Ada murid yang saya beri sematan gelar pada rapornya yaitu "Sang Penyair", dikarenakan dia memiliki kemampuan linguistik yang sangat baik. Ada pula yang bergelar "Sang Penjelajah", karena si anak memiliki kemampuan kinestetik alias tidak bisa diam serta suka mencari serangga di sekitaran sekolah, dan itu saya tuangkan semua dalam laporan perkembangan pembelajaran.
Sebagaimana wejangan dari Ki Hajar Dewantara, dimana seorang guru bukan hanya sekadar mengajarkan pelajaran kepada para muridnya, tetapi justru harus mampu menggali potensi peserta didik yang kiranya dapat dikembangkan pada masa depannya.Â
Pendidikan bukanlah sekedar pengajaran ilmu, tetapi bagaimana mencetak pribadi-pribadi unik serta percaya diri dengan kemampuannya masing-masing.
Kontempolasi Orangtua
Bahasa rapor yang saya gunakan cenderung lebih kepada bagaimana dan apa yang harus dilakukan sang orangtua wali murid kepada anaknya untuk menjadi lebih baik.Â
Hal tersebut dikarenakan maju mundurnya perkembangan pembelajaran seorang peserta didik bukanlah semata-mata hanya pada gurunya saja, tetapi justru ada pada orangtuanya yang memiliki andil paling besar.
Masih banyak orangtuanya menjadikan sekolah seperti "tempat penitipan anak" selagi dia sedang berkerja, apalagi jika sekolahnya adalah berstatus swasta fullday serta tidak ada PR, saya yakin kebanyakan orangtua sangat jarang mendampingi anak untuk belajar di rumah.Â
Belum lagi juga banyak orangtua yang tak mau ambil pusing dengan memberikan tambahan les atau kursus kepada anaknya, sah-sah saja, namun bagaimanapun orangtua yang bijak tetap harus memberikan waktu kepada anaknya untuk pendampingan belajar, entah itu sekadar menanyakan perkembangan pelajaran yang ia sukai atau mengecek buku-buku harian sekolahnya, saya yakin jika itu dilakukan dampaknya sangat besar bagi prestasi pembelajarannya, sekalipun peserta didik sudah menginjak SMA.
Maka dari itu, rapor bukan sekadar semata-mata hasil "kerja" dari seorang guru, tetapi juga harus mencantumkan apa-apa saja yang harus menjadi perhatian bagi orangtua wali murid dalam meningkatkan pembelajaran anaknya.
Produk Utama Pendidikan
Pernah suatu kali, saya melihat hasil rapor pendidikan dari anak tetangga saya di SD negeri yang di mana hanya secarik kertas berisi tabel angka-angka saja, memang itu hasil penerimaan rapor mid semester, tetapi sungguh miris jika orangtua wali murid hanya menerima rapor anaknya hanya berisi tabel nilai-nilai saja tanpa makna apa-apa.Â
Walau hanya rapor mid semester, seharusnya Dinas Pendidikan memberikan acuan kepada satuan kependidikan Sekolah Dasar, untuk tetap memberikan rapor yang ada kolom deskripsi pada penerimaan hasil pembelajaran tengah semester, bukan hanya nilai saja.
Intinya rapor pendidikan adalah produk utama dari layanan kependidikan, maka penyusunannya haruslah sebaik mungkin dan benar-benar dapat digunakan bagi orangtua wali murid dalam mengembangkan peserta didik untuk lebih baik, maka dari itu instrumen rapor pendidikan haruslah sangat komplet menjelaskan apa adanya kondisi peserta didik secara komprehensif.