Sadar atau tidak, sistem pendidikan saat ini sebenarnya masih jauh dari cita-cita Tagore dan Ki Hajar Dewantara, bahkan tak ubahnya sama persis dengan pendidikan jaman penjajahan, dimana peserta didik masih sebagai obyek, bukan sebagai subjek yang dapat tumbuh kembang sendirinya.
Lalu apa saja hal-hal dasar dalam pendidikan yang dikembangkan Tagore dan Ki Hajar Dewantara, berikut 4 hal yang ditekankan oleh kedua Begawan pendidikan ini.
Peningkatan Kompetensi dan Menghargai Profesi Guru
"seorang guru tidak akan pernah bisa benar-benar mengajar kecuali dia sendiri masih belajar; sebuah lampu tidak akan menyalakan lampu lain kecuali ia terus menyala dengan apinya sendiri" (Rabindranath Tagore)
"Guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa." (Ki Hajar Dewantara)
Keduanya sama-sama menitikberatkan betapa pentingnya kualitas guru dan menghargai profesi guru dalam suatu pendidikan bangsa. Ki Hajar Dewantara mencetuskan istilah bahwa  guru adalah sosok yang benar-benar tulus dalam memberikan pengajaran, sehingga guru menjadi bukan sekedar profesi, tetapi justru panggilan hati. Terkadang terenyuh hati ini, jika ada yang berkata," gaji guru kecil, cari kerjaan lain saja, jangan ngeluh terus gaji guru kecil". Permasalahannya bukan masalah besar kecilnya gaji guru, tetapi bagaimana suatu bangsa menghargai peran guru dalam membangun bangsa.
Tagore sangat menekankan bahwa guru harus selalu ditingkatkan kemampuannya setiap waktu, artinya pekerjaan guru tidak hanya sekedar pergi mengajar, lalu pulang begitu saja. Namun, harus tetap selalu ditingkatkan wawasannya dan kompetensinya, agar supaya peserta didik mendapatkan keilmuan yang utuh dan komprehensif dapat dipahami.
Pembelajaran Multiple Intellegence Berdasar Minat Bakat
"Tujuan utama dari mengajar bukanlah untuk memberi penjelasan, tetapi untuk mengetuk pintu pikiran. (Rabindranath Tagore)
"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu." (Ki Hajar Dewantara)
Jauh sebelum trend pembelajaran multiple intelligence yang menggali keunikan minat bakat sesuai peserta didik masing-masing, Tagore dan Ki Hajar Dewantara sudah menyerukan model pembelajaran yang tidak melulu seragam kepada peserta didik, mereka menyadari bahwa setiap anak memiliki gaya belajarnya masing-masing, dan tugas guru adalah menuntun mereka agar dapat memaksimalkan potensi minat bakatnya.
Gagasan pembelajaran demikian bisa dikatakan revolusioner di jamannya, artinya mereka berdua sudah melampaui pemikiran di jaman itu, dimana model pembelajaran masih didominasi sistem konvensional berorientasi peserta didik sebagai obyek pendidikan untuk kebutuhan industry.
Pendidikan Holistik
"Pendidikan tertinggi adalah yang tidak hanya memberi kita informasi tetapi membuat hidup kita selaras dengan semua keberadaan" (Rabindranath Tagore)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!