Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah KKN-nya Siswa Stovia di Jaman Hindia Belanda

25 Mei 2024   11:29 Diperbarui: 25 Mei 2024   11:37 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Interaksi Siswa Stovia dan Masyarakat Sekitar (sumber: senibudayabetawi.com)

Pada awal abad 20, Hindia Belanda dilanda wabah pes yang mematikan di berbagai daerah, penyakit itu belum begitu dikenal di pulau Jawa pada jaman itu. Daerah yang paling parah terkena wabah Pes adalah sekitaran kota Malang, diceritakan Wirasmo, banyak siswa dari kelas yang paling tertinggi diterjunkan untuk membantu para dokter di sana memberantas wabah Pes.

Di daerah yang terkena wabah Pes, para siswa mendirikan tenda-tenda darurat bersama para kesatuan militer. Mereka membantu perawatan para pasien-pasien wabah pes di tenda-tenda steril serta juga melakukan vaksinasi bagi masyarakat yang belum terpapar Pes.

Selain melakukan perawatan dan vaksinasi Pes, para siswa juga memperbaiki sanitasi dan keadaan rumah warga yang dinilai cukup buruk kebersihannya, dikarenakan sanitasi dan lingkungan yang kurang higienis diasumsikan menjadi penyebab utama wabah Pes dapat tersebar dengan cepat. Kelak dengan kerapnya para pemuda priyayi lulusan Stovia ini berinteraksi dengan rakyat kecil melalui kegiatan pengabdian masyarakat seperti vaksinasi, pengobatan gratis dan perbaikan sanitasi lingkungan, akan menimbulkan benih rasa cinta tanah air, karena melihat ketimpangan kesenjangan sosial di hadapan matanya, hingga akhirnya melakukan pergerakan nasional di pertengahan abad 20.

Membantu Mantri Cacar

Asal muasal didirikannya Sekolah Dokter Jawa di berbagai daerah adalah untuk menekan penyakit cacar yang tidak kunjung berhasil diberantas di Hindia Belanda sekitar akhir abad 19. Karena masih terbatasnya tenaga kesehatan akhir abad 19, maka yang turun ke lapangan adalah mantri cacar yang diberikan pelatihan singkat.

Namun keberadaan mantri cacar dan lulusan dokter Jawa dirasakan masih kurang kontribusinya, karena mereka sifatnya hanya sekedar mengobati dan hanya fokus pada penyakit cacar. Maka secara rutin para siswa Stovia pun membantu para mantri cacar dan dokter Jawa di daerah, ketika ada jadwal pengobatan penyakit cacar di daerah-daerah. Vaksinasi cacar yang dibantu oleh siswa Stovia bisa dikatakan sangat berhasil di jaman itu, benar-benar menekan jumlah penyakit cacar yang sebelumnya sangat sulit diberantas.

Pada jadwal pengobatan cacar tersebut, para siswa Stovia terpelajar tersebut pun juga membantu pengobatan penyakit umum lainnya seperti sakit perut dan infeksi. Selain itu juga melakukan sosialisasi gaya hidup bersih dan higienis kepada masyarakat pribumi agar terhindar dari wabah penyakit.

Benih Pergerakan Nasional

Kegiatan KKN para siswa Stovia pada jaman Kolonial memang sangat luar biasa, bisa dikatakan mungkin mereka adalah pioneer KKN di Indonesia, dimana mereka benar-benar terjun ke daerah pusat wabah penyakit. Saya katakan luar biasa, karena memang studi kedokteran di jaman itu memang hal yang 'Tersier', orang tua mereka mengeluarkan biaya tak sedikit, namun para siswa Stovia tetap memiliki jiwa 'egaliter' membantu bangsanya lewat kegiatan pengabdian masyarakat, dan mungkin saja kegiatan KKN Siswa Stovia di daerah-daerah, memunculkan benih-benih jiwa nasionalisme pada diri mereka untuk memperbaiki nasib bangsa mereka yang tertindas oleh Kolonialisme. 

Tokoh-tokoh seperti Dr Soetomo, Dr Wahidin Soedirohusodo, Dr Tjipto Mangunkusumo dan masih banyak lainnya, adalah para lulusan Stovia yang terlibat langsung dalam pergerakan nasional bangsa Indonesia. Mereka pun berujar bahwa ketika para siswa Stovia sering melakukan kegiatan pengabdian masyarakat, kebanyakan dari mereka kaget dengan kenyataan bangsanya yang tertindas dengan penjajahan, dikarenakan selama ini para pemuda priyayi tersebut merasa nyaman dengan status kebangsawanannya, sehingga lambat laun memunculkan jiwa sosial mereka yang tinggi hingga akhirnya mencetuskan pergerakan untuk memerdekakan bangsanya.

Kegiatan KKN Siswa Stovia bukanlah sekedar KKN biasa, tetapi menjadi perubahan dinamika sosial pada bangsa Indonesia, membuka mata para kaum terpelajar pada masa itu untuk merubah nasib bangsanya menjadi lebih baik. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun