Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Generasi Alpha Suka Menyela Pembicaraan, Wajarkah?

1 Juli 2024   09:36 Diperbarui: 2 Juli 2024   09:57 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Orangtua menegur anak yang suka menyela pembiacaraan | Image by freepik


Hampir rata-rata para guru yang mengajar para peserta didik sekolah dasar beberapa tahun terakhir mengeluhkan masalah di mana para muridnya yang suka memotong atau menyela penjelasan dari gurunya. 

Di mana ketika sang guru konsentrasi menjelaskan sesuatu, tiba-tiba ada celetukan dari salah satu murid merespon secara spontan dari apa yang dijelaskan, sontak hal tersebut membuat sang guru agak kesal, karena apakah harus meresponnya atau melanjutkan penjelasannya.

Kalau zaman dulu, hampir jarang murid yang berani menyela penjelasan gurunya, jika sampai berbuat demikian, siap-siap saja penggaris kayu panjang melayang ke betis si murid yang disetrap depan kelas. Menilik zaman sekarang, guru harus pintar-pintar dalam membuat ketegasan kepada murid yang kurang tertib secara adab etika.

Sebenarnya jika kita mempelajari betul tentang perkembangan mental anak Esde zaman sekarang, mereka itu termasuk dalam generasi Alpha yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 2010 ke atas.

Ciri utama generasi Alpha adalah mulai sejak lahir mereka sudah dilimpahi arus informasi yang sangat deras dan mudah didapatkan, utamanya dari smartphone. Tak jarang kebanyakan dari mereka, semenjak kemampuan motorik mata dan tangannya sudah selaras yaitu sekitar usia 2 tahun,  rata-rata mereka sudah diberikan smartphone oleh orangtuanya.

Ilustrasi anak menyela pembicaraan mendadak (sumber: SVET)
Ilustrasi anak menyela pembicaraan mendadak (sumber: SVET)

Dampaknya, sebagian besar generasi Alpha  memiliki wawasan yang cukup banyak untuk seusia mereka. Walau mempunyai wawasan banyak, mereka tetap belum bisa mampu mengkorelasikan kesemuanya dalam suatu pemahaman utuh, akibatnya mereka tumbuh menjadi generasi yang rasa ingin tahunya sangat besar, selalu ingin bertanya, dan tentunya suka menyela pembicaraan orang dewasa, yang kiranya mereka sedikit tahu topiknya.

Inilah fakta generasi alpha yang harus kita hadapi, dimana sisi positifnya mereka adalah generasi yang rasa ingin tahunya sangat tinggi, namun di sisi lain adab mereka yang suka menyela memang harus dituntun.

Lalu jika sudah demikian, apa kiranya yang harus menjadi perhatian bagi para orang tua, berikut ulasannya.

Jadilah Ortu Pendengar Baik

Anak tidak lain adalah cerminan orang tua, bisa jadi perilaku sang anak merupakan kebiasaan sang orang tua yang bukan pendengar yang baik.
Sekalipun anak-anak masih kecil, mereka juga manusia yang ingin didengar, belajar mendengarkan apa yang hendak disampaikannya hingga ia selesai ia menjelaskannya, dengan demikian lama kelamaan dia pun akan meniru apa yang anda lakukan kepadanya.

Mendengar adalah esensi utama dalam pembelajaran, kita sebagai pendidik harus memberi contoh dalam menganalisa sesuatu diawali dengan menjadi pendengar baik, dengan memperhatikan dengan seksama baik arah bicaranya maupun sorot matanya.

Ketika menjadi orang tua kita dituntut menjadi pribadi yang tidak bisa asal bicara, karena setiap diksi maupun gaya bicara yang dituturkan sang orangtua, sedikit banyak pasti ditiru sang anak. Memang tak mudah, tapi sudah pasti semua orang tua juga tak mau bicaranya disela anaknya, bahasa Jawanya 'mangsuli'. So, be a good role model. 

Ajari Menyimak Hingga Tuntas

Ajarilah anak-anak untuk belajar menyimak sesuatu dengan tuntas, walaupun sebenarnya dia tahu apa yang akan disampaikan, karena hal tersebut adalah bentuk penghormatan kepada orang yang menyampaikan pesan tersebut.

Ajarilah kepada anak-anak bahwa setiap sesuatu yang disampaikan pihak lain, kadang belum tentu sesuai yang kita bayangkan, maka perlu mendengarkannya hingga usai.

Di kelas, kadang ada permainan tentang menyimak dengan tuntas, untuk mengajari peserta didik menjadi pendengar baik. Di mana sang guru menjelaskan sesuatu objek, lalu endingnya memberikan pertanyaan yang agak berbeda sudut pandang dengan obyeknya, tetapi masih ada keterkaitannya.

Contoh: "Bunglon adalah hewan yang mampu mengubah warna kulitnya sesuai tempat yang dilewatinya, pertanyaannya sebutkan warna-warna yang ada pada pelangi?"

Dari penjelasan dan pertanyaan tersebut, pada mulanya sang anak akan fokus pada objek 'bunglon', padahal pertanyaannya pada 'warna'. Jika permainan pertanyaan menjebak ini sering dimainkan, akan melatihnya untuk menyimak dengan baik serta kelak dewasa menjadi pribadi yang tak mudah termakan hoax atau isu yang belum tentu kebenarannya.

Fokus dan Tegas Ketika Penyampaian

Intonasi bicara memang sangat berpengaruh ketika berbicara dengan anak-anak. Jika kita bicara dengan nada santai sudah dipastikan anak jaman sekarang pasti dengan mudah menyela.

Jika memang kita ingin menyampaikan sesuatu yang penting atau memerintahkan sesuatu, maka pakailah intonasi yang fokus serta tegas.

Kita tidak berusaha galak, tetapi bagaimana intonasi yang tegas akan membuatnya fokus mendengarkan dengan baik.

Ada kalanya fun talk, yaitu pembicaraan santai penuh canda, yang dimana tak masalah saling menyela. Kita pun harus bisa mengkondisikan kapan 'fun talk' yang menyenangkan dan kapan 'deep talk' yang memerlukan kemampuan menyimak dengan baik.

Belajar Dunia Anak

Dunia anak generasi alpha zaman sekarang, memang sudah sangat-sangat berbeda dengan jaman kita sewaktu kecil, bahkan dengan jaman kakaknya yang lahir pada generasi milenial.

Jika pada generasi milenial, arus informasi walaupun juga deras, tetapi masih ada keterbatasan akses, beda hal dengan generasi alpha yang baik arus maupun aksesnya sangat mudah dijangkaunya.

Kehadiran smartphone serta akses internet yang sangat cepat, membuat mereka menjadi pribadi yang tahu banyak hal hanya dalam waktu singkat. Di sinilah peran orang tua dan pendidik untuk mendampingi putra-putrinya dalam memahami suatu informasi.

Berilah pengertian kepada mereka, bahwa membaca buku adalah metode terbaik dalam memahami suatu informasi atau pengetahuan. Kebanyakan anak-anak jaman sekarang tahu sesuatu lewat 'scroll-scroll' tik-tok, YouTube Shorts, Story dan lain-lain. Padahal platform video-video pendek tersebut kadang berbahaya bagi anak-anak, karena informasi yang diberikan tak utuh bahkan berisi konten tak senonoh.

Jika anak anda mempunyai smartphone arahkan ia untuk melihat video-video durasi panjang tentang pengetahuan umum. Jika dia terbiasa menonton video durasi pendek, maka dia akan tumbuh menjadi pribadi yang tak suka menyimak sesuatu dengan utuh. 

Namun jika dia terbiasa menonton video panjang tentang 'hewan mamalia' sebagai contoh, maka dia pun akan memahami konsep hewan mamalia dengan baik, dan kelak menjadi pribadi yang senang mendengar sesuatu  hingga tuntas.

Dalam budaya Jawa yang agak kolot, adalah sesuatu yang 'pamali', jika sang anak 'mangsuli' atau menyela pembicaraan orang tua. Semoga budaya ketimuran ini tetap terjaga baik seiring perkembangan jaman yang makin edan ini. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun