Pernahkah anda terpikir dari mana istilah nama 'Taman Kanak-Kanak' dalam bahasa Indonesia atau 'Taman Pendidikan Kanak ' dalam Bahasa Malaysia dan 'Kindergarten' dalam bahasa Jerman atau Inggris. Sejarah awalnya sekolah dalam jenjang Pendidikan Anak Usia Dini ini bermula dari abad pertengahan abad 19 di tanah Jerman, ialah Friedrich Wilhelm August Frbel atau Froebel sang pendiri taman kanak-kanak pertama di dunia pada tahun 1837, dimana ia menamakan sekolah yang didirikannya dengan frase 'Kindergarten', kinder artinya anak-anak, garten artinya taman dalam bahasa Jerman.
Friedrich Frbel dilahirkan Oberweibach di Kerajaan Schwarzburg-Rudolstadt di Thuringia, sebuah bagian dari Konfederasi Jerman pada tanggal 21 April 1782. Froebel mengawali karir sebagai guru sekolah menengah di Frankfurt sekitar awal abad 19, namun pemikirannya berubah tentang orientasi pendidikan yang dianutnya, ketika ia sempat berguru dengan ahli pedagogi terkenal asal Swiss Johann Heinrich Pestalozzi, seorang peletak dasar konsep pentingnya memberikan pendidikan bagi anak-anak usia dini. Selepas berguru dengan Pestalozzi, ia mulai berpikir ingin mendirikan sekolah berkonsep untuk anak-anak usia dini.
Selepas perang Napoleon di awal abad 19 yang menggegerkan tanah Eropa, Froebel mulai berkerja dan mengajar berpindah-pindah tempat. Ia dikenal sangat progresif dalam pembelajaran di masa itu, hingga pada tahun 1816 ia diberikan tawaran jabatan profesor di Stockholm, namun dia menolaknya dan justru mendirikan Allgemeine Deutsche Erziehungsanstalt (Institut Pendidikan Umum Jerman) di Griesheim dekat Arnstadt di Thuringia, sebuah konsep sekolah yang diperuntukan bagi setiap kalangan umum di Jerman.
Pada tahun 1826, ia membuat karya tulis yang terkenal yaitu, Die Menschenerziehung ("Pendidikan Manusia") dan mendirikan majalah mingguan Die erziehenden Familien ("Keluarga yang Mendidik"). Lewat media tersebut ia mulai mencetuskan konsep pendidikan bagi usia dini dan bagaimana cara mendidik anak-anak dengan benar sesuai usianya. Karya tulisnya bisa dikatakan monumental dan progresif di masanya, karena pendidikan di masa itu berorientasi kepada militeristik dan patriotik, mengingat tajamnya persaingan antar negara Eropa dalam perang Napoleon masa itu.
Hingga akhirnya pada tahun 1837 ia mendirikan Institut Permainan dan Aktivitas di Bad Blakenburg, Jerman. Institut ini ia namakan Kindergarten yang artinya Taman Kanak-Kanak, dan inilah yang menjadi cikal bakal Taman Kanak-Kanak pertama di dunia.Â
Pada sekolah tersebut, dia  merancang materi permainan dalam pembelajaran yang dikenal sebagai Froebel Gift , atau Frbelgaben , yaitu permainan seperti blok bangunan geometris dan blok aktivitas pola, yang hingga kini masih dipakai taman kanak-kanak di seluruh dunia.
Gagasan terbesar dari Friedrich Frbel ialah menekankan betapa pentingnya memperhatikan setiap aktivitas anak dalam pembelajaran . Dia mengenalkan konsep pembelajaran "kerja bebas" ( Freiarbeit ) ke dalam ilmu pedagogi dan menggunakan "permainan" sebagai bentuk khas pembelajaran  di masa kanak-kanak, dimana dia menanamkan nilai-nilai kehidupan dari setiap permainan tersebut
Kegiatan di taman kanak-kanak yang dia dirikan meliputi menyanyi , menari , berkebun , dan bermain mandiri. Frbel juga menulis buku Mutter- und Koselieder -- sebuah buku yang berisi kumpulan lagu-lagu berirama sederhana untuk kanak-kanak, dimana ia menekankan bagi para orang tua untuk menyanyikan lagu tersebut kepada anak-anaknya.
Froebel menekankan jika pendidikan anak usia dini harus dilakukan dengan konsep belajar sambil bermain. Sebagai contoh, para guru dapat  menggunakan berbagai media pembelajaran seperti alat musik, bercerita, bermain drama bahkan mengenalkan alam untuk mengajari anak-anak.
Froebel mengenalkan konsep pembelajaran yang menggunakan kerajinan tangan, seperti permainan balok-balok bangunan kecil atau puzzle teka-teki. Froebel juga menjelaskan bahwa metode belajar secara berkelompok atau grouping sangat efektif untuk bagi perkembangan anak-anak usia dini. Froebel berpandangan bahwa anak-anak dapat memperoleh keterampilan kognitif dan sosial dengan cara merangsang rasa keingintahuan mereka untuk belajar.
Froebel mempunyai keyakinan bahwa pengajar bergender wanita memiliki kelebihan dalam kepekaan dan kualitas terbaik untuk memberikan pembelajaran kepada anak-anak dalam membantu perkembangan keterampilan emosional mereka.Â
Maka dari itu,  Froebel membuka sekolah pelatihan hanya untuk guru bergender wanita wanita. Namun dalam perjalanannya, ide Froebel tersebut ditentang oleh pemerintah Jerman yang sedang membangun kekuatan militernya, pasca perang Napoleon, dan  pemerintah Jerman pun mengambil keputusan untuk menutup semua sekolah yang didirikan Froebel pada tahun 1851.
Akan tetapi konsep pendidikan yang dirintis oleh Froebel ini justru terus berkembang dan menyebar ke seluruh dunia. Banyak negara belahan Eropa lainnya serta Amerika akhirnya mulai membuka Kindergarten untuk berbagai kalangan. Bahkan, antara tahun 1900-an dan awal Perang Dunia I, Inggris dan Prancis mulai membuka Kindergarten atau Frobelschool gratis untuk anak-anak yang kurang mampu.
Froebelschool pun akhirnya merambah ke Hindia Belanda pada awal abad 20, namun sekolah ini hanya diperuntukkan bagi kaum kulit putih saja. Dan pada tahun 1919 berdirilah Taman Kanak-Kanak pertama yang didirikan oleh orang Indonesia asli yang diperuntukkan bagi kaum pribumi masa itu, yaitu Froebelschool Aisyiyah oleh Nyai Ahmad Dahlan, istri dari Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, namun kemudian namanya diganti menjadi Bustanul Athfal, yang artinya 'kebun anak-anak' dan BA Aisyiyah hingga kini masih eksis berdiri hingga kini dan tersebar di seluruh Indonesia. Pasca Kemerdekaan Indonesia, pemerintah pun mulai mendirikan beberaa sekolah konsep Froebelschool, namun mengganti frasenya menjadi 'Taman Kanak-Kanak', namun masih terbatas di kota-kota besar saja.
Pada medio 1980-an dimana semakin berkembangannya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini dan kondisi stabilitas ekonomi yang mulai membaik.Â
Di berbagai tempat, mulai banyak taman kanak-kanak yang didirikan baik di kota dan pedesaan, dengan target menyasar anak usia 3-4 tahun dengan konsep Kelompok Bermain atau Kober.
Hingga akhirnya Pemerintah  mengeluarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah yang memberikan jaminan status pendidikan anak-anak --saat itu yang disebut pendidikan prasekolah. Sehingga Pendidikan prasekolah dapat diakui sebagai bagian konsep pendidikan  dari  sistem pendidikan nasional.
Maka dengan berlakunya peraturan tersebut, lembaga pendidikan swasta makin pun turut meramaikan pendidikan prasekolah ini dengan mengenalkan berbagai macam konsep pembelajaran, mulai dari taman kanak-kanak berbasis kurikulum pendidikan agama hingga taman kanak-kanak berbasis kurikulum internasional, dan sampai saat ini, konsep taman kanak-kanak semakin beragam, dengan penambahan materi pendidikan seperti outbond, ketangkasan, toilet training dan lainnya.
Froebelschool atau Taman Kanak-Kanak bukanlah sekedar tempat bermain belaka bagi anak-anak usia dini, tetapi justru bagian penting dalam fase usia emas anak-anak kita, maka sejatinya konsep bermain adalah esensi  dari pembelajaran anak usia dini itu sendiri. Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H