Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Antara Pogba, Doping, dan Era Sepak Bola Tolak Pemain Tua

27 Juni 2024   05:07 Diperbarui: 27 Juni 2024   06:24 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paul Pogba di Juventus ( sumber : bola.net )

Pada era 90an atau 2000an awal, kita masih bisa melihat Francesco Totti yang sudah menua tapi tetap tampil dominan di AS Roma, atau Dario Hubner di usia 35 tahun menjadi capocanieri bersama Brescia. Contoh lain mungkin Luca Toni yang masih bersinar di usia senja bersama Inter Milan, atau idola saya Alessandro Del Piero yang mendapatkan gelar piala dunia di penghujung karirnya.

Pada era itu, masih cukup banyak list daftar para pemain yang selepas usia 30 tahun tapi masih mendapat tempat di tim utama, bahkan beberapa dari mereka malah tambah moncer ketika usia senjanya. Tapi itu dulu, beda dengan atmosfer sepakbola jaman sekarang yang cenderung sudah tak memberi ruang kepada pemain di atas usia 30 tahun.

Kalaupun ada itu pun bisa dihitung dengan jari, dimana mereka pun harus fitness habis-habisan untuk saingi fisik para pemain muda. Sebut saja paling kita mengenal Ronaldo, Messi atau Zlatan yang masih bisa eksis di usia atas 30 tahun, selebihnya sudah 'expired'.

Hal tersebut disebabkan oleh faktor gaya sepakbola 2 dekade terakhir yang benar-benar mengandalkan kecepatan dan transisi super cepat. Sudah tidak diperlukan lagi playmaker seperti Totti, atau Libero seperti Lothar Matthaeus dan Regista berskill tinggi seperti Andrea Pirlo.

Skill dominan pemain jaman sekarang itu cuma 2  yaitu kecepatan dan ketepatan passing, selebihnya ‘manut’ instruksi pelatih untuk maju atau mundur dan pressing. Maka dengan gaya permainan tersebut, praktis hanya dominan pemain muda yang bisa menempati posisi utama dalam skuad, bahkan ada pelatih klub ternama yang inginkan timnya dominan diisi pemain di bawah 24 tahun.

Kita tidak bisa melihat lagi Zidane dengan elegan mengatur lini tengah Prancis atau Rivelino bermain keeping ball santai menari-nari ala jogo bonito, praktisnya sepakbola saat ini sudah kehabisan stok fantasista.

Gaya sepakbola sekarang yang cenderung cepat dan andalkan transisi secepat kilat, itu lebih karena tuntutan industri sepakbola yang inginkan prestasi instan.

Sekarang kita lihat saja, apa sih bedanya Arsenal, City, United, Juventus, Milan, Madrid, Barcelona dan klub-klub besar lainnya, semuanya hampir sama gaya mainnya, kalaupun ada bedanya itu hanya detail-detail kecil. Semuanya dituntut bermain seefesien mungkin, pressing seketatnya.

Sebaliknya sebagai antitesis untuk tim medioker atau gurem, mereka memilih low defense, lalu counter attack secepatnya.

Sebagai penikmat sepakbola, saya mengamati perubahan drastis gaya sepakbola jaman sekarang itu dipengaruhi ketika mulai maraknya investasi besar-besaran para pangeran Arab dan bos-bos Asia yang menanamkan sahamnya di klub-klub besar Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun