, tentunya hal ini kontraproduktif dengan semangat kerja itu sendiri.
Diskusi ghibah di tempat kerja memang tak begitu terlihat sebagai gangguan dalam suatu proses kerja, namun sebenarnya itu adalah kesia-siaan saja.
Karena kita harus sadar akan posisi, apabila seorang karyawan tingkat bawah, tentunya dia tidak bisa sering-sering mengeluh kondisi pekerjaannya, dikarenakan dia berada di posisi end user dalam suatu sistem kerja, artinya dia hanya tinggal menjalankan tugasnya saja.
Apabila dia ingin mengubah sistem kerja yang dirasa kurang baik, maka dia harus berkerja keras demi karirnya, hingga akhirnya ia meraih posisi manajer, dan mengubah apa yang dirasa kurang baik tersebut dengan kewenangannya, bukan hanya terus-menerus mengeluh, yang pada akhirnya bisa saja berpengaruh pada produktivitas kerja.
Membaca SOP
Sekilas tak ada yang salah dengan membaca buku atau modul Standard Operating Procedure (SOP), karena jelas itu sangat dianjurkan oleh Perusahaan bagi karyawannya agar mereka tahu apa yang harus dilakukan.
Namun disarankan ketika mempelajari buku atau manual SOP itu sebaiknya dilakukan pada saat di luar jam kerja atau saat pelatihan diklat yang diselenggarakan perusahaan.
Jika karyawan terlalu sering membaca buku SOP saat kondisi jam kerja produktif, maka akan mengesankan ketidak profesionalan dari karyawan tersebut, apalagi jika pekerjaannya berkaitan dengan public service.
Poin ini saya masukkan, dikarenakan pengalaman pribadi ketika pernah berurusan dengan instansi pemerintahan, dimana ketika itu ada permasalahan dalam suatu kepengurusan, pegawai ASN yang melayani saya.
Entah apa dalam pikirannya, malah menunjukkan buku SOP manualnya kepada saya yang memang ada kaitannya dengan masalah administrasi saya, tetapi itu justru blunder baginya, karena buku SOP itu sebenarnya hanya untuk kepentingan internal instansinya, bukan untuk konsumsi eksternal.
Ibaratnya seorang dokter bedah yang sedang melakukan operasi bedah, apakah mungkin saat itu dia sempat-sempatnya membaca buku manual perbedahan, hanya karena dia lupa cara membedah pasien.