Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak-Anak Joget Dangdut Koplo, Wajarkah?

29 Mei 2024   05:04 Diperbarui: 29 Mei 2024   05:44 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak Joget Koplo Viral (sumber: KUYOU.ID)

Dalam hati yang terdalam sebagai pendidik merasa sangat prihatin ketika melihat penyanyi cilik berbakat Farrel Prayoga tampil menyanyikan lagu dangdut koplo "Ojo Dibandingke" di hadapan Presiden dan tamu kehormatan pada acara upacara 17 Agustus tahun 2022. Hal yang membuat saya prihatin adalah lagu yang dinyanyikan adalah berkategori asmara dewasa, plus tampak para tamu pejabat berjoget koplo bersama Farrel, gayung bersambut Pak Presiden dan ibu negara terlihat juga hanyut dalam suasana.

Hal itu hanya pendapat pribadi saya saja, mungkin sebagian dari pembaca masih menganggap maklum hal tersebut, tetapi saya sebagai pendidik jujur merasa seperti harus putar otak bagaimana caranya mendidik anak-anak Indonesia sesuai kodrat usianya. Kenapa lagu yang dipilih harus lagu dewasa, apa stok lagu anak-anak Indonesia terbaru tidak ada, lalu juga kenapa acara sekhidmat seperti itu harus berjoget-joget tak pantas di hadapan tamu negara bahkan di depan anak-anak, mohon maaf saya tidak paham jalan pikir dari panitia penyelenggara upacara negara tersebut.

Saya tidak anti musik dangdut koplo, malah menyukainya, namun secara umum dari sisi lirik dan iramanya saya nilai masih kurang pantas diperkenalkan untuk anak-anak SD dan SMP, sekali lagi ini hanya pendapat pribadi saya saja.

Saya menilai Indonesia sedang mengalami krisis lingkungan yang 'bersahabat' dengan anak, mulai dari acara televisi yang jarang menampilkan tentang pendidikan, jarang ada lagu kategori anak-anak yang viral hingga games-games yang didominasi berkategori rating dewasa bersliweran di smartphone mereka.

Sebenarnya banyak pihak yang berusaha terus memproduksi dan mempromosikan lagu anak-anak lewat sosial media seperti Youtube. Pada tahun lalu, saya berkolaborasi bersama murid dan anak saya berhasil menjuarai lomba cipta lagu anak yang diadakan oleh Mentari Group, silahkan para pembaca sekalian bisa melihat video lagu anak cipta anak ciptaan saya tersebut melalui link di bawah ini.



Tidak hanya Mentari Group, namun juga banyak lembaga-lembaga lainnya yang bergerak dalam memajukan anak Indonesia dengan mempromosikan lagu anak-anak terbaru, namun apa yang terjadi ? Jarang ada yang viral di masyarakat, malah justru yang dihapal anak-anak, utamanya di Jawa Tengah adalah lagu dangdut koplo seperti "Rungkad", "Ojo Dibandingke" dan lain-lain. Hal tersebut tentunya seolah menafikkan perjuangan para penggerak lagu anak-anak yang berusaha keras mempromosikannya.

Bahkan pernah suatu kali, saya pernah melewati sebuah sekolah dasar dimana sepertinya sekolahnya dalam suasana class meeting,  karena tampak para peserta didik bermain di luar kelas, namun yang membuat saya geleng-geleng adalah tampak terdengar nyaring lagu dangdut koplo, "Rungkad" dari speaker sekolah tersebut, dan terlihat beberapa murid berjoget ria karena mendengar lagu tersebut. Saya tidak mengerti kenapa bukan lagu ciptaan Bu Kasur atau pak AT Mahmud yang seharusnya diperdengarkan.

Disclaimer artikel ini bukan bermaksud untuk menyerang para penggemar musik dangdut koplo, namun saya sebagai orang yang sedikit paham musik, menilai dari segi lirik kebanyakan musik dangdut koplo lebih cenderung ke tema perselingkuhan asmara dewasa dengan pilihan diksi yang vulgar walau berbahasa daerah, sehingga agak kurang layak diperdengarkan anak-anak. 

Kemudian lirik lagu dangdut campursari koplo  sering memakai tingkatan bahasa ngoko dalam kaedah bahasa Jawa, sehingga kurang baik untuk pembelajaran bahasa daerah untuk anak-anak, karena tingkatan 'ngoko' biasanya untuk pergaulan pasar atau cenderung kasar dalam kaidah bahasa Jawa. 

Sebagai contoh, ada beberapa murid yang bicara kepada gurunya dengan kata "kowe", dalam kultur bahasa Mataraman Surakarta-Yogyakarta, itu sudah sangat kasar.

Itu baru dari segi lirik, belum lagi dari segi irama ketukan yang kadang membuat goyangan sedikit erotis, menjadikan agak kurang layak jika diperagakan oleh anak-anak. Sudah cukup banyak video-video yang demikian bersliweran di sosial media seperti Tik Tok, Youtube Shorts dan lainnya. Sekali lagi ini hanya pendapat pribadi dari seorang pendidik yang prihatin melihat kondisi demikian.

Lalu apa saja yang harus menjadi perhatian bagi kita bersama dalam melihat fenomena dimana anak-anak yang justru menggemari musik dangdut koplo sambil bergoyang ketimbang mendengarkan musik kategori anak-anak yang mendidik, berikut ulasannya.

Evaluasi Lirik Lagu Dewasa

Sebagai orangtua dan pendidik kita harus sangat selektif dalam memperdengarkan jenis-jenis nomor lagu kepada anak-anak. Utamanya lihatlah lirik lagunya, anak boleh saja mendengar lagu-lagu kategori dewasa seperti lagu bertema perjuangan, semangat kehidupan, reliji atau syair pujian. Namun, hindarilah anak-anak mendengar lagu bertema percintaan asmara yang berlebihan, perselingkuhan, atau mengandung hal erotis.

Hal ini menjadi sangat penting, karena anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, maka akan menjadi kekhawatiran bagi kita, jika mereka mendengar lirik-lirik yang kurang patut didendangkan oleh anak seusia mereka. Jangan pernah sepelekan hal ini, karena fase anak-anak adalah fase pertumbuhan, pada masa itu ia harus merekam hal-hal positif di sekitarannya, seperti lagu-lagu yang mendukung fase pertumbuhannya, yaitu lagu kategori anak-anak.

Kepatutan Berjoged

Ketukan dalam musik sudah pasti bisa tanpa sadar menggerakkan ritmik pada anggota tubuh kita, namun tidak semua ritmik irama musik layak didengar oleh anak. Musik anak-anak biasanya bertempo dan riang sehingga bisa menimbulkan gerakan natural anak-anak seperti tepuk tangan serta kaki yang bergerak ke kanan dan kiri.

Namun jika musik ritmik tersebut terlalu mengekspos goyangan pinggul seperti goyang ngebor ala Inul Daratista atau goyang-goyang viral lainnya, saya secara pribadi tidak patut ditonton dan ditiru anak-anak, sekali lagi itu kembali ke pendapat masing-masing. Lalu bagaimana dengan tari daerah atau dance tari baru, saya rasa tidak masalah, selama tidak mengekspos goyang pinggul erotis, anak-anak bisa menarikan tarian daerah atau dance modern mengikuti alunan musik.

Jangan Egois

Terkadang kita orang dewasa terlalu egois memperdengarkan lagu dewasa kesukaan kita kepada anak-anak, entah itu di rumah atau dalam perjalanan mobil. Kasuistik jika lagu dangdut koplo dimainkan saat acara resepsi pernikahan, hal tersebut tak bisa dihindari. Namun akan sangat egois jika kita sebagai pribadi dewasa menyetel lagu-lagu yang sangat dewasa setiap hari yang langsung terakses ke telinga mereka, lalu hal tersebut dianggap biasa.

Saya sebagai guru musik di sekolah, agak prihatin ketika  anak-anak banyak yang kurang hapal lagu-lagu dari Bu Kasur , AT Mahmud atau lagu-lagu anak-anak terbaru. Lagu "Guruku Tersayang" ciptaan Melly Goeslaw saja tidak semua anak hapal liriknya, sudah pasti wajar, karena orang tuanya tidak menyetelnya tiap hari. Saya ingat orang tua tahun 90an, kalau sewaktu sore, jika  sang anak sehabis mandi dan mukanya dipenuhi bedak, pasti tape-nya disetel kaset-kaset lagu anak seperti nomor-nomor dari Joshua atauTrio Kwek-Kwek, sungguh indah dan 'anak-anak' banget masa itu.

Lagu Anak-Anak Adalah Yang Terbaik

Bagaimanapun lagu terbaik yang layak bagi anak dengarkan dan mainkan adalah lagu kategori anak-anak itu sendiri. Genre lagu anak selalu berubah tiap masanya, di era sebelum 90an, alunan musiknya cenderung mendayu-dayu, sementara di tahun 90an cenderung pop new-wave, sementara di era sekarang agak variatif, namun apapun genrenya beatnya memang didesain untuk perkenalan musik bagi anak-anak.

Belum lagi lirik lagu anak sangat sarat akan nilai-nilai pendidikan dan moral yang sangat mendukung tumbuh kembangnya. Lirik lagu anak yang cenderung deskriptif menggambarkan lingkungan sekitar, sangat mendukung daya kognitifnya memahami sekitarnya. 

Lagu seperti "Desaku", "Menanam Jagung" atau "Pamanku Datang", memiliki kekuatan lirik deskriptif yang menimbulkan imajinasi kognitif dalam alam bawah sadar anak, dan hal tersebut sangatlah mendukung pertumbuhan anak-anak utamanya pada kelas PAUD dan Sekolah Dasar.

Semua itu kembali ke orang tua masing-masing, karena musik yang diperdengarkan kepada anak di rumah adalah ranah pribadi masing-masing, namun kita tentunya ingin anak-anak kita tumbuh dengan wajar sesuai fitrahnya sebagai 'anak-anak', maka dari itu berikanlah hak kepada mereka sebuah masa kecil yang benar 'anak-anak'. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun