Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Bagaimana Cara Menjadi Supporter Timnas yang Keren? Yuk Simak!

12 Mei 2024   05:07 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:30 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supporter Timnas Kreatif di Qatar ( sumber : Realita Rakyat )

Ada banyak cerita dari perjalanan akhir timnas Indonesia U 23 kemarin, dimana kekalahan dari Guinea U 23 pada babak playoff Olimpiade Paris 2024, mengakhiri kisah 'Cinderella' Garuda Muda yang mampu melangkah jauh melebihi ekspetasi para pendukungnya dalam perhelatan piala Asia AFC U23 2024. Salah satu hal yang menjadi catatan kurang menarik cerita tersebut adalah ketika timnas U 23 mulai mengalami kekalahan beruntun 3 kali berturut-turut, mulai bermunculan para fans timnas yang kerap menghujat kinerja para pemain timnas dengan kata-kata tak pantas di sosial media.

Seumur-umur saya menonton timnas dari era 90an, baru kali ini ada supporter berani menghujat para pemain timnas dengan kata-kata tak pantas di area ranah publik, hanya karena kalah dalam pertandingan. Bukankah mereka sudah berjuang maksimal, apalagi pada pertandingan terakhir melawan Guinea U 23, kita melihat 3 pemain kita sampai cedera parah, dan yang paling parah adalah Witan Sulaeman, dimana kepalanya hingga sobek dan dijahit, walau kondisinya seperti itu, dia terus melanjutkan pertandingan, yang bikin geleng kepala, kok masih ada yang tetap menganggap para pemain Garuda Muda tidak main serius.

Terkadang saya ngobrol di angkringan atau warung kopi pun, teramat jarang para bapak-bapak penggemar timnas sampai memaki-maki para pemain timnas jika mengalami kekalahan. Kalaupun ada kritik, biasanya pun para bapak-bapak tersebut fokus pada strategi sang pelatih yang tidak efektif, sama sekali tidak mengkritik satu per satu pemain secara berlebihan. Namun, kenapa di jaman sekarang, jamannya kejayaan sosial media, muncul para penggemar timnas 'FOMO' yang dengan sok tahunya menghujat para pemain timnas dengan kata-kata tak pantas, ketika mengalami kekalahan.

Jika kita melihat para pundit dan komentator profesional di layar kaca pun, jarang ada sampai menghujat pemain, bahkan mengkritik pedas pun jarang kita dengar. Mereka biasanya mengkritik pemain pun biasanya dibarengi dengan data statistik. Contoh pundit kesukaan saya adalah Bung Kusnaeni yang jika mengkritik pemain selalu dengan data informasi yang detail. Contoh kalimat dari beliau adalah "Kita melihat Bambang  kurang efektif dalam mendukung lini tengah, terlihat dari 10 passing yang ia berikan, hanya 4 umpan yang berhasil diterima rekannya". Itulah baru contoh kritik yang benar kepada pemain, dimana harus disertai dengan data yang akurat, bukan sekedar emosional semata.

Lalu bagaimanakah seharusnya sikap supporter timnas yang keren dan bermartabat, berikut ada 4 hal yang harus menjadi panduan bagi para pendukung kesebelasan nasional kita, agar benar-benar garuda melebur ke dalam dada kita.

Ucapkan Selamat Saat Menang, Beri Semangat Saat Kalah

Kata "Supporter" berasal dari kata dasar "support" yang artinya "mendukung, berarti tugas utama dari supporter adalah mendukung dari apa yang didukung. Dalam hal ini, supporter timnas berarti adalah barisan pendukung yang mendukung kiprah tim nasional baik saat menang, maupun saat kalah.

Supporter adalah bukan komentator, bukan analis murni, apalagi jajaran pelatih, jadi tugas utama supporter justru bukan untuk mengkritik, atau menganalisis terlalu jauh bahkan sampai sok mengatur strategi tim kesayangannya di ranah publik, utamanya di sosial media. Jika hanya obrolan santai di warung kopi, mungkin tak masalah, tetapi jika mengkritik para pemain timnas hingga ke ranah sosial media, haruslah hati-hati, karena bisa saja pemain yang dimaksud bisa sakit hati.

Boleh saja kita mengkritik kinerja timnas dan pemainnya dengan menulis artikel, seperti kolom Bola di Kompasiana, namun namanya artikel tentunya harus dibarengi bahasan yang komprehensif didukung data statisik. Hampir sebagian besar penulis aktif kolom Olahraga di Kompasiana adalah analis yang tajam dan komprehensif, tidak asal kritik, namun memberikan analisa mendalam.

Intinya tugas utama supporter itu hanya dua saja, yaitu mengucapkan selamat jika timnas berhasil memenangkan pertandingan, agar para pemain timnas merasa dihargai perjuangannya dan memberikan semangat dukungan moril kepada para punggawa timnas saat mengalami kekalahan, sehingga para pemain timnas dapat bangkit lagi semangatnya untuk fokus pada pertandingan selanjutnya, sudah itu saja.

Bedakan Kritik Membangun dan Menghujat

Terdapat perbedaan mendasar antara kritik dan menghujat, dan banyak sekali pendukung timnas kategori FOMO yang belum bisa membedakan antara kritik membangan dan hujatan, akibatnya ketika timnas menang, banyak netizen FOMO memuji timnas setinggi langit, namun ketika kalah, satu per satu pemain dihujat dengan kata-kata yang tak layak.

Di berbagai sosial media, ada beberapa contoh hujatan-hujatan yang tak layak disampaikan di ranah publik, seperti "pemain egois, ga layak di timnas, mending maen tarkam sono", "pemain kocak lu, ngoper kagak jelas", itu hanya beberapa contoh saja, bahkan ada yang lebih parah dimana makian kata kasar pun banyak ditujukan kepada para pemain timnas. Kadang saya merenung, apakah ini karakter asli orang Nusantara yang katanya menjunjung tinggi adab ketimuran.

Sudah jelas itu bukanlah kritik yang membangun, membuat framing kepada pemain timnas dengan sebutan sifat tertentu bukanlah jenis analisa kritik dalam dunia sepakbola. Biasanya para komentator bola profesional dalam mengkritik kinerja pemain cenderung dengan kata-kata teknis, ketimbang kata sifat, contoh "kurang efektif", "terlalu melebar", "faktor kelelahan", "kurang konsentrasi" dan lainnya dimana kata-kata tersebut terasa lebih sopan ketimbang menggunakan kata sifat seperti "egois", "pemalas", "goblok" dan lainnya.

Performa Pemain Tak Selalu Bagus

Bagi penikmat bola sejati, sudah sangat memahami bahwa pemain sepakbola tidak mungkin dalam kondisi prima dalam setiap pertandingan. Sehingga kita pun paham bahwa performa pemain pasti naik turun dalam setiap pertandingannya.

Namun saat ini, banyak penggemar timnas dadakan yang tidak memahami hal tersebut, sehingga ketika sang pemain bermain kurang apik, dihujat habis-habisan, seolah lupa pada pertandingan sebelumnya sang pemain bermain sangat baik.

Kasus yang terkini terjadi pada Marselino Ferdinand, dimana pada pertandingan saat melawan Australia, Yordania dan Korea Selatan, dia bermain sangat brilian. Namun ketika kalah melawan Uzbekistan, Iraq dan Guinea, Marselino dihujat habis-habisan oleh supporter dadakan ini, yang kerap dihujat sebagai pemain egois. Padahal statistik pada ketiga pertandingan terakhir tersebut, nilai passing dan challenge dari Marselino termasuk tertinggi ketimbang rekan-rekannya. Hanya kesalahan-kesalahan kecil dari Marselino, diungkit dan dihujat oleh netizen tak bertanggung jawab, padahal mereka tak sadar pasti melukai perasaan sang pemain yang sedang berkembang permainannya di timnas.

Sepakbola Tak Lebih Dari Sekedar Permainan

Hal inilah yang sering kita lupakan, bahwa sepakbola tak lebih dari sekedar senda gurau belaka seperti kata pak Ustad. Ini cuma permainan saja, ada menang dan ada yang kalah, itu adalah hal yang biasa. Menonton sepakbola kata coach Justin adalah bagian dari entertainment, jadi harus dinikmati sewajarnya saja, jangan sampai baper dimasukkan ke dalam hati, jika tim kesayangan harus kalah.

Saya sendiri adalah fans berat Juventus dari tahun 1994, dari jamannya Gianluca Vialli, sempat bahagia di tahun 1996 juara Champions, namun tetap bangga dengan Juve di tahun 97', 98' gagal terus di final Champions, sempat redup di awal 2000an, bangkit lagi di 2010 ke atas, hingga sekarang sudah lama tak juara Serie A pun tetap setia dan selalu mengucapkan "Finno alla Fine" di laman sosmed Juventus pada setiap pertandingannya, yang artinya "tetap berjuang hingga akhir", itulah fans sejati, tak masalah kalah atau menang, yang penting konsisten mendukung.

Kepada para pendukung timnas yang kerap menghujat para pemain timnas kita, mulai sadarlah bahwa dunia sepakbola tidaklah semudah itu untuk dijalani oleh para pemain timnas, mereka harus latihan super berat di usia muda, gizi makanan diatur, terpisah dari keluarga, kemudian di usia 30an gaji mulai sedikit, tidak ada pesangon. Dengan kondisi seperti itu, apakah layak para pemain timnas yang berjuang demi negaranya dihujat seolah mereka harus dituntut selalu sempurna setiap langkahnya.

Marilah kita menjadi supporter sejati timnas yang bermartabat dan menjunjung tinggi adab etika sopan santun dalam mendukung para punggawa garuda. Jadikan garuda di dadamu benar-benar bisa meneriakkan lantang kepada Timnas untuk selalu berjuang hingga penghabisan. Semoga Bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun