Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bicara Green Jobs, Tukang Rongsokan Udah Jalan Duluan

9 Juni 2024   16:37 Diperbarui: 9 Juni 2024   19:29 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pick Up Tukang Rongsokan (sumber: Liputan 6 )

Sayangnya, para pelaku bisnis barang rongsokan tidak terdata secara komprehensif hingga kini, ketika saya kulik-kulik datanya di google dan laman Kementrian Lingkungan Hidup, tidak data statistik yang pasti tentang jumlah pelakunya serta perputaran uangnya. Kalaupun ada, cuma ada data Bank Sampah yang dikelola secara swadaya masyarakat sebanyak 25 ribu di seluruh Indonesia, tidak ada data empiris tentang bisnis barang rongsokan yang dikelola secara bisnis murni.

Banyak artikel yang menceritakan tentang banyaknya pengusaha barang rongsokan yang sukses hingga beromset milyaran, saya pun mempunyai tetangga di kampung, yang punya bisnis rongsokan rumahan, dimana ia mampu menyekolahkan keempat anaknya hingga Universitas serta berkehidupan layak. Hal tersebut bisa menggambarkan, jika Green Jobs benar-benar dijalankan secara sungguh-sungguh, maka bisa saja bernilai ekonomi yang sangat tinggi.

Sayangnya, dari Kementerian Lingkungan Hidup dan dinas terkait kurang mengoptimalkan para pelaku bisnis yang menjadi pioneer Green Jobs. Memang ada Kalpataru atau penghargaan di bidang lingkungan hidup yang dinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup atau instansi lainnya. Namun upaya yang dilakukan haruslah tidak hanya sekedar seremonial memberikan penghargaan suka cita saja.

Perlu ada pendataan serius tentang jumlah pelaku usaha, perputaran uangnya, hambatan bisnis hingga pendampingan bagi para pelaku bisnis Green Jobs pemula. Hal ini teramat penting, agar pola Green Jobs bisa direkam dan dikembangkan melalui data-data empiris tersebut.

Pelibatan Sekolah dan Akademisi

Dalam penyusunan data empiris tersebut, libatkanlah sekolah-sekolah berbasis Alam dan kampus-kampus Universitas yang memiliki minat besar terhadap isu kampanye hijau.  Untuk sekolah, para peserta didik mulai ditanamkan tentang kesadaran tentang kelestarian lingkungan, sehingga kelak mereka dewasa, bahwa mencari uang juga bisa berusaha pada bidang Green Jobs.

Pihak akademisi memiliki peran yang sangat vital dalam menyusun kerangka besar tentang Green Jobs itu sendiri. Para mahasiswa terjun ke lapangan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam riset Green Jobs yang bisa dikembangkan.

Hasil jurnal penelitian tersebut akan menjadi dasar blue print dalam pengembangan Green Jobs baik yang sudah ada, maupun inovasi yang bisa dilakukan di masa depan.

Kampanye Green Jobs

Jika blue print Green Jobs sudah berhasil dipublikasikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup berkerjasama dengan pihak akademisi, maka langkah selanjutnya adalah upaya mengkampanyekan Green Jobs kepada masyarakat secara massif.

KKN Mahasiswa bisa saja mengambil beberapa tematik Green Jobs yang bisa dikembangkan pada suatu daerah. Tematik Green Jobs haruslah memiliki supply chain yang saling terkoneksi, sehingga bisa membentuk suatu lini bisnis industri yang bisa menyerap tenaga kerja yang banyak serta bernilai tinggi, seperti industri barang rongsokan yang sudah jadi.

Bisnis green jobs seperti pupuk kompos sampah rumah tangga, bank sampah swadaya hingga green social media influencer adalah tematik-tematik yang kiranya bisa dikembangkan serta dikampanyekan secara serius oleh dinas terkait, agar lini bisnis ini terlihat seksi dan bisa dilirik banyak orang.

Merancang Green Jobs Masa Depan

Kedepannya bisa saja suatu saat ada dinas 'green jobs' yang dibawah binaan Kementrian Lingkungan Hidup serta berkerjasama dengan dinas terkait yang memiliki visi dalam pelestarian lingkungan. Sehingga isu Green Jobs sudah bukan lagi cerita dongeng semata, tetapi memang sudah menjadi sektor industri menjanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun