Maka dari itu jelas bahwa rapor pendidikan adalah sesuatu bentuk assesmen yang krusial dalam suatu perjalanan pembelajaran bagi peserta didik. Di zaman sekarang, terkadang "greget" menegangkan ketika penerimaan rapor sudah agak hilang, dikarenakan sudah tidak diberlakukan lagi sistem ranking di kelas, serta tidak diberlakukan lagi sistem tinggal kelas.Â
Hal tersebut sebenarnya ada benarnya juga, sebagai bentuk egaliter dalam pendidikan, namun faktanya terkadang hal tersebut membuat para orangtua wali murid dan peserta didik tampak santai-santai saja menjelang penerimaan rapor, banyak yang tidak serius tingkatkan belajar jelang ujian atau tak menganggap penting nilai-nilai pada rapor.
Maka dari itu perlu ada usaha keras dari tenaga pendidik untuk meyakinkan kepada para orangtua wali murid dan peserta didik bahwa penerimaan rapor bukanlah hasil akhir pendidikan, tetapi suatu catatan apa yang harus dilakukan kedepannya.Â
Lalu, hal-hal apa saja yang menjadi perhatian kita agar rapor dapat menjadi jembatan bagi peserta didik berkembang di masa depan, berikut ulasannya.
Proses mencari Potensi Akademik
Saya termasuk guru yang cukup lama menyusun rapor ketimbang guru-guru lain di sekolah kami, kalau guru yang lainnya memakai aplikasi dari dinas, di mana tinggal memasukkan angka dan variabel penilaian.Â
Maka saya inisiatif membuat sendiri secara manual, tetapi tetap mengacu standar kolom rapor dari dinas, namun untuk kolom deskripsi saya isi dengan manual tidak manut "rumus" dari aplikasi, karena jujur kalimat deskripsi yang disediakan dari aplikasi, cenderung membosankan untuk dibaca, sehingga wajar pembuatan rapornya lumayan menguras waktu.
Hal tersebut saya lakukan karena saya mencoba memposisikan diri sebagai orangtua wali murid jika sedang membaca rapor pendidikan anaknya. Jika kalimatnya hanya "ananda baik dalam memahami tentang energi terbarukan", apa makna yang tersirat? Sangat membosankan.Â
Maka dari itu, saya ubah beberapa kalimat deskriptif menjadi lebih menarik untuk dibaca, yang bertujuan untuk fokus dalam pencarian potensi akademik dari peserta didik.
Ketika penerimaan rapor, seorang guru harus mampu menjelaskan kepada orangtua wali murid tentang potensi-potensi mata pelajaran yang benar-benar dikuasai peserta didik, dan hal tersebut harus tampak pada kolom deskripsi rapor, jika perlu diberi warna highlight agar sang orangtua benar-benar aware tentang mapel mana saja yang memang menjadi potensi bagi anaknya.
Pencarian Keunikan Jatidiri
Terinspirasi dari buku Sekolahnya Manusia dari pakar pendidikan almarhum Munif Chatib, setiap penerimaan rapor saya selalu mencantumkan gelar unik serta penyematan tentang jenis kemampuan khusus dari setiap peserta didik. Hampir semua orangtua wali murid sangat senang dan terinspirasi dengan hal ini, karena menjadi tahu tentang potensi unik pada anaknya.